Paskah 2025
Tri Hari Suci dalam Tahun Yubileum 2025
Umat Katolik seluruh dunia merayakannya untuk memperingati sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus.
Oleh: Gabriel Ola
Umat Katolik, tinggal di Maumere
POS-KUPANG.COM - Dalam tradisi gereja Katolik dikenal dengan Tri Hari Suci yakni Kamis Putih, Jumat Agung dan Sabtu Kudus.
Umat Katolik seluruh dunia merayakannya untuk memperingati sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus.
Sebelum memasuki Tri Hari Suci, umat Katolik menyiapkan diri selama beberapa pekan pada setiap Jumad dengan mengenang kembali kisah sengsara Yesus yakni Jalan Salib.
"Lalang krus", sebuah jalan penderitaan untuk menebus dosa umat manusia.
Perjalanan yang memberi pesan iman dan kemanusiaan. Simon dari Kirene membantu memikul salib Yesus, kiranya kita saling membantu dalam menghadapi beban hidup sesama.
Maria Bunda Yesus dengan setia mengikuti Jalan salib Yesus memberi pesan cinta seorang ibu yang total terhadap anaknya.
Namun dalam kehidupan masih sering terjadi aborsi, menelantarkan anak bahkan terjadi pembunuhan terhadap anak kandung.
Dalam perjalanan ke Golgota Yesus tiga kali jatuh tersungkur, Ia bangkit melanjutkan perjalanan, tak menyerah.
Kita mesti tak pernah putus asa dalam menghadapi setiap tantangan yang kita hadapi.
Paskah kali ini bertepatan dengan Tahun Yubileum. Kita diajak untuk bersama Yesus melakukan ziarah pengharapan ke Golgota.
Sebuah ziarah iman yang menyelamatkan. Kerena Yubileum merupakan momen suci untuk memperbaharui hubungan dengan Tuhan, sesama dan seluruh ciptaan.
Ziarah pengharapan bersama Yesus ke Golgota menjadikan kita semakin mempertebal iman bahwa Tuhan merupakan satu-satunya pengharapan kita. KepadaNya kita berharap.
Jalan salib ke Golgota dalam Tahun Yubileum adalah sebuah ziarah pengharapan.
Simon dari Kirene mengajak kita untuk berbelarasa. Karena itu intensi doa Bapa suci Tahun Yubileum 2025 pada bulan Juni adalah "untuk dunia agar bertumbuh dalam belarasa."
Mari kita berdoa semoga setiap dari kita dapat menemukan penghiburan dalam hubungan pribadi dengan Yesus dan dari hatiNya, kita belajar berbelarasa.
Tidak hanya Simon dari Kirene, Veronika mengusapi wajah Yesus. Veronika berbelarasa.
Di sekitar kita ada orang yg butuh bantuan, kerena lapar, karena sakit, karena menjadi korban persaingan.
Jalan salib penuh penderitaan belumlah cukup di Golgota selama 3 jam Yesus bergelut dengan maut.
LambungNya ditikam. Ia dibunuh dengan kejam. Manusia meninggal di kancah peperangan akibat kepentingan politik, ekonomi tapi manusia juga mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Ini realitas sosial yang kita alami, maka di bulan November di Tahun Yubileum kita berdoa "untuk pencegahan bunuh diri".
Kedatangan Yesus sebagai pemimpin, gembala, guru yang baru di tengah kemapanan para pemimpin agama, raja saat itu maka mereka bersekongkol untuk membunuh Yesus.
Kehadiran Yesus dilihat sebagai perbedaan dengan dengan kemapanan mereka.
Mereka tidak ingin Yesus hidup berdampingan dengan mereka. Sering dalam hidup kita mengalami kelompok manusia yang meruncingkan masalah untuk terjadi konflik di tengah kehidupan kita.
Padahal Yesus mengajarkan untuk saling mencintai, berdampingan. Oleh kerena itu di bulan Agustus kita berdoa "untuk hidup saling berdampingan".
Mari kita berdoa semoga kita berdoa semoga di tengah masyarakat yang tampaknya sulit untuk hidup berdampingan, kita tidak menyerah pada godaan untuk bertengkar kerena alasan etnis, politik, agama maupun ideologi.
Akhirnya di perhentian ke-11 Tuhan Yesus berseru, "Bapa ampunilah mereka kerena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat".
Tahun Yubileum 2025 adalah waktu pemulihan: pengampunan dosa... maka marilah bertobat dan saling mengampuni.
Yesus telah mohon kepada bapa di Surga agar mengampuni dosa kita, sekalipun terhadap yang membunuhNya. (*)
Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.