Opini
Opini: Kesejahteraan Guru yang Tertunda
Di kelas-kelas sekolah dasar hingga menengah di Kabupaten Sabu Raijua, para guru tetap hadir mengajar dengan dedikasi.
Padahal di balik statistik itu ada dapur rumah tangga yang menipis, ada rencana keluarga yang tertunda, ada semangat mengajar yang diam-diam terkikis.
Dalam diskusi dengan beberapa guru di sekolah GMIT, terdengar keprihatinan mendalam.
“Kami guru-guru di sekolah milik gereja ini juga sama-sama PNS, tanggung jawab kami tidak berkurang sedikit pun. Tapi rasanya seperti pemerintah tidak menaruh kami dalam skala prioritas,” ungkap seorang guru SD GMIT.
Dampaknya tentu meluas: ketika guru dicekik beban psikologis karena tidak pasti kapan haknya cair, bagaimana kita menuntut mereka tampil optimal mendidik generasi muda?
Dalam konteks ini, gereja sebenarnya memiliki tanggung jawab moral yang tak terbantahkan. Mengapa?
Karena di Kabupaten Sabu Raijua, banyak guru PNS adalah pendidik yang ditempatkan pada sekolah-sekolah GMIT.
Ini berarti gereja, melalui institusi pendidikannya, turut menjadi saksi langsung ketidakadilan sistemik yang menimpa guru-guru.
Kitab Mikha 6:8 berkata: “Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?”
Ayat ini bukan hanya kompas iman individual, tetapi sekaligus seruan publik agar gereja terpanggil menyuarakan keadilan sosial.
Tidak cukup hanya mendoakan guru-guru di mimbar, gereja juga patut berdiri di ruang publik menuntut pemerintah daerah agar segera menuntaskan pembayaran hak-hak guru.
Ini soal integritas moral lembaga gereja dalam membela martabat para pendidik.
Suara Teologi dan Pedagogi
Paulo Freire, pedagog progresif dari Brasil, pernah menegaskan: “Education does not change the world. Education changes people. People change the world.”
Pendidikan adalah jalan panjang yang menyiapkan manusia-manusia pembaharu.
Tetapi siapa yang dapat sungguh-sungguh mengubah peserta didik menjadi pribadi kritis dan kreatif jika para gurunya sendiri harus terus dihantui tekanan finansial karena hak mereka belum dibayar?
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.