Opini
Opini: Antara Cinta dan Mahar dalam Budaya
Budaya positif memberi norma dan nilai untuk menghormati orang lain, hidup sopan dan bijak, menjaga kerukunan dan lain sebagainya.
Dalam konteks budaya, kita sebagai masyarakat harus lebih mengedepankan sisi humanis ketimbang memaksakan budaya yang memberi tekanan sosial kepada diri kita sekaligus juga kepada orang lain.
Kita perlu merevitalisasi budaya agar budaya menjadi dorongan konstruktif bukan destruktif.
Pertama, mengedepankan komunikasi. Budaya yang baik adalah budaya yang mengedepankan sisi humanis komunikatif.
Berhadapan dengan keadaan dimana ada sebuah keharusan untuk menjalankan tradisi budaya, maka bisa dicari jalan tengah dengan lebih mengedepankan cinta, komitmen dalam hubungan dan rasa tanggung jawab ketimbang budaya yang digambarkan dengan uang dan harta.
Kedua, terbuka dan mengedepankan sikap menolong. Jika tekanan sosial terasa terlalu berat, mencari bantuan dari teman sejawat atau senior dapat memberikan dukungan yang diperlukan.
Masih ada banyak orang di dunia ini yang bisa membantu kita keluar dari masalah, yang terpenting adalah sikap keterbukaan dan saling menolong.
Ketiga, humanisasi budaya yang konstruktif. Mengkaji dan menyesuaikan ekspektas budaya yang mungkin berkontribusi pada tekanan sosial yang dirasakan banyak orang.
Mengkampanyekan budaya yang positif bukan mengekang sehingga terbangun pemikiran saling menghargai satu sama lain. Harus merubah sikap pola taat mutlak pada tradisi budaya yang destruktif.
Kasus bunuh diri anggota tentara di Rote adalah pengingat tragis tentang dampak dari tradisi yang tidak fleksibel dan tekanan sosial yang berlebihan.
Dalam menghadapi tantangan ini, penting bagi kita untuk melakukan refleksi kritis terhadap budaya kita dan mempertimbangkan bagaimana kita dapat mengubahnya untuk menciptakan masyarakat yang lebih humanis.
Dengan menerapkan teori dekonstruksi Derrida, kita dapat merombak norma-norma yang ada dan menciptakan ruang bagi individu untuk hidup dengan martabat dan tanpa tekanan yang merusak.
Hanya dengan cara ini kita dapat mencegah tragedi serupa di masa depan dan membangun masyarakat yang lebih sehat dan mendukung. (*)
Opini: Prada Lucky dan Tentang Degenerasi Moral Kolektif |
![]() |
---|
Opini: Drama BBM Sabu Raijua, Antrean Panjang Solusi Pendek |
![]() |
---|
Opini: Kala Hoaks Menodai Taman Eden, Antara Bahasa dan Pikiran |
![]() |
---|
Opini: Korupsi K3, Nyawa Pekerja Jadi Taruhan |
![]() |
---|
Opini: FAFO Parenting, Apakah Anak Dibiarkan Merasakan Akibatnya Sendiri? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.