Breaking News

Flores Timur Terkini

10 Titik Reses di Flores Timur, Anggota DPRD NTT Catat Keluhan dari Sekolah

Alexander mencatat beragam keluhan dimulai dari aspirasi Kepala Sekolah (Kepsek), Rofinus Belawa Doren, serta guru-guru dan siswa yang hadir dalam

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/PAUL KABELEN
Anggota DPRD NTT, Alexander Take Ofong (berdiri) melakukan reses di Kabupaten Flores Timur, Sabtu, 15 Maret 2025 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen

POS-KUPANG.COM, LARANTUKA - Anggota DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dari Fraksi Partai NasDem, Alexander Take Ofong, melaksanakan reses dengan jumlah 10 titik di Kabupaten Flores Timur.

Salah satu titik kunjungan anggota DPRD NTT tiga periode itu adalah SMK Swasta Lamaholot di Desa Lewoloba, Kecamatan Ile Mandiri pada Sabtu, 15 Maret 2025.

Dalam reses itu, Alexander didampingi Ketua DPRD Flores Timur yang juga Ketua DPD Partai NasDem, Albert Ola Sinuor, bersama dua kader partai sekaligus anggota DPRD Flores Timur, Feris Koten dan Rofin Kopong.

Alexander mencatat beragam keluhan dimulai dari aspirasi Kepala Sekolah (Kepsek), Rofinus Belawa Doren, serta guru-guru dan siswa yang hadir dalam tatap muka tersebut.

Guru dan siswa curhat tentang kurangnya sarana pendukung, sekalipun sekolah itu telah berdiri selama 25 tahun dan sudah mencetak sekira 1.200 lulusan yang kini mengabdikan diri untuk daerah.

Lebih spesifik, SMK Swasta Lamaholot kekurangan komputer, belum ada kantor mini, dan lab untuk tempat praktek siswa. Kendati sudah menyuarakan keluhan lewat berbagai macam cara, namun bantuan tak kunjung tiba.

"Kami kekurangan peralatan komputer, siswa dan siswi saling rebutan. Sudah beberapa kali kami minta bantuan sampai ke provinsi, tetapi belum ada jawaban," ujar Kepala Sekolah SMK Swasta Lamaholot, Rofinus Belawa Doren.

Dari fasilitas penunjang, guru juga curhat soal jam mengajar untuk tunjangan sertifikasi, nasib guru yang lulus PPG namun belum diberi tunjangan, serta kebijakan Pemerintah yang tak mengakomodir guru swasta menjadi PPPK.

Baca juga: Rumah dan Pesantren di Flores Timur Digenangi Banjir, Warga Mengungsi ke Masjid

"Setelah lulus PPG dan dikukuhkan menjadi guru profesional, mereka berhenti didanai dengan dana BOS. Entah sertifikasi itu dibayar di tahun depan atau bagaimana, upah untuk mereka bisa makan dan cicil angsuran sudah tidak bisa diperoleh dari dana BOS," ujar salah seorang guru, Yuliana Pelili Doren.

Saat menjadi ASN di bawah naungan Dinas Provinsi NTT, guru-guru kesulitan mengakses urusan kenaikan pangkat. Konsultasi melalui whatsapp ke beberapa pegawai tak efektik.

Guru-guru juga mengkritisi kurikulum merdeka dengan segala ikutannya yang menyusahkan kalangan guru tua. Mereka disibukan dengan tuntutan administrasi. Kelas pun ditinggalkan, siswa ketinggalan jam pelajaran.

Yang menyita perhatian, terkait program Makan Bergizi Gratis (MBG). Meski program itu belum diterapkan di Kabupaten Flores Timur, namun mereka mulai menyatakan sikap menolak.

Terkait sarana kantor mini hingga peralatan komputer, Alexander berjanji akan bertemu langsung dengan Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendidikan Provinsi NTT.

Selain meneruskan aspirasi ke pemerintah, Alexander juga meminta pihak sekolah agar membuat proposal untuk dijadikan pegangan.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved