Opini
Opini: Dimensi Perubahan Cuaca di Pulau Timor, Antara Persepsi dan Kode Alam
Di Pulau Timor, cuaca adalah bahasa yang hidup, simbol yang hadir dalam tiap gerak kehidupan masyarakat.
Jalan Tengah: Sinergi antara Ilmu dan Tradisi
Diperlukan pendekatan interdisipliner dan interkultural dalam memahami cuaca di Timor.
Ilmu klimatologi dan teknologi prediksi cuaca sangat penting, tetapi tidak boleh mengabaikan bahasa simbolik masyarakat adat. Demikian pula, kearifan lokal perlu dibaharui dan diuji dalam konteks perubahan zaman.
Beberapa upaya seperti citizen science bisa menjadi jembatan antara ilmu dan budaya.
Misalnya, para petani bisa dilibatkan dalam pemantauan cuaca lokal menggunakan alat-alat sederhana, kemudian data itu dikombinasikan dengan pengamatan tradisional untuk membuat prediksi yang lebih akurat dan kontekstual.
Pendidikan juga menjadi kunci. Sekolah-sekolah di Timor bisa mengintegrasikan pelajaran tentang perubahan iklim global sekaligus mengenalkan kembali kode-kode alam tradisional.
Ini bukan nostalgia, tapi strategi untuk menjaga keberlanjutan hidup.
Menafsir Ulang Cuaca sebagai Narasi Kolektif
Perubahan cuaca di Pulau Timor bukan sekadar topik ilmiah atau peristiwa alamiah.
Ia adalah narasi besar tentang bagaimana manusia, budaya, dan alam saling bertaut dalam harmoni maupun disharmoni.
Di tengah krisis iklim global, masyarakat Timor perlu membangun ulang narasi ini dengan menjembatani persepsi dan sains, dengan menghargai alam sebagai guru, bukan objek eksploitasi.
Kode alam yang dulu menjadi penuntun hidup jangan ditinggalkan begitu saja. Sebaliknya, perlu dimaknai ulang, disesuaikan, dan dijadikan bagian dari strategi adaptasi terhadap dunia yang berubah.
Karena hanya dengan mengenali kembali bahasa alam, kita bisa menemukan cara hidup yang lebih bijaksana di tengah badai zaman. (*)
Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.