Sosok dan Profil
Sosok Febby Nitte, Menemukan Kekuatan dari Benang dan Jarum
Dalam kesunyian, suara jarum melintasi benang menjadi irama penyemangat hidup bagi Febby Nitte perempuan asal Kelurahan Sikumana
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Tari Rahmaniar Ismail
POS-KUPANG.COM, KUPANG- Dalam kesunyian, suara jarum melintasi benang menjadi irama penyemangat hidup bagi Febby Nitte perempuan asal Kelurahan Sikumana, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Bukan sekadar hobi, merajut telah menjadi bagian dari perjalanan penyembuhan batin.
Proses membangun kepercayaan diri, hingga jalan memberdayakan perempuan di sekitarnya.
ENT Handycraft nama pengenal untuk kerajinan tangannya yang sudah menemaninya dari tahun 2014.
Berdasarkan pantauan laman Pinterest milik Feby Nitte dengan nama akun Fe6yNitt3 tertulis.
Baca juga: Sosok Goris Takene: ASN dan Penulis Sunyi yang Mengabdi Tanpa Pamrih
ENT Handicraft adalah Rajutan kombinasi Tenun NTT yang dikerjakan sendiri oleh Feby Nitte.
Dia mengisahkan bahwa ini berawal dari mengalihkan trauma masa lalu. Ia pernah dipenjara, bunuh diri, ditinggal semua dan harus menghidupi tiga orang anak sendirian.
Semua harta warisan habis terjual untuk menyelesaikan masalah mantan suami dan melanjutkan hidup bersama anak-anaknya.
"Puji Tuhan sekarang terapy tadi sudah menjadi pekerjaan utama, menghidupi anak-anakadari hasil penjualan kerajinan tangan rajutan," kata Febby mengisahkan.
“Awalnya saya merajut hanya sebagai terapi, pelarian dari masa lalu. Tapi dari situ saya merasa ini lebih dari sekadar hobi. Ini mengubah cara saya memandang hidup,” sambung Febby saat diwawancarai POS-KUPANG.COM, Sabtu (21/6/2025).
Baca juga: Sosok Yabes Roni, Pemain Bali United Asal NTT yang Merasakan Racikan 7 Pelatih Berbeda
Dengan mata yang tajam mengikuti alur pola dan tangan yang lincah memainkan benang, Febby bercerita bagaimana kegiatan sederhana itu telah memberinya ruang untuk bertumbuh.
Ia mengakui, saat pertama kali mengenal dunia rajut, dirinya tengah berada dalam fase hidup yang penuh beban emosional.
“Saya butuh sesuatu yang bisa bantu saya tenang, fokus. Merajut ternyata bisa jadi sarana itu,” ujarnya.
Bahan yang digunakan dari benang wol dan juga benang polyester.
Bagi Febby, setiap pola rajut bukan sekadar teknik atau estetika visual, melainkan latihan mental. Merajut mengajarkannya kesabaran, ketelitian, dan ketekunan.
Baca juga: Sosok Rumianik, ASN yang Punya Falsafah Hidup Menjadi Cahaya Bagi Orang Lain
“Saat merajut, kita belajar untuk konsentrasi penuh. Kalau tidak fokus, polanya akan salah. Itu sama seperti hidup. Kalau kita asal jalan, hasilnya bisa berantakan,” ujarnya sambil tersenyum.
Sebagai seorang ibu rumah tangga, istri, dan ibu dari anak-anaknya, Febby mengaku merajut membantunya menghadapi dinamika keluarga dengan lebih tenang.
“Merajut membuat saya lebih sabar. Dari sini saya belajar menyelesaikan masalah pelan-pelan, tidak buru-buru. Karena tidak semua hal bisa diselesaikan secara instan,” ungkapnya.
Setelah mulai menghasilkan produk-produk rajutan seperti tas, topi, dompet, dan taplak meja, Febby mencoba menjualnya secara daring maupun melalui pameran UMKM.
Tak disangka, produk-produk buatannya mendapat respons positif. Dari sinilah muncul semangat baru menjadikan merajut sebagai sumber ekonomi alternatif.
Baca juga: Sosok Willybrodus Adolfus Beny, ASN yang Sudah 51 Kali Lakukan Aksi Kemanusiaan Donor Darah
Harga yang dipasarkan mulai dari Rp15.000 hingga Rp700.000 dan sesuai pesanan.
“Saya merasa bangga saat orang lain pakai produk saya. Rasanya seperti, ‘wah, saya bisa juga, Dari situ muncul rasa percaya diri,” tuturnya.
Febby bisa mendapatkan keuntungan per hari hingga Rp1 juta, per bulan Rp3-5 juta dan per tahun mencapai Rp150 juta.
Kepercayaan diri itulah yang menurut Febby sangat penting dimiliki oleh setiap perempuan.
“Kalau perempuan punya rasa percaya diri, dia bisa lebih kuat, lebih tahan banting. Bahkan saya percaya, perempuan yang percaya diri bisa lebih tegas dalam menghadapi tekanan rumah tangga. Ini bisa jadi salah satu cara mencegah kekerasan dalam rumah tangga,” tegasnya.
Baca juga: Sosok Ipda Heru Sutaban, Polisi Bersepeda yang Peduli Akan Nasib Kaum Kecil di Ende
Kini Febby tak hanya merajut untuk dirinya sendiri. Ia mulai mengajak perempuan lain di sekitar tempat tinggalnya, termasuk remaja putri dari kampung-kampung, untuk belajar merajut.
Baginya, ini adalah bagian dari misi kecil untuk membangun kemandirian ekonomi perempuan di lingkungan lokal.
Meski banyak yang antusias pada awalnya, Febby mengakui bahwa menjaga konsistensi menjadi tantangan utama.
“Banyak yang semangat saat pelatihan atau diajar pertama kali. Tapi semangat itu sering cepat hilang. Besoknya mereka kembali ke rutinitas, lupa benang dan jarum,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa tantangan terbesar bukan pada keterampilan teknis, melainkan pada semangat untuk bertahan.
Baca juga: Sosok Benediktus Wahon, Putra NTT yang Dipercayakan Jadi Kasek Bawaslu Papua
“Dalam kondisi ekonomi yang berat, banyak perempuan butuh penghasilan, tapi sulit untuk disiplin dan konsisten. Kadang mentalnya sudah lelah duluan.” ujarnya.
Untuk itu, Febby tidak hanya mengajarkan teknik merajut, tetapi juga mencoba membangun ruang diskusi dan saling dukung antarperempuan.
Ia percaya bahwa dengan saling menguatkan, perempuan akan lebih tangguh dalam menghadapi realitas hidup sehari-hari.
Menurut Febby, karya rajutan yang tampak rapi di luar, sejatinya memiliki struktur pola yang kompleks di dalam.
Hal ini menjadi simbol bagaimana perempuan membentuk dirinya: dari potongan-potongan hidup yang tak selalu mudah, hingga menjadi pribadi yang utuh dan kuat.
Baca juga: Sosok Anggi Arista Farhany, Mahasiswi Undana yang Sukses Jadi Owner Dimsum Bynui
“Kalau kita tidak hafal polanya, tidak teliti, hasilnya akan berbeda. Ada aturan dan kesabaran yang harus dipelajari. Sama seperti membangun keluarga atau mengelola hidup. Harus pelan-pelan dan sabar,” katanya sambil menunjukkan pola rajutan simetris yang sedang ia kerjakan.
Kini, ia ingin terus mengembangkan komunitas perempuan perajut dan membuka peluang pelatihan lebih luas.
“Saya ingin lebih banyak perempuan punya penghasilan dari rumah. Bukan cuma karena butuh uang, tapi karena mereka butuh percaya diri dan merasa berharga,” pungkasnya.
Keterampilan yang harus dikuasai dalam merajut yaitu menghitdan, menghafal dan memadukan warna untuk menghasilkan karya yang baik.
Febby Nitte telah membuktikan bahwa dari benang-benang halus, bisa tumbuh kekuatan besar.
Dalam tiap helai rajutannya, tersembunyi kisah perjuangan, harapan, dan keyakinan bahwa perempuan mampu menyulam hari esok yang lebih baik dengan sabar, tekun, dan percaya pada diri sendiri. (Iar)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.