Opini

Opini: Aktualisasi Ajakan Tan Malaka dari Mitos Menuju Logos

Ia berpendapat bahwa mitos dapat membelenggu nalar kolektif, sehingga menghambat perkembangan bangsa. 

Editor: Dion DB Putra
KOMPASIANA
Tan Malaka. 

Tan Malaka mengeritik bahwa cara berpikir masyarakat masih terjebak dalam mistisisme, takhayul, dan kepercayaan irasional. 

Ia mendefinisikan mitos sebagai cara tradisional yang berkembang dalam budaya atau masyarakat tertentu, yang umumnya berkaitan dengan asal-usul manusia, kepercayaan terhadap leluhur, dewa-dewi, dan hal-hal yang dianggap sakral. 

Mitos seringkali berfungsi untuk menjelaskan fenomena yang tidak dapat dijelaskan secara logis, seperti kepercayaan akan roh orang mati yang tidak tenang. 

Namun, mitos tidak hanya terbatas pada hal-hal spiritual; ia juga dapat ditemukan dalam ranah politik, seperti mitos 'pemimpin berdarah biru' yang diyakini memiliki karisma kuat dan pantas memimpin. 

Lebih dari sekadar cerita rakyat, mitos dapat menjadi alat kekuasaan yang membuat masyarakat mematuhinya tanpa berpikir rasional. 

Nilai-nilai budaya yang berkembang dalam masyarakat tertentu dapat memperkuat kepatuhan ini. 

Bagi Tan Malaka, mitos semacam ini adalah penghambat perkembangan cara berpikir masyarakat, karena masyarakat menjadi tidak kritis terhadap asal-usul dan konsekuensi mitos tersebut, yang berujung pada kebodohan.

Sebagai seorang pemikir revolusioner, Tan Malaka sangat meyakini kekuatan pemikiran logis dan masuk akal. 

Menurutnya, pendidikan adalah alat pembebas utama yang mampu mengubah cara berpikir masyarakat. 

Ia melihat adanya pengaruh filsafat Barat yang mendasari pemikiran kritis, di mana pendidikan dapat melatih akal seseorang untuk berpikir kritis. 

Tan Malaka adalah pemikir sistematis yang percaya bahwa pendidikan kritis adalah alat emansipasi yang paling ampuh, khususnya dalam melawan dogmatisme dan takhayul. 

Melalui Madilog, ia menawarkan perubahan cara berpikir masyarakat dari mistik menjadi ilmiah. 

Baginya, rasionalitas bukan sekadar teori, melainkan sebuah alat revolusi. 

Madilog sendiri tidak hanya sebuah buku filsafat, tetapi juga sebuah manifesto pemikiran bebas dan alat analisis terhadap kenyataan. 

Tan Malaka mengajak masyarakat untuk mengubah cara berpikir dari yang berbasis mitos menjadi analitis, mengganti keyakinan buta dengan pengetahuan. 

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved