NTT Terkini
Mahasiswa dan Masa Depan Pertanian Indonesia: Mengapa Kita Tidak Bisa, Hanya Menunggu?
Lihatlah bagaimana Israel mengubah gurun menjadi lahan subur, atau Belanda yang menjadi eksportir pangan terbesar kedua dunia dengan lahan terbatas.
Tantangan Terbesar: Melawan Mentalitas Instan
Namun, menjadi agen perubahan di sektor pertanian tidak semudah membalik telapak tangan. Tantangan terbesar justru datang dari dalam diri mahasiswa sendiri: mentalitas instan.
Banyak yang ingin membuat aplikasi canggih atau start-up viral dalam semalam, tanpa mau memahami akar masalah. Padahal, pertanian adalah bidang yang sarat kompleksitas.
Butuh kesabaran untuk mengubah pola pikir petani, mengurai rantai pasok yang timpang, atau melobi kebijakan yang pro-petani kecil.
Di sisi lain, kampus seringkali tidak mendukung. Kurikulum yang terlalu teoritis dan minim proyek lapangan membuat mahasiswa kehilangan sense of crisis. Lalu, bagaimana mungkin mereka bisa menyelesaikan masalah pertanian jika tidak pernah menyentuh tanah atau berbicara dengan petani?
Ini Bukan Pilihan, Tapi Kewajiban Moral
Bagi saya, berpartisipasi dalam transformasi pertanian bukan sekadar pilihan karir atau proyek akademis. Ini adalah kewajiban moral. Setiap suap nasi yang kita makan adalah hasil jerih payah petani.
Jika kita abai terhadap nasib mereka, kita termasuk dalam lingkaran sistem yang menindas.
Mahasiswa harus berani keluar dari zona nyaman. Tidak perlu menunggu lulus atau jadi pejabat untuk berkontribusi. Mulailah dari hal kecil: berkebun di kos-kosan, membeli produk lokal, atau mengadvokasi isu pertanian di media sosial. Seperti kata pepatah, "Jika kamu berpikir kamu terlalu kecil untuk membuat perubahan, cobalah tidur di kamar bersama nyamuk."
Penutup: Pertanian adalah Cerminan Peradaban
Sejarah membuktikan, kejayaan suatu bangsa dimulai dari ketahanan pangannya. Jika hari ini kita membiarkan pertanian terpuruk, maka kita sedang menggali kubur untuk masa depan sendiri. Mahasiswa, dengan segala idealismenya, harus memastikan bahwa Indonesia tidak hanya jadi pasar pangan impor, tetapi sebagai lumbung inovasi agrikultur global.
Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu bisa lakukan untuk bangsamu. Di sektor pertanian, jawabannya ada di tangan kita semua.
Sebuah seruan untuk mahasiswa yang tidak mau jadi penonton.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.