Opini
Opini: Pancasila yang Hilang di Lahan NTT
Setiap 1 Juni, Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila dengan tema "Memperkokoh Ideologi Pancasila Menuju Indonesia Raya".
Berikut dampak riil yang dirasakan warga. Pertama, kehilangan sumber penghidupan mendasar. Petani dan nelayan tradisional menderita.
Proyek pertambangan (seperti di Poco Leok) atau perkebunan skala besar merampas lahan pertanian produktif dan wilayah tangkap nelayan.
Akibatnya kelaparan akut terjadi. 78 persen keluarga petani di Manggarai kehilangan 70 persen hasil panen setelah alih fungsi lahan, memicu ketergantungan pada beras impor (BPS NTT, 2023). Dampak lain yaitu utang tidak terkelola.
Masyarakat terpaksa beralih jadi buruh harian dengan upah Rp 25.000–35.000/hari tak cukup menutupi kebutuhan dasar, memaksa pinjaman rentenir (bunga 20 persen/bulan).
Kedua, kerusakan lingkungan yang langsung mengancam kesehatan. Polusi air dan udara akan terjadi.
Limbah merkuri dari tambang emas di Nagekeo mencemari 12 sungai utama, menyebabkan wabah penyakit Kulit dan Ginjal. 45 persen warga Desa Rendu mengalami gatal-gatal kronis (Dinkes NTT, 2024). Biaya Kesehatan juga akan Melonjak.
Pengeluaran keluarga untuk obat mencapai Rp 500.000/bulan, padahal sebelumnya hanya Rp 50.000.
Ketiga, kriminalisasi dan kekerasan fisik. aksi represif aparat bisa terjadi. Saat protes penolakan proyek (contoh: Pubabu), warga mengalami pemukulan dan penangkapan sepihak.
Misalnya saja, 37 warga Besipae terluka dalam penggusuran paksa (2022), 5 tokoh adat dipenjara dengan tuduhan "mengganggu ketertiban".
Trauma psikologis tidak dapat dihindarkan. Anak-anak di lokasi konflik menunjukkan gejala PTSD (gangguan stress pascatrauma) di 4 kabupaten (riset LSM Setara, 2023).
Keempat, pemutusan rantai ekonomi lokal. Matinya UMKM berbasis sumber daya lokal.
Alih fungsi lahan untuk pariwisata (contoh: Bowosie) menghancurkan pasar tradisional. 120 pedagang sayur kehilangan tempat berjualan. Kerajinan tenun ikat juga terancam. Bahan baku kapas lokal sulit diakses setelah lahan diubah jadi resort.
Kelima, disintegrasi sosial dan migrasi paksa. Konflik horizontal pasti terjadi.
Iming-iming ganti rugi oleh pengembang malah memecah komunitas polarisasi kampung. Desa Wologai (Sikka) terbelah antara "kelompok pro-modal" vs "penjaga adat".
Eksodus Tenaga Kerja pasti akan terjadi. Misalnya 1.200 pemuda dari Timor Tengah Selatan migran ke Malaysia secara ilegal tahun 2023–karena tak punya lahan lagi (catatan BP2MI).
Opini: Krisis Batasan Domain Leviathan dan Tuhan |
![]() |
---|
Opini: Menuju Sekolah Cerdas, Integrasi Deep Learning dan AI dalam Transformasi Pembelajaran |
![]() |
---|
Opini - Implikasi Kebijakan Pembekuan Rekening Tidak Aktif Selama 3 Bulan Oleh PPATK |
![]() |
---|
Opini: Saatnya Keuangan Syariah Jadi Motor Penggerak Ekonomi Nasional |
![]() |
---|
Opini: Membangun Literasi, Membangun Manusia, Membangun Ekonomi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.