TTU Terkini

TMMD ke-123, Asa Pamungkas TNI Menggenapi Nazar Anak Yatim di Kaki Bukit Lanaus

Negara harus hadir untuk menjaga sisi kemanusiaan dari semua ciptaan Tuhan. TMMD juga merupakan wujud kehadiran negara untuk masyarakat.

Penulis: Dionisius Rebon | Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/DIONISIUS REBON
Dandim 1618/TTU bersama kepala sekolah, guru-guru dan siswa-siswi SDN Lanaus usai menyampaikan kabar baik tentang sasaran Program TMMD. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Dionisius Rebon 

POS-KUPANG.COM, KEFAMENANU - Rintik hujan berdesing ringan di atap seng. Awan hitam menggantung berat di langit Desa Lanaus pagi itu. Hari itu Senin, 13 Januari 2025. Pemandangan tak lazim muncul di hadapan penulis ketika tiba di sebuah rumah milik warga untuk berteduh. Dua orang anak berjalan dengan langkah teratur. Mengenakan seragam merah putih dan sendal jepit, mereka menyusuri jalan sejauh sekitar 100 meter dari ruas jalan umum. 

Diselimuti dingin yang masih terjebak di bawah Kaki Bukit Lanaus pagi itu, mereka bergegas ke sekolah menyusuri jalan yang penuh lumpur. Sesekali mereka berpindah ke sisi jalan yang lain menghindari lumpur. Miris memang.

Dua orang bocah yang belakangan diketahui bernama Sevrinus Haki (11) dan Vinsensius Taek (11) ini adalah saudara kandung. Mereka adalah anak kembar yang berdomisili di Desa Lanaus.

Sevrinus dan Vinsensius saat ini sedang duduk di bangku kelas V, Sekolah Dasar Negeri (SDN) Lanaus. Sekolah ini terletak di Desa Lanaus, Kecamatan Insana Tengah, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Anak Yatim

Sevrinus dan Vinsensius adalah anak yatim. Dua anak berwajah tampan ini ditinggal pergi ayah mereka almarhum Fabianus Teti Naimnule pada tahun 2023 lalu. Mereka berdomisili di RT 16, Dusun 2, Desa Lanaus.

Sejak saat itu, dua bocah ini tinggal bersama ibunda mereka, Elisabeth Eli. Sevrinus dan Vinsensius memiliki dua orang kakak. Setelah menikah, dua orang kakak mereka kemudian berdomisili di wilayah lain bersama suami.

Sevrinus mengakui bahwa, ketika memasuki musim hujan mereka tidak dilarang oleh guru mengenakan sendal jepit ke sekolah. Hal ini disebabkan oleh kondisi sekolah yang tidak memungkinkan.

Sevrinus tidak pernah bosan pergi ke sekolah. Meski diguyur hujan lebat, dia dan saudaranya tidak pernah melewatkan kesempatan untuk mengikuti proses belajar mengajar di sekolah.

Kondisi kehidupan yang sulit mendorong dua bocah ini menjadikan pendidikan sebagai satu-satunya tumpuan untuk merubah kondisi keluarga dan kehidupan mereka.

Menurut pengakuan ibu dari Sevrinus dan Vinsensius bernama Elisabeth Eli, setelah kepergian ayah dari dua bocah ini, mereka berjuang hidup di atas kaki sendiri. Almarhum suaminya merupakan seorang petani.

Demi memastikan tungku api di dapur tetap menyala, Elisabet yang sebelumnya merupakan seorang ibu rumah tangga kemudian berjibaku di kebun untuk menghidupi dua orang buah hatinya.

Sesekali dua orang bocah ini membantu ibunya di kebun jika tidak diberikan tugas atau pekerjaan rumah (PR) dari guru kelas mereka.

"Hidup kami punya susah sekali. Tapi mau bagaimana lagi, saya harus kerja untuk anak-anak,"ujarnya sambil menyeka butiran derita yang mengalir di kedua pipinya yang perlahan keriput.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved