Renungan Harian Katolik
Diberkati untuk Menjadi Berkat
Mungkin di hari ini, kita yang biasa mengucapkan peristiwa ini dalam doa Angelus tidak ikut merasakan sukacita itu. Terlalu biasa untuk kita.
Oleh: RD Dr. Leonardus Mali
Mi. 5:1-4a, Ibr. 10:5-10, Luk. 1:39-45
POS-KUPANG.COM- Setelah menerima kabar dari Malaikat Maria mengunjungi Elisabeth saudaranya.
Perjumpaan antara Maria dan Elisabeth adalah perjumpaan penuh berkat antara dua orang yang sudah lebih dahulu diberkati oleh Tuhan. Mereka diberkati untuk menjadi berkat bagi dunia.
Sukacita yang menggerakan
Kabar dari Tuhan yang dibawa malaekat (Luk. 1:26-38) itu sungguh-sungguh menggerakan Maria.
Mungkin di hari ini, kita yang biasa mengucapkan peristiwa ini dalam doa Angelus tidak ikut merasakan sukacita itu. Terlalu biasa untuk kita.
Kita hanya melafalkannya sebagai sebuah doa, kadang kita tidak meresapkannya sebagai pengalaman dari seorang anak manusia.
Tapi di hari itu, Maria sebagai anak perempuan bangsa Yahudi, tentu sudah mendengar ramalan tentang seorang Mesias. Semua keturunan Israel sedang menunggu seorang Mesias.
Mereka sudah menungguNya selama berabad-abad. Bahkan hingga kini sebagian lain masih menunggu.
Dan Maria, gadis desa di Nazareth itu, kemudian mendengar kabar yang aneh bagi dirinya dari malaekat gabriel bahwa ia “yang dikaruniai” dan yang terpilih untuk menjadi ibu dari Juru Selamat Israel itu.
Maka wajar kalau Maria bingung, atas salam Malaekat. “Apa artinya salam itu?” Demikian juga Maria merasa takut campur bingung.
Takut karena itu berita yang sangat dahsyat. Tidak heran kemudian ia bertanya “Bagaimana hal itu mungkin terjadi?”
Lalu malekat menjelaskan padaNya bagaimana proses kelahiran itu akan terjadi. Penjelasan itu tidak dengan sendirinya membuat Maria mengerti.
Injil Lukas memang mengakhiri saat-saat yang penuh drama ini dengan “Fiat Maria” yang terkenal.
“Aku ini hamba Tuhan, jadilah padauk menurut perkataanmu itu.” Kepasrahan iman ini kemudian menegaskan sukacita yang luar biasa.
Kalau dilukiskan dalam bahasa manusiawi, Maria seperti mendapat doping ilahi. Dalam raganya tiba-tiba ada kekuatan yang sangat dahsyat.
Sukacita itu sanggup menggerakkan Maria untuk segera menempuh perjalanan jauh ke pegunungan ke sebuah kota kecil yang letaknya 6 kilometer di sebelah barat kota Yerusalem, tempat tinggal Elsabeth sepupunya dan Zakharia suaminya.
Dewasa ini kota tersebut dikenal dengan nama Ein Kerem. Maria tinggal di Nazareth. Jarak antara Nazareth dan Ein Kerem pada masa ini dengan jalan yang sudah dibuat lurus sekitar 150-an Km.
Pada masa Maria, belum ada jalan raya yang dibuat lurus menghubungkan Nazareth – Ein Kerem.
Jalannya harus melewati gunung dan lembah, berliku-liku dengan jarak tempuh bisa dua kali lipat perjalanan.
Perjalannya bisa memakan waktu berhari-hari. Maria menempuh perjalanan itu sendirian.
Seperti apa energi serta kemauan yang begitu kuat, yang sebanding dengan besarnya sukacita yang dialami Maria.
Rupanya sukacita yang sama juga dialami Elisabeth, sepupu Maria yang sudah menopause dan tiba-tiba mengandung.
Sukacita begitu besar yang dialami keduanya melahirkan vibrasi yang saling menggerakan.
Kegembiraan Elisabeth menggerakkan sukacita Yohanes yang ada di dalam
rahimnya. Ada chemistry yang kuat antara keduanya karena sama-sama diberkati Tuhan.
Elisabeth mengandung pada usia tuanya. Sudah lama ia menunggu. Sampai dia sudah divonis mandul. Dalam masyarakat yang patriarkat, Elisabeth sudah menjadi sasaran cemooh, aib bagi keluarga.
Maka kehamilan Elisabeth adalah tanda bagaimana Tuhan menghapus aib dari hidupnya. Selama lima bulan setelah kehamilannya, ia bersembunyi. Karena katanya, “Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang IA berkenan menghapuskan aibku di depan orang.” (Luk. 1:25).
Sukacita itu begitu dahsyat. Akibatnya Zakharia suaminya menjadi bisu.
Diberkati untuk menjadi berkat
Hidup orang-orang terberkati akan dengan sendiri memancarkan vibrasi sukacita. Maka ketika Maria tiba di rumah Elisabeth, dan memberi salam kepadanya, melalui gelombang suara dan kehangatan pelukannya, ada aura sukacita luar biasa yang terbagi di antara mereka.
Dalam sukacita, tanpa penjelasan panjang lebar, Elisabeth merasakan apa yang sedang terjadi. Berkat Tuhan yang luar biasa dahsyat sedang terjadi antara mereka.
Berkat itu membuat Elisabeth tahu diri: “siapakah aku ini sampai ibu Tuhankku mengunjungi aku? Sebab ketika salammu sampai ke telingaku, anak yang di dalam Rahimku melonjak kegirangan.” (Luk. 1: 43-44).
Kedua calon ibu terberkati ini saling mengunjungi. Mereka diberkati untuk saling menjadi berkat satu sama lain.
Inilah pesan di minggu terakhir di masa Advent: Allah yang menjelma menjadi manusia adalah berkat bagi setiap orang yang menerimaNya.
Tapi berkat yang diterima itu tidak cukup hanya menjadi sekedar kebanggaan untuk diri sendiri karena berkat itu adalah kekayaan dan anugerah untuk dibagikan pada dunia.
Seperti pada Maria, Elisabeth dan Zakharia kita diberkati agar sanggup menjadi berkat bagi dunia. (*)
Renungan Harian Katolik Minggu 31 Agustus 2025, "Karunia dalam Kerendahan Hati" |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Minggu 31 Agustus 2025, "Orang yang Rendah Hati Diberkati Tuhan" |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Minggu 31 Agustus 2025, “Siapa Merendahkan Diri akan Ditinggikan" |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik 31 Agustus 2025, "Perjamuan Istimewa Bagi Orang Kecil" |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Minggu 31 Agustus 2025: Lupa diri dan Hormat yang Sejati |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.