NTT Terkini

Deklarasi JIFAV, Olgario Soares Perjuangkan Keadilan Hukum Atas Pelanggaran HAM oleh FRETILIN

Penyintas korban Fretelin Deklarasikan JIFAV Justice For APODETI Victims - People's Tribunal On Fretilins Crimes, di Kupang, Selasa (27/5/2025)

POS KUPANG/EUGENIUS BORO
OLGARIO SOARES - Presiden Justice For APODETI Victims - People's Tribunal On Fretilins Crimes (JIFAV), Olgario Miguel Osorio Soares, saat Deklarasi JIFAV, di Kupang, Provinsi NTT, Selasa (27/5/2025). 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Eugenius Suba Boro

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Deklarasi JIFAV (Justice For APODETI Victims - People's Tribunal On Fretilins Crimes) Kupang, Selasa (27/5/2025).

Acara ini bertepatan dengan peringatan 51 tahun berdirinya APODETI, yang akan menjadi momentum reflektif bagi keluarga besar APODETI dan para penyintas kekerasan politik di timor timur pada periode 1975-1976.

JIFAV adalah sebuah komunitas yang dibentuk keluarga korban dan para penyintas kekejaman FRETILIN untuk memperjuangkan keadilan hukum dan pengakuan atas pelanggaran Hak Asasi Manusia yang saat ini diabaikan oleh narasi dominan sejarah.

Presiden JIFAV, Olgario Miguel Soares dan Sekjen JIFAV, Basmeri

Baca juga: 51 Tahun Apodeti, Penyintas Kekerasan Fretelin Deklarasikan JIFAV Justice for Apodeti Victims

Dalam suasana khidmat dan penuh makna, Ketua Umum Justice for Apodeti Victims (JIFAV), Olegario Miguel Soares, secara resmi mendeklarasikan pendirian organisasi tersebut hari ini, bertepatan dengan peringatan ulang tahun ke-51 berdirinya APODETI.

Deklarasi ini dihadiri oleh para sesepuh APODETI, keluarga besar korban kekejaman FRETILIN, Penyintas, pejuang integrasi, Joao Meco, SH. pengacara senior dan tamu undangan lainnya. 

JIFAV - Presiden dan Sekjen JIFAV dan anggota. JIFAV sebuah komunitas yang dibentuk oleh keluarga korban dan para penyintas kekejaman FRETELIN untuk memperjuangkan keadilan hukum dan pengakuan atas pelanggaran Hak Asasi Manusia, yang selama ini diabaikan oleh narasi dominan sejarah
 
JIFAV - Presiden dan Sekjen JIFAV dan anggota. JIFAV sebuah komunitas yang dibentuk oleh keluarga korban dan para penyintas kekejaman FRETELIN untuk memperjuangkan keadilan hukum dan pengakuan atas pelanggaran Hak Asasi Manusia, yang selama ini diabaikan oleh narasi dominan sejarah   (POS KUPANG/NOVEMY LEO)

Acara berlangsung dalam nuansa sederhana namun sarat sejarah, membawa serta harapan baru akan pengakuan dan keadilan bagi mereka yang telah lama terlupakan.

“Sejarah mencatat bahwa di balik euforia para pemenang, ada luka-luka yang selama puluhan tahun dikubur dalam diam dan kesunyian,” tegas Olgario Miguel Soares, dalam sambutannya. 

Olgario Miguel Soares menyampaikan bahwa JIFAV didirikan bukan untuk membalas dendam, melainkan untuk memperjuangkan pengakuan, keadilan, dan rehabilitasi atas tragedi kemanusiaan yang menimpa keluarga korban kekejaman FRETILIN pada tahun 1975–1976.

“Kami adalah mereka yang kehilangan ayah, ibu, suami, istri, dan anak-anak karena kekerasan bersenjata yang brutal, yang dilakukan atas nama kemerdekaan tapi dengan cara yang melanggar kemanusiaan,” ujar Olgario Miguel Soares, dengan nada emosional.

JIFAV - Presiden dan Sekjen JIFAV dan anggota. JIFAV sebuah komunitas yang dibentuk oleh keluarga korban dan para penyintas kekejaman FRETELIN untuk memperjuangkan keadilan hukum dan pengakuan atas pelanggaran Hak Asasi Manusia, yang selama ini diabaikan oleh narasi dominan sejarah
JIFAV - Presiden dan Sekjen JIFAV dan anggota. JIFAV sebuah komunitas yang dibentuk oleh keluarga korban dan para penyintas kekejaman FRETELIN untuk memperjuangkan keadilan hukum dan pengakuan atas pelanggaran Hak Asasi Manusia, yang selama ini diabaikan oleh narasi dominan sejarah (POS KUPANG/OMDSMY NOVEMY LEO)

JIFAV, menurut Olgario Miguel Soares, akan menjadi wadah hukum, advokasi, dan sejarah bagi suara-suara yang selama ini tercecer dan diabaikan.

Olgario Miguel Soares menegaskan bahwa keadilan tidak berarti membalas, tapi agar dunia mendengar dan mencatat sejarah dari sudut pandang mereka yang selama ini dibungkam.

“Keadilan berarti sejarah tidak hanya milik mereka yang bersenjata dan menang, tapi juga milik mereka yang dilupakan dan disakiti,” tegas Olgario Miguel Soares.

Olgario Miguel Soares juga menyoroti pentingnya rekonsiliasi yang sejati, bukan sekadar formalitas yang menukar suara penyintas dengan impunitas. Ia mengajak semua pihak untuk membangun perdamaian yang jujur dan setara, yang mendengarkan semua korban tanpa kecuali.

Baca juga: Berita Viral, Musisi Timor Leste Tegur Orang Indonesia Asal NTT yang Nyanyikan Lagu Tiles Tanpa Izin

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved