Breaking News

Opini

Opini: Dimensi Perubahan Cuaca di Pulau Timor, Antara Persepsi dan Kode Alam

Di Pulau Timor, cuaca adalah bahasa yang hidup, simbol yang hadir dalam tiap gerak kehidupan masyarakat. 

Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/HO-DOK PRI
Redemptus De Ferento Nino 

Kutub mencair, laut naik, musim bergeser. Fenomena ini bukan lagi abstraksi akademik, tapi telah hadir nyata bahkan di wilayah paling terpencil, termasuk Timor.

Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa suhu rata-rata di wilayah Nusa Tenggara Timur meningkat secara konsisten setiap tahun. 

Musim hujan datang lebih singkat, sementara musim kemarau lebih panjang dan lebih kering. Bahkan pada tahun 2023 dan 2024, sejumlah daerah di Timor mengalami gagal panen akibat anomali cuaca.

Dampak ini tidak hanya merusak hasil pertanian, tetapi juga mengganggu ekosistem lokal. Beberapa sungai kecil mulai mengering lebih awal dari biasanya. 

Pohon-pohon endemik yang menjadi indikator musim mulai kehilangan ritmenya. 

Burung-burung migran yang biasa dijadikan penanda musim, seperti kakatua, tidak lagi muncul pada waktunya.

Perbenturan Antara Persepsi Lokal dan Sains Modern

Perubahan cuaca menjadi wilayah yang dilematis antara persepsi tradisional dan sains modern. 

Di satu sisi, masyarakat Timor tetap mempercayai tanda-tanda alam sebagai bagian dari panduan hidup. 

Di sisi lain, pendekatan ilmiah menuntut data dan logika rasional dalam membaca cuaca.

Ketika tetua adat menyatakan bahwa hujan akan datang karena bulan telah condong ke arah timur, ahli klimatologi justru menyebutkan adanya tekanan rendah di Samudera Hindia sebagai penyebabnya. 

Kedua pendekatan ini bukan saling bertentangan, namun sering tidak dipertemukan.

Sayangnya, banyak program pemerintah atau NGO yang datang dengan pendekatan top-down, menafikan pengetahuan lokal. 

Padahal, untuk memahami cuaca dan dampaknya secara komprehensif, harus ada dialog antara ilmu modern dan kearifan lokal. 

Persepsi masyarakat adalah bagian dari solusi, bukan sekadar warisan masa lalu yang usang.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved