NTT Terkini
Kolaborasi Bapperida dan ICRAF Indonesia Rancang Skenario Pertumbuhan Ekonomi Hijau di NTT
Selanjutnya ketiga yaitu memadukan tawaran pertama dan kedua dengan hilirisasi kopi, kelapa, kemiri, panili, jambu mete, dan perikanan.
Penulis: Irfan Hoi | Editor: Oby Lewanmeru
Dampak perubahan iklim meluas ke sektor pertanian, dengan penurunan produksi komoditas unggulan seperti padi, jagung, dan kopi.
Dia mengatakan, kelompok masyarakat yang paling terdampak adalah mereka yang bergantung pada sumber daya alam, termasuk perempuan, yang mengalami tekanan ganda akibat faktor sosial dan budaya dalam menghadapi perubahan pola cuaca.
Kerugian akibat perubahan iklim dapat diperparah oleh praktik pengelolaan lahan dan pembangunan yang mengabaikan daya dukung lingkungan.
Lingkungan memiliki kapasitas terbatas untuk menopang aktivitas manusia, dan jika batas ini dilampaui, risiko bencana akan meningkat, membawa dampak jangka panjang yang membebani generasi mendatang.
Sementara itu Arga Pandiwijaya, peneliti geospasial dari ICRAF Indonesia yang menjadi bagian dari kelompok kerja (pokja) ekonomi hijau, menjelaskan bahwa dokumen GGP merekomendasikan enam strategi.
Dia merinci, keenam strategi tersebut yakni pertama, tata guna lahan secara berkelanjutan. Kedua, penguatan kelembagaan dan peningkatan akses terhadap lima modal penghidupan yang sensitif terhadap GEDSI.
Selanjutnya ketiga, optimalisasi produktivitas, diversifikasi, peningkatan daya saing dan nilai tambah sektor unggulan daerah yang berketahanan iklim. Keempat, penguatan rantai nilai dan konektivitas ekonomi wilayah yang berkeadilan.
Kemudian kelima adalah restorasi daerah aliran sungai, lahan, hutan, pesisir dan sumber daya air. Dan keenam, pendanaan inovatif multipihak melalui mekanisme investasi dan insentif jasa lingkungan.
“Pengembangan enam strategi ini diharapkan dapat berkontribusi dalam mewujudkan visi perencanaan jangka panjang NTT," ujarnya.
Arga mengatakan, GGP NTT dapat menjadi panduan strategis untuk pembangunan yang lebih terarah dan berkelanjutan. Sebagai dokumen perencanaan, GGP telah mencakup visi jangka panjang, sasaran yang ingin dicapai, skenario yang telah dirumuskan, serta strategi dan intervensi yang disusun berdasarkan analisis awal terhadap indikatr kinerja masa depan.
Ia menegaskan, keberhasilan implementasi rencana ini sangat bergantung pada keterlibatan aktif berbagai pihak, termasuk masyarakat, sektor swasta, lembaga keuangan, dan pemangku kepentingan lainnya.
“Kolaborasi lintas sektor ini penting untuk mendorong pengembangan investasi hijau di daerah dan memastikan pertumbuhan ekonomi yang selaras dengan pelestarian lingkungan. Ekonomi hijau, masa depan kemilau,” ujarnya. (fan)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.