Opini

Opini: Hari Pendidikan Nasional di Antara Dialektika dan Etika Rapuh

Dialektika dalam konteks pendidikan hari ini adalah ketegangan terus-menerus antara wacana dan kenyataan. 

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Jose Da Conceicao Verdial 

Dialektika dalam pendidikan mencerminkan pertentangan antara visi besar dan realitas yang membatasi. 

Di atas kertas, pendidikan di Indonesia dirancang untuk membentuk manusia seutuhnya, sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 

Namun, pelaksanaan di lapangan sering kali tidak sejalan dengan idealisme tersebut.

Berbagai studi menunjukkan masih adanya ketimpangan akses dan kualitas pendidikan, terutama di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) (UNICEF, 2022). 

Ketimpangan ini menunjukkan bahwa narasi “merdeka belajar” belum benar-benar menyentuh semua lapisan masyarakat. 

Kurikulum yang fleksibel belum menjamin keadilan dalam sumber daya pendidikan yang diperlukan untuk menerapkannya.

Etika yang Rapuh: Realitas Moral dalam Dunia Pendidikan

Etika menjadi fondasi yang tak kalah penting dalam penyelenggaraan pendidikan. 

Sayangnya, etika ini semakin rapuh. Kita melihat kasus-kasus kecurangan dalam ujian, manipulasi data penerimaan siswa, kekerasan di sekolah, hingga korupsi dana pendidikan. 

Kejadian tersebut mencerminkan bagaimana nilai-nilai pendidikan yang luhur—seperti kejujuran, tanggung jawab, dan keadilan—semakin tergerus oleh kepentingan praktis dan struktural.

Merujuk pada pendapat Tilaar (2004), pendidikan seharusnya menjadi alat pembebasan manusia dari ketidakadilan sosial dan keterbelakangan budaya. 

Namun, ketika etika tidak dijunjung tinggi oleh para aktor pendidikan (guru, kepala sekolah, pejabat pendidikan, hingga orang tua), maka pendidikan justru dapat menjadi alat reproduksi ketimpangan dan kepalsuan.

Generasi dalam Tekanan: Hasil Sistem yang Tidak Manusiawi

Sistem pendidikan yang terlalu berorientasi pada capaian akademik dan peringkat menciptakan tekanan psikis yang tinggi pada peserta didik. 

Generasi muda tumbuh dalam iklim kompetisi yang tidak sehat, di mana nilai dan ranking lebih diprioritaskan ketimbang proses belajar yang bermakna. 

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved