NTT Terkini
Dosen dan Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kupang Lakukan Intervensi Edukasi dan Nutrisi Cegah Stunting
Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara kebijakan pemerintah di tingkat atas dan implementasi program di tingkat bawah.
Penulis: Irfan Hoi | Editor: Oby Lewanmeru

Temuan ini sejalan dengan penelitian Aryastami tahun 2017, yang menunjukkan bahwa pemberian edukasi gizi dan pengasuhan dapat menurunkan risiko stunting melalui perbaikan pola makan dan kesehatan lingkungan.
Kegiatan pengabdian ini juga mendukung tujuan yakni mengakhiri kelaparan) menjamin kehidupan sehat dalam Sustainable Development Goals (SDGs).
Edukasi gizi yang melibatkan mahasiswa dan kader berperan penting dalam meningkatkan pemahaman masyarakat terkait pentingnya pola makan sehat dan sanitasi, dalam konteks intervensi berbasis mahasiswa.
Willy yang merupakan salah satu dosen pada Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kupang ini menyebut, kegiatan pendampingan mahasiswa peduli stunting yang dilaksanakan di Kelurahan Liliba dapat dianggap berhasil dalam meningkatkan pemahaman dan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan stunting.
"Faktor keberhasilan utama adalah dukungan dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, perguruan tinggi, hingga masyarakat," kata dia.
Namun, tantangan utama tetap pada pengelolaan waktu dan penyesuaian jadwal antara kegiatan akademik dengan program pendampingan.
Pihaknya juga menyarankan penjadwalan yang lebih fleksibel, mengingat adanya konflik jadwal antara perkuliahan dan kegiatan pendampingan.
Hal itu bisa dipertimbangkan untuk menyusun jadwal yang lebih fleksibel atau adanya kebijakan khusus dari perguruan tinggi yang memungkinkan penyesuaian jadwal akademik dengan program pengabdian masyarakat.
Penguatan dukungan kebijakan, yang mendorong kebijakan dari pihak kampus yang mendukung integrasi kegiatan pengabdian dengan kurikulum.
"Misalnya, penyesuaian mata kuliah dengan topik pengabdian atau pemberian kredit tambahan untuk mahasiswa yang terlibat dalam program ini," tambah dia.
Dia mengatakan, peningkatan keterlibatan puskesmas kolaborasi lebih erat dengan Puskesmas dapat diperluas. Bisa juga melibatkan tenaga kesehatan dalam pelatihan kader. Atau, memperkuat sistem pemantauan kesehatan untuk memudahkan identifikasi anak-anak yang berisiko stunting secara lebih dini.
Pelatihan berkelanjutan untuk kader dan masyarakat. Hal itu agar keberlanjutan program dapat terjaga, penting untuk mengadakan pelatihan lanjutan bagi kader dan masyarakat setelah kegiatan utama selesai.
"Ini akan memastikan bahwa mereka dapat mengimplementasikan dan mengembangkan pengetahuan serta keterampilan yang diperoleh," sambung dia.
Peningkatan evaluasi program. Tujuannya untuk melihat dampak jangka panjang, disarankan untuk melakukan evaluasi yang lebih mendalam terhadap keberhasilan program ini. Termasuk dalam hal perubahan pola makan masyarakat dan status kesehatan anak-anak yang telah menerima intervensi.
Ia menyarankan juga, pemanfaatan teknologi dalam pengawasan. Mengingat tantangan waktu dan jarak. Penggunaan aplikasi atau platform digital untuk memantau perkembangan stunting.
Baca juga: Masih Ada Kesempatan, Kemenkes Buka Lowongan Kerja hingga 7 Februari 2025, Cek Syarat dan Cara Datar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.