Rote Ndao Terkini
Gemuruh Lonceng dan Syair Leluhur: Festival Hus Ndeo Menggema di Tanah Nusak Lailete
Lonceng-lonceng kecil yang terikat di kaki kuda berbunyi nyaring, seolah menari mengikuti irama tanah leluhur.
Penulis: Mario Giovani Teti | Editor: Apolonia Matilde
Leo Kalima atau Lima Suku yakni Elo, Luna, Fando, Bolu dan Tasioe.
Leo Kaha atau Empat Suku, Todak, Mbauleo, Leseleon dan Leoanak. Semua hadir, menyatu dalam nuansa kebersamaan dan haru.
"Di sinilah makna kekeluargaan itu tumbuh. Semua sanak saudara dari berbagai penjuru Rote kembali berkumpul," ungkap Dominggus.
Bupati Rote Ndao, Paulus Henuk, hadir langsung membuka Festival Hus Nde'o. Ia menekankan bahwa festival ini bukan hanya acara budaya, tapi juga simbol identitas masyarakat Rote.
"Hus Kuda adalah bukti bahwa kita masih terhubung erat dengan akar budaya kita. Pemerintah berkomitmen menjadikannya bagian penting dari promosi pariwisata berkelanjutan," ujar Paulus.
Ia mengaku, betapa pentingnya melibatkan generasi muda dalam pelestarian budaya, sembari mengajak masyarakat menjaga ketertiban dan kebersihan selama acara berlangsung.
Festival ini tidak hanya menghadirkan hiburan dari silat kampung, tarian Foti, hingga pertunjukan seni daerah, namun lebih dari itu, ia menjadi jembatan waktu, menghubungkan generasi sekarang dengan suara-suara leluhur yang dulu bersenandung di bawah sinar bulan purnama.
Di Tanah Nde'o, kuda-kuda bukan hanya tunggangan, tetapi pembawa doa dan pengikat sejarah. Dan selama lonceng-lonceng itu terus berdentang, selama anak-anak masih menari mengikuti irama Foti, maka Hus Nde'o akan tetap menggema, bukan hanya di tanah Rote, tapi juga di hati setiap anak bangsa yang mencintai budayanya. (rio)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lain di GOOGLE NEWS

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.