Opini

Opini: Penjurusan Kembali di SMA

Rencana Mendikdasmen dengan harapan dapat memberikan fleksibilitas dan relevansi lebih baik bagi peserta didik dalam menentukan jalur pendidikan

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Ridwan Mahendra 

Kedua, stigma dan stereotip. Penjurusan di SMA, terkadang memiliki anggapan bahwa jurusan IPA lebih pintar, IPS lebih santai, dan Bahasa jarang atau tidak diminati.

Dengan adanya stigma tersebut seharusnya peserta didik lebih dibekali pemahaman yang cukup mengenai minat, bakat serta pilihan karier dan kecocokan jurusan yang diambil sesuai dengan potensinya.

Ketiga, kurang fleksibel. Peserta didik seringkali berpindah jurusan atau mengeksplorasi bidang lain di luar jurusan yang dipilih.

Harapan

Dengan sistem penjurusan yang rencananya akan diterapkan kembali pada tahun
ajaran 2025–2026 itu penulis berharap bahwa langkah yang diambil oleh Mendikdasmen tersebut  tepat dalam kemajuan pendidikan di Indonesia.

Semoga meningkatkan motivasi siswa untuk berprestasi. Terakhir, dengan penjurusan kembali harapannya dapat meningkatkan rasa percaya diri peserta didik. Penjurusan kembali di SMA bukan sekadar perubahan jalur pendidikan, tetapi merupakan bentuk evaluasi bagi peserta didik.

Harapan dari proses ini yakni meningkatkan rasa percaya diri dalam menempuh pendidikan dan merencanakan masa depan mereka. 

Selain itu, dengan penjurusan ini peserta didik lebih leluasa dalam memilih ketertarikan yang sejalan dengan potensi dan bakat.

Ketika potensi dan bakat peserta didik sudah sesuai dan merasa tepat, kepercayaan akan tumbuh secara alami dan penjurusan kembali di SMA menjadi salah satu langkah yang mendukung peserta didik dan siap dalam menghadapi jenjang pendidikan berikutnya. (*)

Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved