Opini
Opini: Krisis Ketenagakerjaan di Tengah Gempuran AI
Akan tercipta 170 juta lapangan pekerjaan baru secara global, akan tetapi92 juta lapangan pekerjaan diprediksi akan hilang karena digantikan oleh AI.
Menurut data BPS, angkatan kerja Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2024 berjumlah 3.118.678 jiwa, meningkat 127.962 pekerja dari tahun sebelumnya dan diproyeksikan akan terus meningkat untuk beberapa tahun ke depan.
Meskipun mayoritas pekerja NTT berada di sektor pertanian yang relatif aman dari otomatisasi AI, terdapat sekitar 750 ribu pekerja kantoran yang rentan terhadap disrupsi teknologi ini.
Tantangan semakin kompleks ketika melihat profil pendidikan angkatan kerja.
Hanya 14 persen yang merupakan lulusan pendidikan tinggi pada tahun 2022.
Hal ini berarti sebagian besar pekerja kantoran tersebut masuk ke kelompok rentan kehilangan kesempatan kerja karena digantikan AI.
Bahkan lulusan pendidikan tinggi tidak menjamin pasti mendapatkan pekerjaan karena bersaing tidak hanya dengan sesama pencari kerja, tetapi juga dengan AI yang semakin canggih.
AI kini mampu melakukan analisis data, membuat laporan, konten, hingga desain grafis hanya dengan bermodalkan prompt atau instruksi sederhana.
Konsekuensinya, pekerjaan yang sebelumnya membutuhkan banyak pekerja manusia dengan beragam keterampilan dapat direduksi menjadi satu atau dua orang dengan bantuan AI sehingga mengurangi lapangan pekerjaan.
Saat ini, Provinsi NTT memang bukan provinsi yang terdampak oleh paparan AI secara signifikan.
Sebagai provinsi dengan ekonomi yang masih bertumpu pada sektor agrikultur, penetrasi teknologi AI belum mencapai tingkat yang mengkhawatirkan seperti di provinsi-provinsi industri atau pusat bisnis.
Hal ini disebabkan oleh masih terbatasnya infrastruktur digital sehingga implementasi AI memerlukan biaya yang besar dan mayoritas pekerjaan pun masih bersifat pekerjaan manual.
Namun, jika tidak melakukan persiapan dan intervensi dari pemerintah, maka AI akan menjadi bom waktu dalam dekade mendatang.
Ketidaksiapan menghadapi perubahan dinamika ketenagakerjaan berisiko menimbulkan lonjakan angka pengangguran yang berpotensi memicu ragam masalah sosial lainnya.
Apalagi, kesenjangan digital dan rendahnya tingkat pendidikan di kalangan angkatan kerja di NTT dapat semakin memperlemah daya saing tenaga kerja lokal di pasar kerja nasional.
Riset Amazon Web Services (AWS) dengan Access Partnership bertajuk ”Accelerating AI Skills: Preparing the Asia Pacific Workforce for Jobs of the Future” yang dirilis pada Maret 2024 menunjukkan kebutuhan akan pekerja yang mahir menggunakan AI akan semakin tinggi dan tenaga kerja yang tidak memiliki keterampilan digital akan tertinggal dari kompetisi pasar kerja yang semakin kompetitif.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.