Opini
Opini: Adventus, Momentum Membarui Harapan
Dalam kaitan dengan masa Adven, Gereja secara khusus mempersiapkan umat dalam menyongsong kenangan peristiwa kelahiran Yesus, Sang Juru Selamat
Bahkan perang tersebut telah melibatkan beberapa negara di Timur Tengah seperti Mesir, Qatar, Arab Saudi, Yordania, Uni Emirat Arab, Libanon, Zuriah, Iran, Irak, dan Yaman (Sindonews.com 1/1/2024).
Negara-negara yang terlibat dalam perang menggunakan persenjataan modern dan canggih. Tidak diketahui dengan pasti kapan perang tersebut akan berakhir. Malah dikabarkan, dunia sedang berada dalam ancaman Perang Dunia ketiga.
Indikatornya, menurut catatan Sindonews.com, perang tersebut melibatkan banyak negara dengan kekuatan militer yang besar. Secara potensial, ada lima titik yang memungkinkan perang tersebut bisa terjadi yakni Timur Tengah, Ukraina, Selat Taiwan, Laut Cina Selatan, dan Semenanjung Korea (Sindonews.com 4/10/2024).
Lebih lanjut Sindonews.com menulis, ada 10 negara yang diprediksi dapat terseret dalam Perang Dunia ketiga yakni Amerika Serikat, Rusia, China, Korea Utara, Korea Selatan, Iran, Israel, Ukraina, Taiwan, dan Filipina.
Sementara untuk konteks Indonesia, korupsi yang kian merajalela dan bertumbuh subur serta krisis moral dan etika adalah dua hal yang amat serius pada saat ini. Dua poin ini (perilaku menyimpang) bertalian erat dengan dan dilakukan oleh kelompok besar elite di negeri ini. Sekali lagi, saya tidak bermaksud menafikkan perilaku menyimpang yang dilakukan oleh kelompok rakyat jelata.
Mungkin saja mereka melakukan kejahatan dalam hal mencuri, merampok, begal, dan sejenisnya karena kemiskinan (kesulitan hidup yang mendera), kehilangan figur pemimpin (tokoh) yang menjadi panutan. Ini hanya dugaan dan perlu dilakukan riset untuk membuktikannya. Lalu saya dianggap permisif terhadap tindakan kejahatan yang mereka lakukan.
Membarui Harapan
Jika menggunakan perspektif duniawi, rasanya kita kehilangan asa berhadapan dengan kenyataan dunia dengan segala permasalahan yang amat kompleks, ruwet. Seolah tidak ada solusi terhadap persoalan dan kemelut hidup di dunia nyata. Kondisi ini, yang secara potensial ada di dalam diri manusia sendiri, mengarahkannya kepada kebinasaan, kepunahan, kematian abadi.
Kalau dibiarkan dan tidak dilawan, maka keadaan tersebut akan berlanjut. Untuk melawannya, manusia sendiri yang mesti memaksimalkan energi positif yang ada di dalam dirinya. Energi positif itulah yang disebut harapan.
Harapan, dalam arti yang lebih luas dan dalam, memiliki arti percaya. Orang yang berharap memiliki kepercayaan akan sesuatu yang dapat menjadi tumpuan, pijakan, fondasi hidupnya. Harapan membangkitkan semangat, membangun motivasi, memperkokoh tekad dan niat.
Baca juga: Opini: Tanah Surga Penuh Luka, Pemimpin Baru Bisa Menyembuhkan?
Ada empat ciri harapan menurut Anthony Kelly seperti dikutip Andreas B. Atawolo dalam bukunya “Allah Trinitas Misteri Persekutuan Kasih.”
Pertama, harapan melampaui optimisme. Sikap optimis dihubungkan dengan rasa nyaman karena situasi masa depan berjalan dengan baik. Dalam optimisme orang dapat memprediksi dan melakukan antisipasi tantangan yang dihadapi. Harapan lebih dari sekadar optimis. Harapan justru terjadi ketika optimisme tidak lagi memberikan jaminan. Harapan sejati menjadi lebih bermakna ketika prediksi dan kalkulasi antisipatif tidak berfungsi.
Kedua, harapan dimaknai dalam ruang lingkup makna dan nilai. Harapan ditempatkan dalam suatu horizon transendental. Harapan yang radikal mendorong hasrat untuk berkomitmen pada nilai keadilan, perdamaian dan keluhuran martabat manusia. Orang yang berharap tidak mereduksi hidup pada determinisme material.
Ketiga, harapan merupakan sebuah kebajikan teologis (virtus). Harapan memungkinkan orang untuk berani berkorban demi kebaikan tertinggi (nilai luhur). Sebagai kebajikan teologis, harapan mengandalkan iman dan kasih. Iman adalah landasan bagi harapan (bdk. Ibr. 11:1). Kasih memperteguh pengharapan. Harapan adalah energi untuk memandang melampaui yang tampak kasat mata (melihat yang tak kelihatan).
Keempat, harapan tidak identik pasrah. Berharap tidak berarti lari dari dunia. Justru di dalam harapan, tanggung jawab menjadi lebih bermakna. Di sinilah termuat dimensi etis. Orang yang berharap melaksanakan tanggung jawab dalam keadaan apa pun, di mana pun dan kapan pun. Dalam arti yang radikal, keberanian memikul salib adalah wujud tanggung jawab. Dalam bahasa sederhana, berani melewati proses, yang di dalamnya ada kerikil tajam dan jurang yang curam. Dengan kata lain, tanggung jawab adalah buah dari harapan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.