TTU Terkini

Platform Digital Shopee, Denyut Nadi Kebangkitan UMKM di Perbatasan RI-RDTL 

Di SD Negeri Fatumuti, Iren mengampuh mata pelajaran SBdP (Seni Budaya dan Prakarya) sekaligus sebagai penjaga perpustakaan.

Penulis: Dionisius Rebon | Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/DIONISIUS REBON
Pelaku UMKM asal Desa Naiola, Maria Irene Kase saat menunjukkan aplikasi Shopee di layar gawai sebagai sarana atau media untuk memesan dan barang jualan online, Senin, 26 Mei 2025. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Dionisius Rebon 

POS-KUPANG.COM, KEFAMENANU - Rintik hujan berderai ringan. Mega menggantung pekat di jantung langit Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur pagi itu. 

Kabupaten Timor Tengah Utara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi NTT yang berada tepat di Pulau Timor. Luas wilayah Kabupaten TTU 2.669,70 kilometer ⊃2;. Kabupaten TTU terdiri dari 182 desa, 11 kelurahan dan 24 kecamatan.

Letak daerah otonomi yang sering disebut dengan julukan Bumi Biinmaffo ini sangat strategis. Pasalnya, Kabupaten TTU berbatasan langsung dengan dengan Negara Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) Distrik Oecusse. Sebuah wilayah enklave Negara Timor Leste yang terletak di antara Kabupaten Kupang dan Kabupaten TTU.

Beberapa pengendara sepeda motor menambah pacu laju kendaraannya di atas Jalan El Tari beradu cepat dengan rintik hujan yang menari liar tak terbendung dari puncak Bukit Miomaffo. Hari itu Senin, 26 Mei 2025. Cuaca sedang tidak memberi tanda musim hujan bakal berlalu tahun ini.

Penulis memacu laju kendaraan roda dua usai menimbang beberapa pilihan. Angin sepoi-sepoi basah menari riang di pucuk pepohonan dan rumput, mengantar penulis menuju Desa Naiola.

Pada hari itu, penulis berkesempatan mengunjungi seorang ibu berparas cantik asal Desa Naiola, Kecamatan Bikomi Selatan, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Perempuan bernama Maria Irene Kase ini (37) adalah seorang guru honor di Sekolah Dasar Negeri Fatumuti.

Ia merupakan lulusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Timor.

Perempuan yang akrab disapa Iren ini memiliki 2 orang anak. Buah hati pertamanya sedang mengenyam pendidikan jenjang Sekolah Dasar (SD) kelas IV. Sedangkan anak kedua saat ini masih berusia 5 tahun.

Di SD Negeri Fatumuti, Iren mengampuh mata pelajaran SBdP (Seni Budaya dan Prakarya) sekaligus sebagai penjaga perpustakaan. Dalam sebulan ia diberi upah Rp. 1.000.000. Karena menerima upah yang terbilang cukup rendah, perempuan yang akrab disapa Iren ini kemudian memutuskan untuk menggeluti dunia Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Pertama Kali Terjun di Dunia UMKM Bisnis Online 

Iren pertama kali terjun ke dunia bisnis online pada tahun 2016. Di dunia UMKM, ia secara khusus menekuni usaha bisnis online.

Ketika pertama kali menekuni bisnis tersebut, ia memesan barang-barang jualannya melalui Aplikasi Shopee dan satu aplikasi lainnya. Sejumlah barang yang dipesan kemudian dijual meliputi; sarung tenun, skincare, peralatan dapur, dan pakaian. 

Maria Irene Kase saat mempromosikan salah satu produk skincare
Maria Irene Kase saat mempromosikan salah satu produk skincare yang dipesan melalui Aplikasi Shopee, Senin, 26 Mei 2025

Alasan mendasar ibu dua anak ini menekuni dunia bisnis online ini karena ingin memanfaatkan handphone androidnya untuk sesuatu yang lebih positif di luar fungsinya sebagai sarana komunikasi.

Selain itu, keinginannya menekuni dunia tersebut untuk mencari kesibukan lain dan penghasilan tambahan. Seiring berjalannya waktu, ia membulatkan tekadnya untuk memesan barang-barang jualannya dari aplikasi Shopee karena biaya pengiriman yang murah.

Promosi Jualan Lewat Aplikasi Facebook, TikTok dan WhatsApp 

Iren mengakui bahwa berbisnis di era digital sangat dimudahkan. Semua akses dan tempat disiapkan untuk berkreasi dan berinovasi.

Pada mulanya Iren mulai mempromosikan jualannya melalui aplikasi Facebook. Kala itu, Facebook menjadi satu-satunya aplikasi yang cukup terkenal di kalangan masyarakat di perbatasan.

Mengingat pengguna Facebook cukup banyak, ia memutuskan untuk memposting foto barang jualannya di aplikasi tersebut. Langkah ini pada mulanya belum diminati secara serius oleh masyarakat di Kabupaten TTU.

Ketika pertama kali memosting foto-foto tersebut di media sosial, rasa sungkan sempat menghantui pikirannya. Ia perlahan menepis semua rasa negatif tersebut dengan satu visi bahwa pekerjaan tersebut halal dan sekaligus membantu orang lain dan dirinya sendiri.

Iren konsisten memosting foto jualannya di Facebook setiap hari. Seiring berjalannya waktu, beberapa orang menghubunginya melalui pesan Facebook maupun nimbrung berkomentar di kolom komentar.

Sejak saat itu ia mulai aktif berjualan di Facebook. Terkadang Iren harus menghabiskan waktu untuk mengantar jualannya.

Beberapa tahun setelah berjualan melalui aplikasi Facebook, Iren mulai penasaran dengan aplikasi TikTok yang mulai santer digunakan masyarakat. Mulanya ia hanya mempromosikan jualan sambil menyematkan nomor handphone di aplikasi itu.

Hingga saat ini, Iren aktif berjualan melalui aplikasi Facebook dan TikTok. Saat ini konsumen atau langganannya banyak yang memesan langsung via aplikasi WhatsApp.

Mengenal Paltform Digital Shopee dari Play Store

Iren mengaku pertama kali memesan barang melalui sebuah aplikasi yang saat ini sudah tidak beroperasi lagi. Setelah aplikasi tersebut tidak beroperasi lagi, ia kemudian iseng membuka aplikasi Play Store sekedar mencari tahu tentang aplikasi yang cocok untuk memesan barang-barang jualannya.

Beberapa saat melakukan pencarian di Play Store ia kemudian memutuskan untuk mendownload aplikasi Shopee setelah membaca dan mencari tahu secara saksama tentang aplikasi tersebut. 

Menurutnya, selain karena gratis biaya pengiriman ketika pertama kali diluncurkan, harga barang yang dijual di aplikasi Shopee sangat terjangkau dengan isu dompet. Kemudahan-kemudahan ini yang kemudian mendorong Iren menggunakan aplikasi tersebut hingga saat ini.

Aplikasi Shopee, kata Iren, sangat konsisten dan realistis dalam menyajikan barang yang diposting di foto dan saat diterima pemesanan. Konsistensi inilah yang mendorongnya tetap menggunakan aplikasi tersebut.

Di sisi lain, aplikasi Shopee menawarkan semua jenis barang yang dibutuhkan konsumen pada umumnya. Dalam sebulan ia bisa memesan 5 sampai 10 kali barang di aplikasi Shopee dalam jumlah banyak.

"Kalau ada yang beli baru saya bisa order. Kalau tidak ada yang beli saya tidak bisa order," ucapnya dengan mata berbinar-binar.

Kepercayaan pelanggan dan biaya yang terjangkau serta waktu pengiriman yang terbilang cukup singkat ke wilayah perbatasan merupakan salah satu faktor Aplikasi Shopee menjadi primadona bagi pelaku UMKM bisnis online di wilayah ini melabuhkan hati mereka.

Dikatakan Iren, ia juga memperoleh kemudahan dan keuntungan dari Aplikasi Shopee. Selama ini ia mengaku ikut mempromosikan barang jualan dalam program Shopee Video Serbu Bonus untuk memperoleh diskon harga dan komisi.

Apabila ada konsumen yang membeli produk melalui video yang diposting maka, mereka akan memperoleh bonus. Bonus tersebut dalam bentuk prosentase dari harga barang.

Jatuh Bangun Bisnis Online dan Jaringan Telekomunikasi 

Menekuni dunia bisnis online tidak hanya bergumul dengan keuntungan dan dampak positif yang dirasakan tetapi juga dengan sejumlah persoalan. Jatuh bangun dalam dunia usaha merupakan hal yang biasa.

Kondisi ini juga yang dialami oleh Iren dan keluarganya. Pada tahun 2019 Iren memutuskan untuk sempat menghentikan aktivitasnya di dunia bisnis online.

Hal ini disebabkan oleh faktor modal yang kian menipis dan juga niatnya yang ingin fokus merawat buah hatinya usai melahirkan. Meninggalkan dunia usaha tersebut terasa cukup berat.

Pendapatan tambahan yang setiap hari diterima kini tidak lagi dirasakan. Kondisi ini cukup sulit untuk dilewati. Mereka kemudian bergantung hidup dari pendapatan suaminya yang merupakan seorang karyawan pada rumah sakit swasta di Provinsi Jawa Barat.

Beberapa kali Iren mendapatkan kerugian yang luar biasa dari bisnis tersebut. Barang yang telah diorder dibatalkan secara sepihak oleh konsumen. Kondisi ini diperparah dengan sikap beberapa konsumen yang ternyata tidak membayar barang tersebut setelah digunakan.

Bagi Iren, hal ini merupakan tantangan luar biasa untuknya di satu sisi sebagai ibu rumah tangga, guru dan juga pelaku UMKM. Selain itu salah satu faktor paling mendasar dari keputusannya berhenti untuk sementara waktu menggeluti dunia ini karena jaringan telekomunikasi di tempat tinggal yang baru kurang menunjang.

Saat pertama kali merintis usaha ini, Iren berdomisili di Kota Kefamenanu (Ibukota Kabupaten TTU). Namun, setelah itu ia pindah tempat domisili di Desa Naiola, Kecamatan Bikomi Selatan sekaligus mengajar di SD Negeri Fatumuti.

Pada tahun 2021, jaringan telekomunikasi di Desa Naiola mulai membaik. Iren kemudian memutuskan untuk kembali menggeluti dunia UMKM. Jaringan telekomunikasi di sebuah daerah menjadi penunjang utama bisnis online.

Berjualan Kain Tenun, Strategi Jitu Pelaku UMKM Merawat Warisan Leluhur 

Sejak tahun 2021 Iren tertarik menjual produk tenun daerah di wilayah Provinsi NTT. Demi memperlancar usahanya, ia menghubungi keluarganya di setiap kabupaten/kota di Provinsi NTT. Kain tenun setiap daerah di wilayah Provinsi NTT memiliki warna, motif dan variasi yang berbeda.

Sebagai seorang wanita yang lahir dari rahim Budaya Atoni Meto (Suku Dawan) yang kental, Iren mengatakan, kain tenun selalu digunakan oleh orang tua dan anak muda kala itu dalam melaksanakan semua aktivitas mereka.

Sejak kecil, Iren telah diajarkan dan dibiasakan orang tuanya untuk mencintai kain tenun dan menjadikan kain tenun sebagai identitas.

Ketertarikan Iren menjual kain tenun daerah karena latar belakangnya sebagai seorang guru. Ia berniat memberikan edukasi dan sosialisasi tentang pentingnya merawat warisan leluhur tentang kain tenun.

Edukasi dan sosialisasi tersebut dimulai dari diri sendiri yakni membiasakan diri mengenal dan mempromosikan kain tenun dalam dunia bisnis online.

Kain tenun daerah Sumba yang dijual pelaku UMKM asal Desa Naiola, Maria Irene Kase
Kain tenun daerah Sumba yang dijual pelaku UMKM asal Desa Naiola, Maria Irene Kase.

Cara ini merupakan langkah awal untuk membangun pemahaman publik tentang rasa cinta terhadap budaya lokal.

Perjalanan berbisnis kain tenun ini tidak terbilang mudah. Pasalnya, menjual kain tenun membutuhkan modal yang besar serta relasi yang luas.

"Minimal di setiap kabupaten/kota itu kita punya sat orang kenalan atau keluarga yang memiliki hobi yang sama yakni berjualan kain tenun atau minimal mengoleksi kain tenun," ungkapnya.

Dalam sebulan Iren mengaku bisa memperoleh pendapatan bersih berkisar Rp. 1.000.000 sampai Rp. 2.000.0000 dari semua barang yang dijual. Pendapatan ini dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan digunakan untuk tabungan pendidikan anak-anak.

UMKM Jadi Jantung Pertumbuhan Ekonomi di Desa Naiola 

Kepala Desa Naiola, Yakobus Nitsae tampak menyulut sebatang lisong kala ditemui Selasa, 27 Mei 2025. Pria paruh baya ini terpilih sebagai Kepala Desa Naiola pada tahun 2023 lalu melalui proses demokrasi PILKADES serentak di Kabupaten TTU.

Pria murah senyum ini terkenal garang menolak ketidakadilan dan pengerusakan alam di wilayah itu. Beberapa waktu lalu, ia memimpin masyarakat setempat memprotes beroperasinya perusahaan tambang Galian C Ilegal di desa itu.

Ia menjelaskan, pada hakikatnya, jantung pertumbuhan ekonomi di Desa Naiola adalah UMKM. Pertumbuhan UMKM di Desa Naiola cukup tinggi.

Hal ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi Yakobus sebagai pemimpin di wilayah itu. Di sisi lain, tidak sedikit petani di desa itu juga terjun langsung menjadi pelaku UMKM.

"Kalau kami di sini mayoritas petani. Tetapi banyak petani yang juga adalah pelaku UMKM," ucapnya dengan suara tegas.

Pemerintah Desa Naiola, lanjutnya, mendukung penuh pertumbuhan pelaku UMKM di desa itu. Mereka memberikan pelatihan bagi pengrajin tenun perempuan demi meningkatkan skill dan kualitas kain tenun yang dihasilkan.

Upaya ini semata-mata bertujuan agar kain tenun asal desa itu bisa menembus pasar lokal, nasional bahkan internasional.

Wajah Fasilitas Digitalisasi di Kabupaten TTU 

Kepala Dinas Komdigi Kabupaten Timor Tengah Utara, Kristoforus Ukat mengatakan, dalam rangka pengembangan SDM Aparatur serta mendukung pelayanan publik dan pengembangan digitalisasi di semua sendi kehidupan, Komdigi RI mengalokasikan pembangunan sebanyak 13 menara BTS di wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI).

Sejak tahun 2018 hingga tahun 2023, Kabupaten Timor Tengah Utara menerima alokasi bantuan pembangunan 13 menara Base Transceiver Station (BTS). Menara BTS ini dibangun di daerah-daerah yang masuk dalam kategori blank spot (tempat-tempat yang tidak memiliki sinyal akibat dari tiadanya menara telekomunikasi dan Saluran Udara Tegangan Tinggi atau SUTET).

Semua menara BTS ini sudah dibangun dan beroperasi. Keberadaan menara BTS ini telah membantu masyarakat dalam mengakses informasi, komunikasi dan digitalisasi. 

Pada tahun 2018 menara BTS dibangun di Desa Naekake A (Kecamatan Mutis), Desa Tasinifu (Kecamatan Mutis), Desa Bakitolas (Kecamatan Naibenu), Desa Benus (Kecamatan Naibenu), dan Desa Kuluan (Biboki Feotleu) serta Desa Sunsea (Kecamatan Naibenu).

Sedangkan pada tahun 2020 menara BTS dibangun di Desa Tublopo (Kecamatan Bikomi Selatan), Desa Tubu (Kecamatan Bikomi Nilulat), dan Desa Naku (Kecamatan Biboki Feotleu). 

Pada tahun 2021 Kabupaten Timor Tengah Utara kembali menerima alokasi pembangunan menara BTS di Desa Nonotbatan dan Desa Tuamese (Kecamatan Biboki Anleu), Desa Naekake B dan Desa Noelelo (Kecamatan Mutis). Pembangunan menara BTS ini membawa warna baru bagi masyarakat dalam mengakses informasi. 

Semua menara BTS yang dibangun di Kabupaten Timor Tengah Utara ini berkapasitas 10 MBps dengan asumsi bahwa satu unit menara BTS bisa diakses sebanyak 15 sampai 20 orang. Pembangunan menara BTS ini juga berada di lokasi yang berdekatan dengan fasilitas umum seperti fasilitas kesehatan, Pendidikan dan Kantor Pemerintahan. Operasional menara BTS tersebut menggunakan tenaga surya.

Apabila Menara BTS yang dibangun ini mengalami kendala atau kerusakan, Dinas Komdigi menyampaikan informasi tersebut kepada BAKTI Komdigi melalui aplikasi yang telah disiapkan yakni Aplikasi PASTI.

Dari 13 menara BTS tersebut, sebanyak 4 menara BTS merupakan menara Indosat sedangkan 9 lainnya Telkomsel.

Sebagai salah satu kabupaten yang berbatasan langsung dengan wilayah Negara Timor Leste Distrik Oecusse, alokasi pembangunan menara BTS ini sangat penting. Sebelumnya, warga yang berada di jantung perbatasan kesulitan mengakses internet karena gangguan jaringan dari Negara Timor Leste.

Efisiensi pembangunan menara BTS ini dari segi waktu sangat membantu. Pasalnya masyarakat bisa mengakses informasi dan komunikasi tanpa harus bepergian ke tempat yang memiliki jaringan. Mereka tidak perlu mengeluarkan biaya lagi untuk mengakses jaringan internet maupun komunikasi dan digitalisasi.

Selain pembangunan Menara BTS di 13 Desa tersebut, Komdigi juga mengalokasikan jaringan internet pada sejumlah fasilitas umum seperti fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, tempat pariwisata dan juga di fasilitas pemerintahan. 

Alokasi jaringan internet berupa Wi-Fi ini tersebar di 94 titik di seluruh wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara. Semua bantuan jaringan internet tersebut beroperasi hingga saat ini.

Apabila akses jaringan internet tersebut mengalami kendala, para pengelola internet langsung menghubungi nomor kontak tim maintenance BAKTI Komdigi. Jaringan internet ini dipasang secara berkelanjutan sejak tahun 2018 hingga 2023.

Sebanyak 26 puskesmas yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara telah menerima alokasi jaringan internet dari BAKTI Komdigi. 

Alokasi jaringan internet di fasilitas kesehatan ini bertujuan menunjang program kesehatan pemerintah. Sementara pada tahun 2024 lalu, Komdigi juga mengalokasikan anggaran untuk pemasangan internet di sekolah-sekolah di Kabupaten TTU. 

Platform Digital Shopee Beri Kesempatan Masyarakat Perbatasan RI-RDTL Bangkit dari Persoalan Ekonomi

Dalam upaya mendukung dan menjaga eksistensi UMKM di Kabupaten TTU, Kementerian UMKM melalui Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten TTU menggelar berbagai macam kegiatan pendampingan dan pembinaan. Pendampingan dan pembinaan ini seputar edukasi kepada mereka tentang teknik-teknik berusaha seperti; pencatatan keuangan dan pelatihan-pelatihan teknis.

"Kita buat pelatihan-pelatihan supaya mereka punya keterampilan teknis untuk mengolah usaha yang mereka geluti," ungkapnya.

OPD terkait juga fokus mengedukasi dan memfasilitasi agar UMKM di Kabupaten TTU secara legal memiliki izin usaha. Sehingga mereka memiliki akses untuk mendapatkan modal di lembaga keuangan.

Sebelumnya, Kementerian UMKM juga mengalokasikan anggaran kepada pelaku UMKM melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Pemkab TTU untuk pelaksanaan kegiatan pelatihan dan sebagai stimulus untuk modal usaha pelaku UMKM

Theodorus menjelaskan, bisnis online merupakan salah satu jenis UMKM yang bertumbuh cukup pesat di wilayah perbatasan RI-RDTL. Digitalisasi bisnis di Kabupaten TTU memang menjadi salah satu trend saat ini.

Hal ini merupakan langkah maju dari peran penting digitalisasi. Digitalisasi bisnis era ini menjadi solusi bagi pelaku UMKM untuk tetap eksis meski memiliki pekerjaan lain.

Peran penting Paltform Digital Shopee di Kabupaten TTU berdampak luas. Platform ini berkonstribusi membantu dan memberikan kesempatan kepada pelaku UMKM untuk bangkit dari ekonomi.

Platform Digital Shopee menjadi penyambung harapan antara produsen dan konsumen. Karena selama ini, terbentang jarak yang cukup jauh antara pelaku UMKM dan produsen.

Persoalan perekonomian masyarakat di perbatasan RI-RDTL khususnya di wilayah Kabupaten TTU, ujar Theodorus, masih menjadi topik hangat yang harus dibicarakan secara komperhensif. Kehadiran Paltform Digital Shopee adalah salah satu solusi nyata persoalan ini bisa ditekan.

Platform Digital Shopee, Denyut Nadi Kebangkitan UMKM di Perbatasan RI-RDTL 

Wilayah Kabupaten TTU yang berada tepat di perbatasan RI-RDTL Distrik Oecusse merupakan salah satu wilayah strategis pertumbuhan UMKM. UMKM merupakan denyut nadi pertumbuhan ekonomi di perbatasan.

Berdasarkan data BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur, jumlah industri Mikro dan Kecil di Kabupaten TTU tahun 2021 sebanyak 5.549. Pada tahun 2022, jumlah ini mengalami peningkatan signifikan yakni 10.806 UKM. 

Bupati Timor Tengah Utara, Yosep Falentinus Delasalle Kebo menuturkan, dalam upaya memastikan eksistensi UMKM, salah satu cara yang dilakukan Pemkab TTU untuk mendukung pasar pelaku UMKM adalah menghidupkan kembali Car Free Day serta menghadirkan UMKM di lokasi pelaksanaan Car Free Day tersebut.

Selain itu, berbagai upaya jangka panjang dilaksanakan Pemkab TTU mendorong peningkatan kesejahteraan petani melalui penyaluran bantuan alsintan, pupuk dan bibit demi meningkatkan produksi pertanian. Pasalnya, mayoritas mata pencaharian masyarakat di Kabupaten TTU adalah petani.

"Semua ini nantinya akan bermuara pada daya beli dan dukungan terhadap pelaku UMKM. Jadi kalau petani kita sejahtera maka, daya beli itu tidak akan diragukan lagi," ujarnya.

Kehadiran Paltform Digital Shopee memberikan alternatif bagi kaum perempuan dan masyarakat pada umumnya untuk menjadi pelaku UMKM. Platform Digital Shopee telah menegaskan dirinya menjadi asa baru dan denyut nadi kebangkitan UMKM di wilayah perbatasan RI-RDTL Distrik Oecusse. (bbr)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved