Breaking News

Opini

Opini: Antara Cinta dan Mahar dalam Budaya

Budaya positif memberi norma dan nilai untuk menghormati orang lain, hidup sopan dan bijak, menjaga kerukunan dan lain sebagainya. 

Editor: Dion DB Putra
ILS
ILUSTRASI 

Dalam konteks budaya, kita sebagai masyarakat harus lebih mengedepankan sisi humanis ketimbang memaksakan budaya yang memberi tekanan sosial kepada diri kita sekaligus juga kepada orang lain. 

Kita perlu merevitalisasi budaya agar budaya menjadi dorongan konstruktif bukan destruktif.

Pertama, mengedepankan komunikasi. Budaya yang baik adalah budaya yang mengedepankan sisi humanis komunikatif.  

Berhadapan dengan keadaan dimana ada sebuah keharusan untuk menjalankan tradisi budaya, maka bisa dicari jalan tengah dengan lebih mengedepankan cinta, komitmen dalam hubungan dan rasa tanggung jawab ketimbang budaya yang digambarkan dengan uang dan harta.

Kedua, terbuka dan mengedepankan sikap menolong. Jika tekanan sosial terasa terlalu berat, mencari bantuan dari teman sejawat atau senior dapat memberikan dukungan yang diperlukan. 

Masih ada banyak orang di dunia ini yang bisa membantu kita keluar dari masalah, yang terpenting adalah sikap keterbukaan dan saling menolong.

Ketiga, humanisasi budaya yang konstruktif. Mengkaji dan menyesuaikan ekspektas budaya yang mungkin berkontribusi pada tekanan sosial yang dirasakan banyak orang. 

Mengkampanyekan budaya yang positif bukan mengekang sehingga terbangun pemikiran saling menghargai satu sama lain. Harus merubah sikap pola taat mutlak pada tradisi budaya yang destruktif. 

Kasus bunuh diri anggota tentara di Rote adalah pengingat tragis tentang dampak dari tradisi yang tidak fleksibel dan tekanan sosial yang berlebihan. 

Dalam menghadapi tantangan ini, penting bagi kita untuk melakukan refleksi kritis terhadap budaya kita dan mempertimbangkan bagaimana kita dapat mengubahnya untuk menciptakan masyarakat yang lebih humanis. 

Dengan menerapkan teori dekonstruksi Derrida, kita dapat merombak norma-norma yang ada dan menciptakan ruang bagi individu untuk hidup dengan martabat dan tanpa tekanan yang merusak. 

Hanya dengan cara ini kita dapat mencegah tragedi serupa di masa depan dan membangun masyarakat yang lebih sehat dan mendukung. (*)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved