Opini
Opini: Bahaya Narsisme dan Filsafat Byung-Chul Han
Han berbicara tentang depresi sebagai pandemik abad ke-21, sindrom defisit perhatian dan burnout.
Menurut Han, revolusi tidak mungkin terjadi: revolusi harus mematahkan beberapa mandat yang ditanamkan dalam masyarakat kita, seperti kinerja, individualisme, dan narsisme.
Bagi Han, cinta merupakan solusinya—bukan dalam arti cinta berpasangan atau hubungan erotis/seksual, tetapi cinta sebagai keterbukaan terhadap orang lain, kapasitas untuk menghasilkan ikatan persaudaraan universal di tengah globalisasi ketidakpedulian dan kecemasan individu yang amat tinggi.
Han menempatkan kebaikan tertinggi, kebahagiaan, pada mereka yang berpikir bersama orang lain dan memiliki banyak sahabat dan kawan, dalam arti menciptakan ikatan, di dalam perbedaan, yang berbicara tentang korespondensi dan diskursus timbal balik tentang kehidupan.
Hanya melalui orang lainlah saya dapat bercermin, mengenal diri, mengintrospeksi diri, mengidentifikasi diri, mengubah diri saya, dan mematahkan belenggu yang membelenggu diri saya sendiri, yakni cangkang narsistik. (*)
Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.