NTT Terkini
Kota Kupang Zona Hijau Malaria, Dokter RS Siloam Kupang Sarankan Tetap Lakukan Pencegahan
Secara umum, lanjut dia, untuk semua plasmodium ini gejala utamanya adalah demam. Tetapi pada berbagai spesies tipe demamnya bisa berbeda-beda.
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Oby Lewanmeru
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Kota Kupang saat ini masuk dalam zona hijau malaria atau kategori endemis rendah meskipun NTT berada di urutan ketiga dengan kasus malaria terbanyak setelah Papua dan Papua Barat.
Penyumbang kasus terbesar di NTT adalah di Kabupaten Sumba Timur, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya.
Demikian disampaikan Dokter Spesialis Patologi Klinik, Sub Spesialis Penyakit Infeksi Konsultan, Rumah Sakit Siloam Kupang, dr. Hermi Indita Malewa dalam Podcast Pos Kupang, Jumat, 25/04/2025, yang mana merupakan peringatan Hari Malaria Sedunia.
Meskipun masuk dalam zona hijau, dr. Ita tetap menyarankan melakukan pencegahan malaria dengan menerapkan prinsip ABCD yakni Awareness (kewaspadaan terhadap risiko malaria, Bites prevent (mencegah gigitan nyamuk), Chemoprophylaxis dan Diagnosis dan treatment.
Dikatakan dr. Ita, malaria adalah salah satu penyakit infeksi yang menyerang manusia yang disebabkan oleh plasmodium melalui gigitan nyamuk anopheles betina.
Baca juga: Dokter Neurologi RS Siloam Kupang Bagi Tips Sederhana Cegah Parkinson
"Nyamuk itu kan spesiesnya banyak sekali ada nyamuk aedes aegypti yang menjadi penyebab demam berdarah lalu untuk malaria adalah jenis yang anopheles betina," kata dr. Ita.
"Malaria ada lima jenis tergantung plasmodiumnya. Ada plasmodium falciparum itu penyebab malaria falciparum atau kita kenal dengan namanya malaria tropica, lalu ada plasmodium malariae, ada plasmodium ovale, plasmodium vivax dan knowlesi.
Jadi ada lima jenis berdasarkan parasit plasmodium itu," tambahnya.
Secara umum, lanjut dia, untuk semua plasmodium ini gejala utamanya adalah demam. Tetapi pada berbagai spesies tipe demamnya bisa berbeda-beda.
"Contoh seperti plasmodium falciparum itu demamnya intermittent, terus menerus.
Lalu ada fase berkeringat, ada fase menggigil, ada fase demam tinggi dan sebagainya. Tiap spesies itu punya kekhasan di tipe demamnya. Jadi kayak vivax, itu ada fase bebas demam atau tidak ada demam dua hari, setelah itu demam lagi.
Pada ovale itu ada bebas demamnya tiga hari dan seterusnya jadi sebenarnya kita bisa tahu dari anamnesa atau kita bertanya kepada pasien bagaimana tipe demamnya, jadi kalau demamnya terus menerus tidak ada bebas demamnya nah itu berarti mungkin falciparum. Dari situ kita sudah bisa mengarahkan ini malaria plasmodium yang mana tipe demamnya.
Disamping itu juga ada gejala-gejala penyerta lainnya misalnya sakit kepala yang berat lalu ada nyeri otot, nyeri di perut, mual muntah dan sebagainya. Jadi ada gejala-gejala penyerta lainnya tapi gejala utama adalah demam," jelasnya.
Baca juga: Program Selangkah RS Siloam Kupang untuk Deteksi Kanker Sejak Dini
Dari kelima jenis malaria, yang paling berbahaya adalah falciparum karena menyebabkan terjadinya malaria berat hingga kematian sementara jenis yang lain tidak menyebabkan malaria berat terutama jika ditangani dengan cepat dan tepat.
"Semua spesies plasmodium itu pengobatannya sama jadi Kementerian kesehatan sudah ada pedoman untuk pengobatan malaria jadi saat ini. Sepuluh tahun lalu kita tahu ada yang namanya malaria klinis jadi dokter cuma dari pemeriksaan klinis dan wawancara pasien ini kira-kira malaria tapi saat ini sudah tidak bisa harus dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium atau dengan yang namanya rapid diagnostic test. Kalau terbukti ada plasmodium di mikroskopiknya itu baru bisa diberikan obat malaria," ujar dr. Ita.
Kalau kita lihat ke guidelines yang dikeluarkan oleh pemerintah atau Kementerian Kesehatan dalam hal ini adalah pedoman untuk pengobatan itu memang sudah diatur sangat ketat disitu, beberapa obat yang untuk malaria ini bisa diberikan bila sudah ada hasil laboratorium yang membuktikan ada parasit malaria di dalamnya.
Untuk pasien yang masih bisa jalan, harus pemeriksaan mikroskopiknya tiga hari sampai dia betul-betul bebas parasit malaria di darahnya.
Untuk yang rawat inap itu diperiksa tiap hari selama dia dirawat di rumah sakit sampai parasitnya tidak ditemukan," tandasnya. (uzu)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.