Nelayan Rote Ditangkap di Australia

Kades Hundihuk Akui Dua Saudaranya Sebagai ABK KM Berkat 01 yang Ditahan di Australia 

Di samping itu, dijelaskannya, mayoritas masyarakat Hundihuk adalah nelayan. Sebagian berprofesi sebagai petani, namun hanya petani musiman. 

Penulis: Mario Giovani Teti | Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/HO
DITAHAN AUSTRALIA - Potret ke-6 ABK kapal asal Hundihuk, Kecamatan Rote Barat Laut, Kabupaten Rote Ndao yang ditahan di Australia. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Mario Giovani Teti

POS-KUPANG.COM, BA'A - Kepala Desa Hundihuk, Yunus Modokh mengaku dua saudaranya adalah ABK dari KM Berkat 01 yang saat ini ditahan di Australia karena melanggar perairan perbatasan.

"Jadi ijin menyampaikan, kami keluarga korban termasuk saya juga, karena ada kedua saudara yang di atas kapal, Oktavianus Nafi nafi dan Semuel Nafi, pangkat adik dari saya, kami penuh pengharapan saat mereka melaut, sebenarnya tidak seperti ini. Mereka mencari jalan pintas tanpa mengantongi izin dan kami berpikir saat melaut durasi waktunya 4-5 hari sudah kembali ke tanjung Papela," pungkas Yunus saat dihubungi via telepon, Senin, (2/6/2025) malam.

Tetapi dalam kurun waktu 13 sampai 14 hari, Yunus dan keluarga dari para ABK tidak mendapat lagi informasi bahwa ke-enam ABK harus kembali ke pelabuhan. Sehingga saat itu, dirinya sangat dramatis dalam menduga-duga karena dinyatakan hilang. 

"Akhirnya kita berupaya mencari bantuan dengan berkomunikasi dengan Basarnas, Lanal Pulau Rote, Polres Rote Ndao. Namun setelah tiga hari pencairan, kami mendapat kabar bahwa enam saudara kami dengan kapal motor Berkat 01, mereka ditahan di Australia karena melanggar perairan perbatasan," tutur Yunus.

Awalnya, kata dia, keluarga sudah pasrah dan merasa mustahil jika harus mendapat informasi bahwa keenam ABK salamat atau ditangkap oleh pihak Australia.

Baca juga: DPRD NTT Harap Nelayan Rote yang Ditahan di Australia Bisa Segera Dideportasi

"Kami hanya berpikir mereka (6 ABK) sudah celaka atau terdampar di pulau-pulau kosong. Mereka sementara menjalani pemeriksaan di Australia. Kami mendapat kabar dari Konsulat RI di Australia bahwa mereka sementara menjalani pemeriksaan dan diproses untuk dideportasi kembali ke Indonesia," cetus Yunus.

Di samping itu, dijelaskannya, mayoritas masyarakat Hundihuk adalah nelayan. Sebagian berprofesi sebagai petani, namun hanya petani musiman. 

"Kalau tidak hujan mereka (masyarakat) semua beraktivitas di laut. Pertanian juga tidak terlalu begitu banyak karena lahan yang tersedia sedikit," ucap Yunus.

Dia membeberkan, musibah kecelakaan laut hingga tertangkap di Australia sudah terjadi tiga kali. Kecelakaan terakhir terjadi pada tahun 2022 lalu di perairan Australia yang mengakibatkan sembilan nelayan hilang hingga kini tidak ditemukan dan dua lainnya selamat.

"Nelayan kami di sini memilih untuk melaut ke Australia karena hasil tangkapannya banyak, walaupun membutuhkan waktu yang lama dan singkat. Kapal yang digunakan juga tidak terdata dengan baik, ada yang layak, dan ada yang tidak memenuhi standar," ketusnya. (rio)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved