Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Rabu 25 Desember 2024, Sukacita Natal 

Maka setelah mendengar khabar dari malaikat bahwa juru selamat telah lahir di Betlehem, maka segeralah mereka bergerak

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/ROSALINA LANGA WOSO
Romo Leo Mali menyampaikan Renungan Harian Katolik Rabu 25 Desember 2024, Sukacita Natal  

Oleh : Romo Leo Mali

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Rabu 25 Desember 2024, Sukacita Natal 

Injil Lukas 2:15-20

Mencari, menemukan dan mewartakan Tuhan dengan sukacita Sukacita besar meliputi seluruh dunia. Juru selamat menjelma menjadi manusia.

Digerakkan oleh khabar sukacita itu, para gembala segera bergegas mencari Sang Juru selamat. Mereka mencari Tuhan dengan penuh sukacita, menemukanNya dengan sukacita, lalu kembali sambil memuliakan-Nya dengan penuh sukacita pula.

Mencari dan menemukan Tuhan dengan sukacita Mencari Tuhan adalah hal terbesar dalam hidup manusia. Karena Tuhan adalah alfa dan Omega, awal dan tujuan hidup manusia. Seluruh sejarah dunia dimulai dari upaya untuk mengenal Allah.

Rindu akan Allah adalah hasrat abadi yang paling kuat di hati manusia. hasrat itu juga dialami oleh para gembala di Padang, di malam Betlehem purba saat Juru selamat lahir. Maka setelah mendengar khabar dari malaikat bahwa juru selamat telah lahir di Betlehem, maka segeralah mereka bergerak.

 “Marilah kita pergi ke Betlehem. Untuk melihat apa yang terjadi di sana seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.” (Luk. 2:15). Tidak ada hal lebih besar dalam hidup selain berjumpa dan mengenal Tuhan. Dengan mengenal Tuhan, asal dan tujuan hidupnya, seseorang mendapatkan alasan dan tujuan untuk apa ia hidup.

 Maka para gembala bergerak secepatnya. Mereka juga ingin memiliki tujuan yang lebih besar dalam hidup. Kesempatan ini tidak boleh hilang. Harta hilang bisa kita cari.

 Demikian juga jabatan, nama besar, gelar dll yang hilang bisa kita cari lagi. Tapi kalau seseorang kehilangan Tuhan di dalam hatinya, ketika ia tidak lagi mencari Tuhan dalam hidupnya. Maka ia akan kehilangan segala-galanya. Karena hidup tidak akan punya nilai baginya.

Maka ajakan untuk pergi ke Betlehem, seperti yang diungkapkan oleh para Gembala itu, adalah ajakan untuk mengalami langsung bagaimana Tuhan menepati janjiNya.; bagaimana ALLAH yang Maha Tinggi, rela menjadi manusia dan menyapa manusia hingga ke titik kehidupan yang paling rendah. Agar tidak ada manusia, juga yang paling hina sekalipun di mata dunia, boleh merasa tidak berharga di mataNya.

Mencari lalu menemukan Tuhan di Betlehem, adalah sukacita terbesar para gembala itu. Mereka bersukacita karena Tuhan menepati janjiNya. Semua terjadi seperti apa yang telah IA janjikan melalui para malaekat. Demikian mereka “menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu yang sedang berbaring dalam palungan.”( Luk. 2:16) .

Mewartakan serta Memuliakan Tuhan dengan penuh Sukacita  Kesetiaan Tuhan dalam menepati janjiNya, mengangkat harga diri para gembala itu. Ini suatu pengalaman sukacita yang lain. Karena mereka tidak hanya menjadi saksi dari sebuah peristiwa yang mengubah sejarah seluruh bangsa, tetapi mereka juga adalah narator yang membuka tabir rahasia dari sejarah yang luar biasa itu. Tanpa gembala-gembala itu kisah bayi
yang lahir di Betlehem itu mungkin hanya akan dianggap sebuah peristiwa unik yang biasa.

Para gembala yang mengalami sukacita itu tidak sanggup menyimpan rahasia itu, maka ketika melihat bayi Yesus: “mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang anak itu” (Luk. 2: 17). Mereka tidak peduli kalau orang-orang di sekitar mereka merasa heran bahkan meragukan mereka.

Pengalaman perjumpaan dengan Tuhan yang lahir mengubah gembala-gembala itu sebagai saksi pertama peristiwa inkarnasi. Mereka kembali “sambil memuji dan memuliakan Allah.” (Luk.2:20) Ungkapan ini merupakan sebuah frase yang digemari oleh Lukas.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved