TTU Terkini
Renovasi Ume Taus Maonnain, Momentum Merajut Kekeluargaan dan Semangat Gotong Royong
Sebelumnya dilakukan pembongkaran, tetua adat menggelar ritual adat dengan menyajikan siri pinang, minuman tradisional sopi atau meminta izin
Penulis: Dionisius Rebon | Editor: Eflin Rote
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Dionisius Rebon
POS-KUPANG.COM, KEFAMENANU - Tetua adat dan anggota Suku Taus Maonnain menggelar kegiatan renovasi rumah adat. Pembangunan rumah adat yang terletak di Desa Fatusene, Kecamatan Miomaffo Timur, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini menjadi momentum bagi semua keluarga Suku Taus Maonnain untuk berkumpul dan bergotong-royong.
Saat diwawancarai, Tetua Adat Suku Taus Maonnain, Emanuel Taus mengisahkan, sebelum dilaksanakan perbaikan rumah adat, mereka melakukan pertemuan untuk berembuk merencanakan kegiatan renovasi tersebut. Selain itu, dalam momentum itu juga para tetua adat menetapkan waktu pelaksanaan ritual sebelum dan waktu pembongkaran Ume Taus Maonnain untuk direnovasi.
Sebelumnya dilakukan pembongkaran, tetua adat menggelar ritual adat dengan menyajikan siri pinang, minuman tradisional sopi atau meminta izin "Ta'ton Ta Sine" untuk pembongkaran rumah adat.
Setelah dilakukan pembongkaran rumah adat, semua anggota Suku Taus Maonnain kemudian melakukan perbaikan Ume Taus Maonnain. Diperkirakan waktu yang dibutuhkan melakukan renovasi rumah adat ini nyaris mencapai 1 bulan.
Usai perbaikan rumah adat rampung, semua keluarga Suku Taus Maonnain melakukan "pendinginan" ataus peresmian. Meskipun demikian, sehari sebelum peresmian itu, tetua adat dan penghuni Suku Taus Maonnain menggelar ritual adat di salah satu mata air (masyarakat setempat menyebutnya sebagai air pemali atau pantangan).
Mereka membawa serta sebuah periuk tanah atau tembikar ketika hendak bergerak ke lokasi mata air ini. Selain itu mereka juga membawa serta seekor hewan kurban berupa babi betina.
"Kita memberitahukan kepada leluhur di sana mengenai peresmian atau pendinginan rumah adat bahwa rumah telah selesai di buat," ungkapnya.
Baca juga: Kadis Perhubungan TTU Pastikan Pengalihan Jalur di Pasar Baru Kefamenanu Hanya Simulasi
Hewan kurban ini kemudian dikurbankan di salah satu tempat sakral yang berada di sekitar air pemali tersebut. Darah pertama hewan kurban ini kemudian diteteskan di sebuah kayu tempat sakral tersebut.
Usia dikurbankan tetua adat kemudian mengambil hati hewan kurban ini untuk melihat petunjuk atau tanda dari leluhur atau biasa disebut "Lilo ma Takaf". Seluruh anggota Suku Taus Maonnain meyakini leluhur dan Sang Pencipta akan merestui atau tidak merestui perjalanan pembangunan sampai pada peresmian melalui petunjuk dan tanda yang dijelaskan dalam "Lilo ma Takaf".
"Kalau tanda baik maka, kita percaya diri besok kita melaksanakan peresmian ini dengan baik dan lancar. Tapi kalau katakan tanda belum baik maka, kita harus solusi untuk memperbaiki. Solusi untuk memperbaiki tanda tersebut itu kita harus kurbankan 1 ekor hewan kurban lagi. Tetapi syukur puji Tuhan, kemarin kita buat satu kali buat dan langsung terjawab. Dan hari ini kita bisa melaksanakan ritual peresmian," jelasnya.
Emanuel menuturkan, setelah ritual di air pemali tuntas dilaksanakan, mereka kemudian mengisi tembikar atau periuk tanah yang dibawa dengan air pemali tersebut untuk dibawa kembali ke Ume (rumah adat) Taus Maonnain.
Air yang dibawa dari air pemali ini untuk melaksanakan ritual peresmian atau pendinginan dan juga air berkat bagi seluruh anggota Suku Taus Maonnain.
Semua anggota Suku Taus Maonnain, kata Emanuel, dilarang (memiliki pantangan) mengonsumsi daging ayam. Pasalnya, mereka meyakini bahwa, ayam adalah jelmaan atau representasi leluhur.
Ketika Leluhur Suku Taus Maonnain melakukan perjalanan menuju ke wilayah Desa Fatusene saat ini, nenek moyang atau leluhur Suku Maonnain tidak membawa bekal. Saat tiba jam makan, mereka berubah rupa dalam bentuk ayam kemudian mengais makan di sekitar lokasi tersebut.
Hal serupa terjadi ketika dalam perjalanan dan hendak mengarungi sungai, leluhur atau nenek moyang Suku Taus Maonnain berubah rupa menjadi ayam dan terbang melintasi sungai atau kali tersebut.
Taus Maonnain (Maonnain artinya ayam jantan) merupakan suku pelindung dan pengayom semua orang atau suku lain. Nenek moyang Suku Taus Maonnain akan memberikan tanda atau aba-aba kepada semua penghuni suku lain tentang adanya bahaya atau malapetaka. Hal ini yang tetap dipertahankan oleh semua penghuni suku tersebut hingga sekarang.
Suku Taus Maonnain memiliki simbol Ayam Jantan. Taus Maonnain tidak hanya berperan dalam suku sendiri tetapi juga untuk suku atau masyarakat lain. Salah satu pedoman yang dipegang erat Suku Taus Maonnain hingga saat ini yakni selalu menjadi pelindung dan penolong bagi suku atau masyarakat lain.
"Kalau ada orang yang dikatakan tidak baik dan diasingkan, kami dari suku Taus Maonnain selalu bilang ini kami punya atau keluarga kami punya. Karena bagi kami Suku Taus Maonnain orang yang baik atau yang dianggap tidak baik itu kami punya (keluarga) semua. Karena Taus Maonnain adalah suku perekat atau perangkul. Jadi orang yang dianggap tidak baik oleh orang lain akan dirangkul oleh Suku Taus Maonnain, dibina menjadi orang baik," bebernya.
Sementara itu, Kepala Desa Fatusene, Leonardus Salu mengatakan, Pemerintah Desa Fatusene sangat mendukung semua kegiatan adat dan pelestarian budaya.
Salah satu langkah konkret yang ditempuh pemerintah desa selama ini adalah memperkuat peran lembaga adat. Langkah ini didukung dengan pemberian insentif kepada lembaga adat.
Renovasi Ume Taus Maonnain sangat didukung oleh pemerintah desa. Pasalnya, selain melestarikan warisan budaya leluhur dan identitas, kegiatan ini juga menjadi wadah pemersatu semua orang.
"Rumah adat ini juga simbol pemersatu juga. Selain itu dalam pembangunan rumah adat ini juga ada nilai gotong royong yang dihidupi sampai saat ini," ucapnya.
Ia berharap, budaya dan warisan leluhur ini mesti terus dijaga dan dilestarikan. Karena, rumah adat atau budaya leluhur menjadi salah satu wadah pemersatu dan membangkitkan semangat gotong royong. (bbr)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Dosen Unimor Gelar PkM di SMK Suarna Wisata, Desa Tes Perbatasan RI-RDTL |
![]() |
---|
Dosen Unimor Berdayakan Petani Perbatasan Melalui Teknologi Ramah Lingkungan Terintegrasi |
![]() |
---|
Satu Unit Sepeda Motor Milik Seorang Mahasiswa di TTU Raib Digasak Maling |
![]() |
---|
Bupati Falentinus Mutasi Jabatan Eselon III dan Eselon IV Lingkup Pemkab TTU |
![]() |
---|
Dosen Unimor Beri Pelatihan Pembuatan Web Sekolah di SMK Suarna Wisata Tes |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.