Opini
Opini: Penantian Itu Pun Tiba di Hari Menjelang Natal
Dalam kehangatan itu, ribuan guru di Indonesia merasakan detak yang berbeda di dada mereka—debar penantian yang telah lama bersarang.
Oleh: Yulius Gohang Maran
Praktisi Pendidikan, Coach & Trainer. Saat ini menjabat sebagai Kepala SMA Regina Pacis Jakarta
POS-KUPANG.COM - Menjelang Natal 2024, suasana penuh sukacita terasa di mana-mana. Lampu-lampu kecil menghiasi pohon Natal, dentingan lagu rohani menyapa hati, dan aroma kue khas Natal menyelimuti udara.
Dalam kehangatan itu, ribuan guru di Indonesia merasakan detak yang berbeda di dada mereka—debar penantian yang telah lama bersarang.
Penantian ini bukan sekadar menunggu, melainkan perjalanan penuh makna yang serupa dengan doa-doa yang dilantunkan dalam malam-malam panjang. Seperti esensi Natal itu sendiri, penantian ini adalah sebuah ziarah iman yang penuh harap bahwa terang selalu hadir di ujung gelap.
Bagi para guru, pengumuman hasil seleksi administrasi Pendidikan Profesi Guru (PPG) Piloting tahap 3 menjadi jawaban yang sangat dinantikan. Pada Senin, 23 Desember 2024, kabar baik akhirnya tiba, membawa secercah harapan di tengah derasnya perjuangan.
Dalam momen penuh haru itu, sukacita Natal menyentuh hati mereka, memberi makna lebih dalam pada perjuangan mereka selama ini.
Setiap malam menjelang Natal membawa pesan mendalam tentang penantian yang sarat makna. Dalam tradisi kristiani, penantian bukan sekadar menunggu, tetapi juga mengisi waktu dengan iman dan harapan.
Seperti para gembala yang menanti kelahiran Sang Juru Selamat di tengah kegelapan malam, para guru pun menjalani perjalanan ini dengan doa dan usaha yang tulus.
Setiap lembar dokumen yang diisi, setiap waktu yang dikorbankan, adalah bentuk pengabdian yang menggambarkan semangat tak kenal lelah.
Natal, dengan segala kesuciannya, menjadi momen refleksi bagi mereka untuk terus berjuang dan berserah.
Di balik kabar baik yang dinantikan, ada perjuangan yang tak kasat mata. Para guru di berbagai pelosok Indonesia menghadapi berbagai keterbatasan—mulai dari akses internet hingga waktu yang harus mereka curi di sela kesibukan mengajar.
Namun, semangat mereka tidak surut. Dengan keyakinan bahwa usaha tidak pernah mengkhianati hasil, mereka melangkah maju, mempersiapkan diri untuk masa depan yang lebih baik. Natal ini membawa harapan bahwa setiap perjuangan akan berbuah manis pada saatnya.
Dalam keheningan malam Natal, para guru yang tengah menunggu hasil seleksi mengisi waktu mereka dengan doa. Ada yang mengucap syukur atas kesempatan yang telah diberikan, ada pula yang memohon kekuatan untuk menerima apapun hasil yang akan diumumkan.
Di tengah ketidakpastian, mereka tetap percaya bahwa Tuhan bekerja melalui cara-cara yang tak terduga. Natal adalah pengingat bahwa di balik setiap tantangan, ada rencana indah yang tengah dipersiapkan.
Ziarah Panjang Menuju Pengakuan
Bagi para guru, baik yang berstatus Pegawai Negeri Sipil maupun honorer, sertifikasi bukan sekadar dokumen formalitas. Sertifikasi adalah simbol dari perjalanan Panjang yang penuh dedikasi dan kerja keras tanpa henti.
Di balik sertifikasi tersebut, ada cerita tentang pengorbanan waktu, tenaga, dan kesempatan yang seharusnya dapat dinikmati bersama keluarga tercinta. Namun, semua itu dilakukan demi satu tujuan, yaitu pengakuan profesional dan masa depan yang lebih cerah bagi diri mereka sendiri serta anak-anak yang mereka didik.
Keputusan kelulusan seleksi ini sendiri didasarkan pada Keputusan Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Nomor 5310/B/GT.00.02/2024 tentang Kelulusan Peserta Uji Kompetensi Peserta Pendidikan Profesi Guru Tertentu Periode 4 Tahun 2024.
Dari keputusan tersebut, sebanyak 307.783 guru dinyatakan lulus dan melangkah ke tahap selanjutnya. Angka ini menggambarkan luasnya perjuangan yang telah dilalui para guru dari seluruh penjuru negeri.
Bu Rika, seorang guru swasta di pelosok Jawa Timur, adalah salah satu dari ribuan guru yang mengikuti seleksi ini. "Kadang saya belajar saat anak-anak sudah tidur," ujarnya sambil mengingat hari-hari penuh tantangan yang ia lewati.
Meskipun terbatas dalam banyak hal, Bu Lina tetap teguh dan yakin bahwa kerja kerasnya akan terbayar.
Baginya, sertifikasi adalah jalan untuk memastikan masa depan keluarganya lebih baik. Di sudut lain Indonesia, Pak Anton, seorang guru honorer di Kalimatan, menghadapi tantangan yang tak kalah berat.
"Sekolah kami jauh dari kota. Internet sulit, dan buku referensi terbatas," ungkapnya.
Namun, semua keterbatasan itu tidak menghalanginya untuk terus berjuang. Dengan bantuan teman-temannya, ia mengunduh materi dari warnet terdekat dan belajar hingga larut malam. "Natal kali ini, doa saya sederhana: semoga usaha saya tidak sia-sia," katanya penuh harap.
Sukacita di Tengah Penantian
Senin pagi, 23 Desember, menjadi hari yang penuh emosi bagi para guru. Di grup-grup diskusi media sosial, suasana mendadak riuh oleh kabar pengumuman hasil seleksi.
Sebagian langsung membagikan kebahagiaan mereka, mengucap syukur atas hasil yang diraih. Namun, ada pula yang memilih merenung, memikirkan perjuangan yang telah mereka lewati hingga hari itu.
Dalam keramaian itu, terselip cerita-cerita tentang kebahagiaan dan harapan baru.
Maria, seorang guru SMP di Bandung, merasakan bahwa pengumuman ini adalah hadiah Natal yang sangat istimewa. "Rasanya seperti mimpi," ujarnya dengan mata berkaca-kaca, tak mampu menyembunyikan rasa harunya. Ia memeluk suaminya dengan erat, bersyukur bahwa kerja kerasnya selama ini terbayar.
"Ini bukan hanya untuk saya, tapi untuk seluruh keluarga saya," tambahnya dengan penuh sukacita.
Itha Inggrit, seorang guru dari Solor, membagikan kesannya di laman Facebook miliknya. "Rencana Tuhan selalu yang terbaik. Terima kasih Tuhan. Terima kasih Bapa Mama, Kaka dan Adikku," tulisnya dengan penuh rasa syukur. Baginya, kelulusan ini adalah jawaban dari doa-doa yang panjang.
Namun, tidak semua guru menerima kabar baik yang sama. Pak Dani, seorang guru di Kalimantan, mengaku kecewa karena namanya belum tercantum dalam daftar. "Tentu ada rasa sedih, tapi ini bukan akhir," katanya sambil menguatkan hatinya. Natal mengajarkannya bahwa kegagalan adalah awal dari kesempatan baru.
"Saya akan mencoba lagi tahun depan," tambahnya dengan optimisme yang tak tergoyahkan.
Inspirasi dari Guru Sejati
Natal selalu menjadi simbol harapan yang tak pernah padam. Kelahiran Yesus di palungan yang sederhana mengajarkan bahwa di tengah segala keterbatasan, mukjizat dapat terjadi.
Yesus, Sang Guru Sejati, memberikan teladan bagi para pendidik untuk
melayani dengan kasih, ketulusan, dan pengorbanan tanpa pamrih. Bagi banyak guru, nilai-nilai ini menjadi inspirasi utama dalam menjalani tugas mulia mereka.
Ia mengajarkan bahwa pendidikan bukan hanya tentang mentransfer ilmu, tetapi juga tentang membangun karakter, memberi harapan, dan memberikan dampak positif bagi kehidupan orang lain.
Pak Anton, seorang guru yang sudah lama mengabdi, merenungkan nilai-nilai tersebut dalam perjuangannya menuju sertifikasi. "Jika Yesus saja melayani tanpa pamrih, bagaimana mungkin saya menyerah?" katanya dengan penuh keyakinan.
Baginya, semangat Natal adalah pengingat untuk terus melangkah meski jalan penuh rintangan.
Sebagai seorang pendidik, ia tahu betul bahwa tantangan dalam dunia pendidikan tidaklah mudah. Namun, ia selalu percaya bahwa setiap perjuangan yang dilandasi ketulusan akan berbuah indah pada waktunya.
Seperti Yesus yang melayani dengan sabar, ia pun bertekad untuk terus memberikan yang terbaik bagi murid-muridnya, tanpa mengharapkan imbalan apapun.
Kesulitan yang ia hadapi dalam proses sertifikasi justru mempererat tekad Pak Anton. Ia menyadari bahwa menjadi guru sejati tidak hanya dilihat dari gelar atau sertifikat yang dimiliki, tetapi dari pengaruh positif yang ia berikan kepada para siswa.
Setiap langkah kecil yang ia ambil, setiap senyuman yang ia tunjukkan, menjadi bagian dari perjalanan panjang untuk mencetak generasi yang berkarakter. Seperti kelahiran Yesus yang sederhana namun penuh makna, pengabdian Pak Anton membawa harapan baru bagi para siswa yang ia didik.
Bagi Pak Anton, menjadi guru adalah sebuah panggilan hidup. Ia tidak hanya mengajarkan pelajaran di kelas, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang lebih besar.
Dengan hati yang tulus, ia berharap dapat menginspirasi lebih banyak guru untuk mengikuti jejak Yesus, yaitu melayani dengan kasih, tanpa pamrih, dan penuh pengorbanan.
Itulah yang membuatnya terus maju meski menghadapi berbagai hambatan, karena ia tahu bahwa setiap usaha yang dilakukan dengan hati yang murni akan membawa hasil yang luar biasa.
Harapan yang Tak Pernah Padam
Malam Natal tiba dengan suasana hening yang mengisi hati para guru. Lilin-lilin dinyalakan di gereja, dan doa-doa dipanjatkan dengan tulus ke surga.
Bagi mereka yang namanya tercantum dalam pengumuman, ada rasa syukur yang mendalam atas jawaban doa-doa mereka.
Keberhasilan ini bukan hanya dilihat sebagai pencapaian pribadi, tetapi sebagai hasil dari kerja keras dan dedikasi yang terus menerus.
Namun, di sisi lain, bagi mereka yang belum berhasil, malam ini menjadi momen refleksi dan penyematan kembali harapan untuk masa depan.
Mereka tahu bahwa setiap usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh akan menemukan jalannya, meskipun belum memperoleh hasil yang diinginkan saat itu.
Di grup-grup diskusi guru, dukungan dan semangat terus mengalir tanpa henti.
"Selamat untuk teman-teman yang lolos. Bagi yang belum, tetap semangat!" tulis seorang guru yang ingin menguatkan sesama. Kata-kata ini mengingatkan kita bahwa perjalanan pendidikan adalah sebuah perjalanan bersama. Mereka saling mengingatkan bahwa hasil bukanlah segalanya. Lebih penting lagi adalah proses yang mereka jalani, yang memberi pelajaran berharga tentang ketekunan, pengorbanan, dan kesabaran.
Dalam kebersamaan itu, para guru merasa bahwa mereka tidak berjalan sendirian, dan setiap langkah mereka mendekatkan mereka pada tujuan yang lebih besar.
Tokoh pendidikan modern seperti Sir Ken Robinson pernah mengemukakan bahwa pendidikan sejati bukan hanya tentang mengukur hasil, tetapi juga tentang menghargai proses dan perkembangan individu.
Menurutnya, setiap guru adalah bagian dari perjalanan panjang dalam membantu siswa menemukan potensi terbaik mereka.
Hal ini juga berlaku dalam perjalanan para guru itu sendiri. Meskipun mereka mungkin merasa belum sampai pada puncaknya, namun setiap proses yang mereka lalui memberikan kekuatan untuk terus maju.
Seperti halnya dalam dunia pendidikan, guru-guru ini mengerti bahwa perjalanan mereka, dengan segala tantangannya, adalah bagian dari evolusi pribadi dan profesional mereka.
Pendidikan yang baik, kata Robinson, adalah pendidikan yang memungkinkan individu berkembang sesuai dengan minat dan bakatnya, bukan hanya berfokus pada ujian atau sertifikasi semata.
Hal ini sejalan dengan pemahaman bahwa pencapaian seorang guru tidak hanya dinilai dari sertifikat atau jabatan, melainkan dari dampak yang mereka berikan terhadap perkembangan murid-murid mereka.
Dalam semangat Natal yang penuh harapan, para guru ini terus berjuang, memperbaiki diri, dan menguatkan sesama, karena mereka tahu bahwa mereka adalah bagian dari perubahan yang lebih besar dalam dunia pendidikan.
Harapan mereka tidak hanya terletak pada hasil yang tercapai, tetapi pada proses yang menguatkan mereka untuk menjadi lebih baik setiap
hari.
Selamat Natal, Guru Pejuang
Natal 2024 bukan hanya tentang kelahiran Yesus, tetapi juga tentang kelahiran semangat baru di hati para guru. Mereka adalah lilin-lilin kecil yang menerangi jalan generasi masa depan, menjadi harapan bagi bangsa di tengah kegelapan.
Selamat bagi para guru yang lolos tahap administrasi PPG. Langkah ini adalah awal menuju pengakuan yang lebih besar dan tanggung jawab yang lebih mulia. Bagi yang belum berhasil, percayalah bahwa terang selalu menanti di ujung jalan.
Mari sambut tahun baru dengan hati yang penuh harapan dan semangat yang tak pernah padam. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.