Opini
Opini: Narsisme Kolektif dan Tantangan Persatuan
Fenomena ini dapat ditemukan dalam berbagai konteks, mulai dari nasionalisme ekstrem hingga fanatisme kelompok dalam kehidupan sosial.
Peringatan Hari Lahir Pancasila menjadi momen yang tepat untuk mengkaji bagaimana negara dapat menanggulangi potensi disintegrasi sosial yang disebabkan oleh narsisme kolektif, serta bagaimana pendidikan dan kebijakan dapat diarahkan untuk menumbuhkan kebanggaan kolektif yang sehat, yang selaras dengan semangat Pancasila.
Penutup
Narsisme kolektif merupakan fenomena sosial yang penting untuk dipahami karena dampaknya yang luas terhadap dinamika kelompok, individu, dan masyarakat secara keseluruhan.
Narsisme kolektif berpotensi mengganggu harmoni dan persatuan bangsa. Dengan ciri-cirinya yang menekankan superioritas kelompok dan kebutuhan pengakuan eksternal, narsisme kolektif menciptakan jurang antar warga negara yang pada akhirnya melemahkan kohesi sosial.
Dalam konteks Indonesia, fenomena ini menjadi sangat relevan untuk dikaji dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila.
Peringatan Hari Lahir Pancasila bukan hanya seremoni, tetapi panggilan moral untuk terus menjaga dan memperkuat semangat persatuan dalam keberagaman.
Dalam menghadapi tantangan narsisme kolektif, refleksi kritis terhadap nilai-nilai Pancasila menjadi fondasi penting untuk membangun masa depan Indonesia yang lebih bersatu dan adil.
Sebagai ideologi pemersatu, Pancasila menolak segala bentuk eksklusivisme yang memecah belah masyarakat. Oleh karena itu, perlu ada kesadaran kolektif untuk membangun identitas kebangsaan yang inklusif dan toleran.
Pendidikan, media, serta kebijakan publik harus diarahkan untuk mengikis bibit-bibit narsisme kolektif dan menggantinya dengan kebanggaan kolektif yang sehat dan berbasis pada nilai-nilai kemanusiaan universal.
Dengan membedakan antara kebanggaan sehat dan narsisme kolektif, masyarakat dapat membangun identitas kelompok yang kuat namun tetap terbuka dan toleran terhadap perbedaan.
Pendidikan dan kebijakan publik memainkan peran sentral dalam menumbuhkan sikap kolektif yang sehat demi masyarakat yang harmonis dan demokratis.
Studi kasus di Indonesia menunjukkan bahwa tantangan dalam mengelola narsisme kolektif sangat relevan, dan Pancasila dapat menjadi fondasi ideologis untuk menjaga persatuan di tengah keberagaman. (*)
Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.