TTU Terkini

TMMD ke-123, Asa Pamungkas TNI Menggenapi Nazar Anak Yatim di Kaki Bukit Lanaus

Negara harus hadir untuk menjaga sisi kemanusiaan dari semua ciptaan Tuhan. TMMD juga merupakan wujud kehadiran negara untuk masyarakat.

Penulis: Dionisius Rebon | Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/DIONISIUS REBON
Dandim 1618/TTU bersama kepala sekolah, guru-guru dan siswa-siswi SDN Lanaus usai menyampaikan kabar baik tentang sasaran Program TMMD. 

Elisabeth enggan mengisahkan lautan duka ini kepada tetangga maupun kerabatnya. Ia tidak mau litani kesedihan yang dialaminya menjadi beban bagi orang lain.

Bagi Elisabeth, pendidikan anak-anak adalah tanggung jawab dirinya sebagai ibu sekaligus kepala keluarga. Dengan harapan, keberhasilan buah hatinya kelak tidak menjadi cerita miring orang lain.

Kondisi Bangunan SDN Lanaus

Sevrinus dan Vinsensius tiba di bangunan sederhana di Jalan Ariesta nomor 03, Fautkoto, Desa Lanaus. Bangunan SDN Lanaus ini sangat mengiris sukma. Dinding bangunan ini terbuat dari pelepah Daun Gewang, Bahasa Indonesia; Gebang (salah satu tumbuhan yang hidup di daratan Pulau Timor).

Terdapat 6 ruangan yang berjejer rapi. Daun pintu bangunan ini terbuat dari seng yang sudah berlubang. Sementara atap bangunan ini terbuat dari seng yang sudah usang. Dinding dan atap bagian dalam ruangan dari bangunan ini dipenuhi sarang laba-laba. 

Kayu-kayu penyangga atap sudah lapuk dimakan usia. Serbuk kayu sesekali berguguran dari kayu-kayu tersebut ketika disapu angin. Beberapa meja dan kursi yang tidak layak pakai terlihat miring dan nyaris ambruk tersimpan di dalam ruangan itu. Masing-masing ruangan diisi sesuai jumlah siswa-siswi.

Lantai tanah menjadi salah satu aspek yang paling mengiris hati. Beberapa titik lantai tanah di dalam ruang kelas ini masih digenangi banjir. Siswa-siswi lalu lalang seakan kondisi ini adalah fakta yang tak bisa dirubah.

Tepat di hadapan bangunan 6 ruang kelas itu berdiri sebuah bangunan yang tampak miring. Bangunan ini terlihat agak berbeda berdinding triplek berwarna biru yang kian pudar dengan dinding setinggi pinggang orang dewasa dicor setengah tembok.

TNI, Polri dan Warga Desa Lanaus bergotong-royong mengerjakan Gedung SDN Lanaus
TNI, Polri dan Warga Desa Lanaus bergotong-royong mengerjakan Gedung SDN Lanaus

Atap seng bangunan ini sudah berwarna cokelat. Menyiratkan pesan tentang usia bangunan yang tidak dapat dihitung dengan jari. Bangunan terdiri dari 2 ruangan yakni ruang guru dan ruangan kepala sekolah.

Vinsensius Taek mengatakan, mereka menikmati kondisi bangunan ini karena tidak memiliki pilihan lain. Sekolah ini adalah satu-satunya harapan mereka menggapai masa depan.

Terkadang, mereka harus menghentikan proses belajar mengajar karena hujan lebat disertai angin kencang. Banjir menggenangi ruang kelas ini ketika hujan lebat mengguyur wilayah itu.

Atap seng yang sudah usang menyebabkan rintik hujan menetes masuk ke dalam ruang kelas. Guru-guru terpaksa menghentikan proses belajar mengajar jika situasi tidak memungkinkan.
 
Tidak jarang siswa-siswi dan guru-guru harus tetap melanjutkan proses pembelajaran dengan banjir yang menggenangi lantai tanah ruang kelas setinggi mata kaki. Kondisi miris ini dialami penghuni sekolah sejak sekolah ini didirikan.

"Kami selalu berdoa dan bernazar kepada Tuhan, semoga Tuhan bisa kasih kami sekolah baru," ujar Vinsensius dengan mata berkaca-kaca.

Guru Wali Kelas V SDN Lanaus, Maria Fatimah Usfinit mengatakan, ketika musim hujan, mereka melaksanakan proses pembelajaran dengan kondisi lantai tanah berlumpur. Tidak hanya itu, mereka juga sangat kesulitan memperoleh air bersih di sekolah itu. 

Saat mengikuti proses belajar mengajar, siswa-siswi menggunakan kursi dan meja yang tidak layak. Kursi dan meja ini mereka peroleh dari SDK Tualeu ketika sekolah ini berdiri pada tahun 2016 lalu. 

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved