Opini

Opini: Moderasi Beragama Bukan Cuma Damai-damaian Tapi Tanggung Jawab Yang Berdarah Daging

Di tanah seperti Sabu Raijua, di mana Kristen menjadi mayoritas mutlak, justru moderasi harus lebih dalam lagi digumulkan.

Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/HO-DOK PRIBADI
John Mozes Hendrik Wadu Neru 

Kelima, Dilema Tradisi dan Perjudian Terselubung : Fenomena arena judi berkedok adat adalah paradoks besar. Di satu sisi, rakyat menjadikannya ruang ekonomi untuk berdagang, mencari nafkah, menggerakkan uang. 

Di sisi lain, tempat itu menjadi pusat perjudian terselubung yang merusak. Tapi kenapa rakyat ke sana? Karena negara gagal menyediakan pasar yang sehat dan stabil. 

Pemerintah abai menciptakan sistem ekonomi lokal yang bermartabat, sehingga rakyat menjadikan acara adat sebagai ‘pasar darurat’.

Gereja harus peka. Tidak bisa hanya berkata “judi itu dosa” lalu pergi. Gereja harus hadir: menciptakan ruang usaha, mendampingi pedagang, dan menjadi suara moral yang bukan hanya mengutuk, tetapi juga menghadirkan solusi ekonomi yang adil.

Yesus: Moderasi yang Menggugat dan Menyembuhkan

Gereja kerap tampil dalam setiap pesta politik. Mimpin doa syukur. Diberi tempat duduk terhormat. 

Tapi setelah itu, gereja kembali jadi penonton ketika janji-janji pembangunan diingkari. Jalan tetap rusak. Air tetap sulit. 

Guru tetap kurang. Dan gereja? Sibuk menyusun jadwal ibadah bulan depan. Moderasi yang sejati tidak sekadar merangkul kekuasaan, tetapi menggugatnya bila abai terhadap tanggung jawab sosial. 

Mitra pemerintah bukan berarti mitra diam. Ia adalah penolong yang setia, bukan penggembira dalam narasi palsu kemajuan.

Yesus adalah gambaran paling otentik dari moderasi yang benar. Ia tidak ekstrem, tetapi juga tidak kompromis. Ia hadir di tengah—tapi berpihak. 

Ia berdialog dengan Samaria, tetapi juga menegur Farisi. Ia memulihkan perempuan, tetapi juga membalik meja di bait Allah.

Moderasi Yesus bukan sikap hangat-hangat kuku. Itu adalah keseimbangan antara belas kasih dan keberanian moral. Gereja mesti meneladan Yesus dalam keberanian untuk menyentuh yang lemah dan menantang struktur yang membusuk.

Moderasi yang Berbuah Aksi Sosial

Moderasi di Sabu Raijua harus melahirkan tindakan konkret, bukan hanya pertemuan rutin. Gereja perlu:

  • Membentuk forum lintas sinode untuk penyembuhan sosial dan advokasi publik.
  • Mendirikan rumah aman dan klinik konsultasi untuk korban kekerasan.
  • Menginisiasi pasar rakyat gereja sebagai alternatif ekonomi adil.
  • Menggerakkan sekolah informal atau kelas belajar gratis di kampung.
  • Merawat dan memperjuangkan kawasan adat dan ekologis dari eksploitasi.

Penutup: Dari Tulaika ke Tanah Misi

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved