Ende Terkini
Warga Dua Desa di Ende Menyeberang Kali Lowolaka Saat Banjir, Ancaman Bagi Pelajar dan Ibu Hamil
Apabila musim hujan dan terjadi banjir di Kali Lowolaka, warga dua desa tersebut terpaksa nekat menerobos kali sepanjang kurang lebih 40 meter.
Namun, kata Isak, hingga saat ini belum ada realisasi meskipun pada tahun 2022 lalu, tim dari Satker PJN dan Kadis PUPR Kabupaten Ende telah meninjau kondisi di kali Lowolaka.
"Hanya datang lihat saja sampai hari ini belum ada lanjutan informasi berkaitan dengan keluhan dan kebutuhan kami sehingga kami pada saat musim hujan ini sangat sengsara, saya itu kuatir kalau terjadi banjir seperti sekarang ada pasien maka kalau ada warga saya yang hamil atau sakit, saya langsung sampaikan memang supaya mereka bisa istirahat di rumah keluarga yang dekat dengan fasilitas kesehatan," kata Isak Abel Do yang mengaku rumahnya berdekatan dengan kali Lowolaka.
Ia berharap kondisi infrastruktur di wilayah itu mendapat perhatian serius dari pemerintah Kabupaten Ende dengan kehadiran pemimpin Ende baru.
Kondisi ini juga dikeluhkan Kepala Desa Aendoko, Vinsentius A. Kami kepada TribunFlores.com, Sabtu, 8 Maret 2025.
"Jalur untuk mau ke pasar, mau ke kota kecamatan, satu-satunya harus lewat kali Lowolaka ini, sekarang juga sementara banjir besar, jadi kita kalau ada urusan keluar misalnya ke kecamatan itu harus melintasi dua kali yang ada disini, kita ini desa yang paling terakhir sudah setelah Desa Fataatu Timur baru ke Aendoko," ujar Vinsentius.
Kondisi ini, kata dia, sudah terjadi sejak lama dan saat musim hujan seperti saat ini, warga Desa Aendoko seperti terisolir dan kesulitan beraktivitas di luar wilayah itu. Jarak tempuh dari ibu kota kecamatan ke Desa Aendoko kurang lebih 12 kilometer.
"Pokoknya kalau sudah hujan berarti tidak bisa lewat memang, yang sudah keluar dari Aendoko juga tetap berada di luar Aendoko begitu juga sebaliknya," kata Vinsentius.
Di Desa Aendoko sendiri terdapat gedung sekolah berupa SD dan TL/Paud serta fasilitas kesehatan berupa Polindes serta kantor desa. Jumlah jiwa di Desa Aendoko sendiri berjumlah 800 lebih dengan 130 KK.
Apabila ada pasien gawat darurat atau ada ibu hamil yang hendak melahirkan pada saat musim hujan seperti ini, warga terpaksa menggendong menyeberangi kali Lowolaka.
"Bukan hanya satu kali tapi harus lewati dua kali, di sebelah Fataatu Timur juga harus kita seberangi kali dan harus gendong lagi pasien atau ibu hamil yang mau melahirkan," ujar dia.
Upaya yang telah dilakukan sejauh ini, kata Vinsentius yakni mengerahkan warga Desa Aendoko untuk membuka akses jalan khusus untuk kendaraan roda dua secara bergotong royong. Selain itu, usulan pada setiap kali pelaksanaan Musrenbangcam dan Musrenbangcam menjadi prioritas dan sudah sering kali diusulkan, namun hingga saat ini, warga Desa Aendoko sama sekali belum merasakan pembangunan infrastruktur di wilayah mereka.
Dia berharap, pemerintah tingkat atas memberikan perhatian yang serius terkait kondisi infrastruktur di wilayah itu.
"Harapan kami, pemerintah kabupaten dan provinsi bisa melihat kondisi kami yang selama ini masyarakat sudah sangat menderita sekian tahun, sebelum-sebelumnya sudah ada banyak dari dinas yang datang, datang foto-foto lalu survei lokasi lalu ambil gambar, tapi sampai dengan hari ini mungkin dengan keterbatasan anggaran belum bisa bisa realisasikan," kata Vinsentius. (bet)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.