Opini

Opini: Pantang Mengajar Sebelum Belajar

Guru sejati mengalokasikan waktunya setiap hari untuk memperbaharui diri dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang adaptif.

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Adrianus Ngongo 

Siswa pun kehilangan semangat belajar karena tidak merasa tertantang atau terinspirasi.

Selain itu, guru yang tidak memperbarui wawasan juga kesulitan mengikuti perubahan kurikulum, pendekatan pedagogi baru, atau pemanfaatan teknologi pendidikan. 

Mereka bisa tertinggal dalam menerapkan Kurikulum Merdeka atau tidak maksimal menggunakan platform pembelajaran digital. 

Hal ini memperlebar kesenjangan kualitas pembelajaran antar sekolah, khususnya antara daerah maju dan tertinggal.

Faktor lain adalah rendahnya budaya refleksi dalam profesi guru. Ketika guru merasa cukup dengan ilmu yang dimiliki, mereka cenderung menutup diri dari kritik dan peluang pengembangan.

Padahal, pembelajaran sejati menuntut keterbukaan, kerendahan hati, dan semangat belajar sepanjang hayat. 

Pengalaman keseharian saya bersama sesama guru di sekolah membuktikan bahwa ada guru yang secara terbuka mengatakan tidak lagi bersemangat belajar dan merasa puas dengan apa yang sudah dimiliki. 

Guru jenis ini biasanya sulit berinovasi dalam menjalankan proses pembelajaran di kelas karena keterbatasan ilmu dan strategi yang dimiliki. 

Saat ditawarkan buku baru yang dapat meningkatkan kapasitas diri dijawab dengan gampang bahwa dia sudah tidak suka membaca lagi.

Aktivator, Kolaborator dan pengembang budaya belajar

Pendekatan Pembelajaran Mendalam (PM) yang baru saja diluncurkan Kementrian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indoneisa menuntut guru berperan sebagai aktivator, kolaborator dan pengembang budaya belajar. 

Sebagai activator guru diharapkan mampu menstimulasi peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran dan kriteria kesuksesan pembelajaran dengan berbagai strategi serta memberikan umpan balik untuk menstimulasi setiap level pencapaian yang lebih tinggi.

Untuk menjalankan fungsi kolaborator guru diharapkan mampu membangun kolaboratif inkuiri dengan peserta didik, rekan sejawat, keluarga, masyarakat, mitra profesi dan DUDIKA, serta mitra lainnya dalam  mengembangkan dan berbagi pengalaman nyata dalam penerapan PM.

Sementara sebagai pengembang budaya belajar,  guru dituntut untuk mampu memberikan kepercayaan dan peluang mengambil risiko (risk-taking) kepada peserta didik untuk mengembangkan kreativitas dan berinovasi, dan melibatkan peserta didik dalam mengembangkan pengalaman belajar, serta menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung PM.

Ketiga fungsi dan tuntutan di atas hanya bisa tercapai ketika guru secara internal terus memotivasi diri untuk belajar. 

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved