TTU Terkini

Renovasi Ume Taus Maonnain, Momentum Merajut Kekeluargaan dan Semangat Gotong Royong

Sebelumnya dilakukan pembongkaran, tetua adat menggelar ritual adat dengan menyajikan siri pinang, minuman tradisional sopi atau meminta izin

Penulis: Dionisius Rebon | Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/DIONISIUS REBON
Tetua Adat dan Atoin Amaf Suku Taus Maonnain pasca peresmian Ume Taus Maonnain 

Hal serupa terjadi ketika dalam perjalanan dan hendak mengarungi sungai, leluhur atau nenek moyang Suku Taus Maonnain berubah rupa menjadi ayam dan terbang melintasi sungai atau kali tersebut.

Taus Maonnain (Maonnain artinya ayam jantan) merupakan suku pelindung dan pengayom semua orang atau suku lain. Nenek moyang Suku Taus Maonnain akan memberikan tanda atau aba-aba kepada semua penghuni suku lain tentang adanya bahaya atau malapetaka. Hal ini yang tetap dipertahankan oleh semua penghuni suku tersebut hingga sekarang.

Suku Taus Maonnain memiliki simbol Ayam Jantan. Taus Maonnain tidak hanya berperan dalam suku sendiri tetapi juga untuk suku atau masyarakat lain. Salah satu pedoman yang dipegang erat Suku Taus Maonnain hingga saat ini yakni selalu menjadi pelindung dan penolong bagi suku atau masyarakat lain.

"Kalau ada orang yang dikatakan tidak baik dan diasingkan, kami dari suku Taus Maonnain selalu bilang ini kami punya atau keluarga kami punya. Karena bagi kami Suku Taus Maonnain orang yang baik atau yang dianggap tidak baik itu kami punya (keluarga) semua. Karena Taus Maonnain adalah suku perekat atau perangkul. Jadi orang yang dianggap tidak baik oleh orang lain akan dirangkul oleh Suku Taus Maonnain, dibina menjadi orang baik," bebernya.

Sementara itu, Kepala Desa Fatusene, Leonardus Salu mengatakan, Pemerintah Desa Fatusene sangat mendukung semua kegiatan adat dan pelestarian budaya. 

Salah satu langkah konkret yang ditempuh pemerintah desa selama ini adalah memperkuat peran lembaga adat. Langkah ini didukung dengan pemberian insentif kepada lembaga adat.

Renovasi Ume Taus Maonnain sangat didukung oleh pemerintah desa. Pasalnya, selain melestarikan warisan budaya leluhur dan identitas, kegiatan ini juga menjadi wadah pemersatu semua orang.

"Rumah adat ini juga simbol pemersatu juga. Selain itu dalam pembangunan rumah adat ini juga ada nilai gotong royong yang dihidupi sampai saat ini," ucapnya.

Ia berharap, budaya dan warisan leluhur ini mesti terus dijaga dan dilestarikan. Karena, rumah adat atau budaya leluhur menjadi salah satu wadah pemersatu dan membangkitkan semangat gotong royong. (bbr)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved