Opini

Opini: Janus dan Jukstaposisi

Kita tidak dapat mengikuti secara detail kehidupan Pannonius di Italia, selain melalui deduksi atas sejumlah informasi dalam epigram-epigramnya. 

|
Editor: Dion DB Putra
WIKIPEDIA
Patung Janus Pannonius 

Padahal, itulah salah satu ciri khas yang menunjukkan efektivitas epigram sebagai puisi ringkas, yang rujukannya bisa kita temukan dalam epigram Martialis. 

Pasangan “hic” (ini, atau yang ini) dan “ille” (itu, atau yang itu), dua pronomina demonstratif sebagai jukstaposisi dalam epigram Martialis dapat kita temukan dalam contoh epigramnya tentang Thais (buku 5, epigram 43). Martialis menulis kuplet tersebut begini: 

Thais habet nigros, niveos Laecania dentes.
quae rasio est? emptos haec habet, illa suos.

Gigi Thais hitam, gigi Laecania putih-salju. Kok bisa? Punya Laecania gigi belian, punya Thais gigi asli.

Dalam sekuplet epigram Martialis di atas, kita temukan jukstaposisi di masing-masing baris. Di baris pertama ada Thais yang bergigi hitam, dan Laecania yang bergigi putih. 

Di baris kedua ada “haec” (bentuk feminin jamak dari “hic”), dan “illa” (bentuk feminin jamak dari “ille”). 

Dalam epigram Martialis, “haec” dan “illa”, merujuk kepada keadaan gigi yang ditampilkan di baris pertama (karena dalam puisi tersebut, gigi atau “dentes”, bergenus feminin, kedua pronomina demonstratif pun mengambil bentuk feminin). 

Dengan demikian, “haec” dan “illa” sebagai jukstaposisi, merangkum kondisi berbeda gigi, baik yang ditunjukkan di baris pertama, maupun di baris kedua. “Haec” kepada gigi putih Laecania yang merupakan gigi belian, dan “illa” kepada gigi hitam Thais yang merupakan gigi asli.

Dalam puisi Janus Pannonius terjemahan Zaim, tidak tampaknya jukstaposisi secara jelas pada baris terakhir membuat baris tersebut bisa dimengerti sebagai “yang lebih unggul” adalah “tanah Phoeniks yang setara” sebagai perincian dari baris penultima (perhatikan tanda titik koma di baris penultima). 

Padahal, bukan itu yang dimaksud Janus Pannonius, yang secara jelas ditunjukkan dalam versi Latin melalui penggunaan pasangan jukstaposisi “hic” dan “ille”. 

Pada baris terakhir epigram Janus Pannonius, “hic” dan “ille”, berbentuk maskulin karena berpasangan dengan nomina maskulin “cinis” (abu/reruntuhan), merupakan jukstaposisi bagi keadaan dua kota yang berbeda: “hic” bagi Kota Roma, yang lahir dari reruntuhan Ilium, karena didirikan oleh Aeneas dari Ilium, menjadi kota yang lebih besar dari reruntuhan yang melahirkannya; dan “ille” bagi Kota Karthago, yang lahir dari reruntuhan Tirus (salah satu kota metropolis paling awal bangsa Fenisia), karena didirikan Ratu Dido dari Tirus, menjadi kota yang hanya
mampu menyamai kebesaran reruntuhannya. 

Janus Pannonius tidak secara eksplisit menggunakan kata “Carthago” di dalam epigramnya, tetapi orang-orang yang membaca karya-karya para penyair Romawi idak akan asing dengan perbandingan-perbandingan yang diberikan oleh para penyair kuno terhadap Roma dan Karthago. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved