Liputan Khusus
Lipsus - Program Makan Bergizi Gratis Mulai Dijalankan di NTT, Anak-Anak Makan dengan Lahap
Peluncuran pertama makan bergizi gratis ini dipantau langsung Badan Gizi Nasional di SD Inpres Noelbaki, Kupang Tengah Kabupaten Kupang.
Juri juga mengatakan, setiap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang jadi tempat pengolahan, penyajian dan pengukuran gizi paket MPG sudah didampingi ahli gizi. Setiap gizi yang terkandung dalam menu MBG sudah diukur kecukupan gizinya, dan disajikan higienis.
“Terpenting mereka SPPG ini sudah didampingi ahli gizi dan mereka sudah mengukur kecukupan gizi dari setiap menu yang disajikan, jadi Insyaallah sehat, higienis dan enak,” katanya.
Adapun Juri menyebut menu makanan dalam paket MBG tidak akan selalu sama. Total ada 30 jenis variasi menu yang sudah disiapkan dan dihitung kecukupan gizinya.
Variasi menu ini dilakukan agar para pelajar sekolah maupun penerima manfaat lainnya tidak bosan menyantap MBG yang akan dibagikan dari Senin - Jumat.
“Mereka (ahli gizi) sudah membuat pola variasi menu itu sehingga dalam satu bulan bahkan lebih varian makan tiap hari akan berbeda,” kata Juri.
Pemerintah menargetkan ada 3 juta penerima manfaat yang mendapat program makan bergizi gratis pada bulan Januari 2025. Sedangkan target yang dicanangkan untuk tahun 2025 adalah 15 juta penerima manfaat.
Selama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto - Wapres Gibran Rakabuming Raka periode 2024-2029 target penerima manfaat program MBG sebesar 87 juta orang. Angka ini termasuk penyaluran kepada para pelajar, santri, balita, ibu hamil dan ibu menyusui.
190 dapur SPPG
Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan RI, Adita Irawati menjelaskan, di hari pertama pelaksanaan program MBG ada sebanyak 190 satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) yang siap memberikan layanan kepada penerima. 190 SPPG tersebut tersebar di 26 provinsi.
"Ada 190 titik yang disebut sebagai satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) atau dapur MBG yang tersebar di sekitar 26 provinsi. Jadi setiap provinsi bisa terdiri dari satu atau lebih titik," kata Adita.
Disebutkan, setiap titik bisa melayani sekitar 3.000-3500 penerima manfaat. 190 SPPG merupakan dapur MBG yang paling siap melakukan operasional. Seluruhnya sudah disurvei BGN. Ke depannya, jumlah dapur MBG yang siap beroperasi akan bertambah secara bertahap. Di hari pertama pelaksanaan program MBG ini akan ada 600.000 orang yang menerima manfaat.
"Sekitar 600.000 penerima manfaat, karena satu titik bisa melayani atau produksi 3.000 sampai 3.500 porsi," ujar Adita.
"(Untuk pembagiannya) Tentu kami akan memenuhi semuanya ya, baik itu sekolah maupun untuk ibu hamil, ibu menyusui dan balita. Tetapi sekali lagi tergantung kesiapan dari masing-masing titik (SPPG)," jelasnya.
Adita menambahkan, untuk Januari hingga Maret 2025 pemerintah menargetkan ada sebanyak 3 juta penerima manfaat yang mendapatkan MBG. Selain itu, titik SPPG juga akan bertambah, yakni tidak hanya di 26 provinsi, tetapi nantinya akan mencapai 38 provinsi se-Indonesia.
Bahan Baku Mesti dari Daerah
Ketua DPC Partai Gerindra TTU, Kristoforus Haki mengajak para petani muda, peternak, nelayan dan seluruh masyarakat Kabupaten TTU untuk berkolaborasi menyukseskan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan Presiden RI, Prabowo Subianto.
Pasalnya, program ini bakal membawa dampak signifikan terhadap ekonomi masyarakat di TTU.
Di Kabupaten TTU, program MBG ini bakal dimulai pada awal Bulan Januari 2025 ini. Pihaknya sedang berkoordinasi dengan Bank BRI, Bank lainnya dan Koperasi yang ada di Kabupaten TTU, yang bisa memberikan modal terutama kepada orang muda untuk bisa menyiapkan stok bahan baku bagi program ini.
Langkah menyukseskan program Presiden RI ini harus melalui kolaborasi.
"Harus ada sistem untuk rantai pasok bahan ni harus ada di Kabupaten TTU. Kalau TTU tidak ada persiapan pasti pasokan bahan datang dari luar,"ucap Kristoforus, Senin (6/1).
Jika ditinjau dari aspek dampak, program MBG ini akan berdampak bagi masyarakat khususnya anak-anak sekolah. Namun, dampak ini mesti ditunjang dengan dampak ekonomi bagi petani, peternak dan nelayan di mana pasokan bahan baku mesti datang dari mereka.
Ia mengakui, pihak BRI Cabang Kefamenanu telah bersedia menyediakan anggaran KUR bagi kaum muda atau petani yang berniat untuk menjadi penyuplai bahan baku program ini.
Apabila kontrak antara Pemuda Tani NTT dan BRI telah ditandatangani maka, BRI akan mensuport setiap desa kurang lebih 10 pemuda untuk membangun usaha di bagian peternakan baik itu unggas, maupun peternakan lainnya.
Dikatakan, para petani muda juga akan menjadi penyuplai bahan sayuran, dan buah-buahan.
"Ini sangat baik dan mudah-mudahan semua masyarakat kita tidak lengah dan siap," ungkapnya.
Dikatakan, masyarakat yang memiliki lahan agar bisa menyiapkan lahan untuk ditanami sayuran dan buah-buahan. Sementara itu untuk para usaha peternak ayam, unggas dan lainnya yang masih membangun usaha dalam skala yang kecil bisa membangun komunikasi agar dengan mitra penyumbang modal bisa disuport lebih besar lagi
Perihal program MBG di Kabupaten TTU ini sudah dilakukan berbagai tahapannya. Kodim yang menjadi salah satu vendor (penyedia) sedang menyiapkan dapur umum, dan juga titik sekolah yang akan mendapatkan pelayanan makan bergizi.
"Ada juga dapur mandiri dan untuk dapur mandiri persiapan sejauh ini kita sudah melakukan komunikasi dengan tingkat pusat bagian Badan Gizi Nasional yang terdiri dari peralatan dapur, tempat, dan ketersediaan bahan pangan untuk kebutuhan program ini,"ujarnya.
Sedangkan, titik sekolah program tersebut sudah diambil koordinatnya sekaligus disampaikan surat permohonan kepada Badan Gizi Nasional untuk dapur mandiri.
Menurutnya, program makan bergizi, ini mesti menjadi hal yang harus diperhatikan oleh Kabupaten TTU dalam menyiapkan bahan-bahannya seperti beras, daging, sayuran, telur, buah, susu.
Program ini sangat baik, pasalnya, pada 1 titik dapur umum bisa mengcover 1.300 siswa. Dalam satu hari program membutuhkan biaya yang cukup besar. Biaya ini digelontorkan oleh pemerintah pusat.
Oleh karena itu diharapkan agar masyarakat Kabupaten TTU bisa menangkap peluang kehadiran program ini. Peluang tersebut yakni dengan mendorong petani dan peternak di Kabupaten TTU bisa menjadi penyedia stok sayuran hijau, daging, telur, susu dan bahan baku lainnya.
"Maka uang ini akan beredar di Kabupaten TTU sehingga, terciptanya lapangan kerja baru," ujarnya.
Setiap dapur, ujarnya, membutuhkan 47 pekerja. Mereka akan dibagi pada beberapa bagian seperti bagian pengolahan, membersihkan, memotong, masak, packing, dan distribusi.
Dikatakan, tenaga-tenaga kerja ini dibiayai Badan Gizi Nasional (BGN). Jika pemerintah daerah sigap menyiapkan petani dan juga pekerja maka anggaran yang digelontorkan pemerintah pusat beredar di Kabupaten TTU. (ary/tribun network/dan/fik/wly/bbr)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.