Opini

Opini: Persoalan Hulu Pilkada Lembata

Inilah hal yang sebenarnya jauh lebih serius. Secara sepintas kelihatan iklim demokratis di Lembata sangat menggebu-gebu. 

|
Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Robert Bala. 

Oleh: Robert Bala 
Diploma Resolusi Konflik Asia Pasifik, Fakultas Ilmu Politik Universidad Complutense de Madrid Spanyol

Ingat, ikan mati bisa mengapung ke hilir, tapi butuh ikan hidup untuk berenang ke hulu (W.C. Fields) 

POS-KUPANG.COM - Pilkada 27 November 2024 segera mendekati tahapan akhir. Pemimpin baru tiap kabupaten termasuk Lembata dan Provinsi Nusa Tenggara Timur segera disahkan. 

Tetapi dianggap wajar pula kalau penolakan terhadap hasil pilkada. 

Bahkan di Lembata ada seruan perhitungan suara ulang di semua TPS pada kecamatan Buyasuri oleh fakta penggelembungan suara di TPS 1 Desa Kalikur wilayah Kecamatan Buyasuri yang kemudian dicurigai terjadi juga di daerah lain. 

Yang jadi pertanyaan dan  menjadi latar belakang tulisan ini: Apakah persoalan hilir ( dugaan kecurangan) menjadi persoalan mendasar atau justru ada persoalan hulu yang jauh lebih serius? 

Kecurangan ( kalau saja ada) bisa ditelusuri dan segera dikuak. Tetapi persoalan hulu akan menjadi beban. 

Inilah hal yang sebenarnya jauh lebih serius. Secara sepintas kelihatan iklim demokratis di Lembata sangat menggebu-gebu. 

Jurnalis Metro TV saat jadi moderator debat perdana di Lembata (26/10/2024), Yohana Margaretha ikut dalam barisan yang menyanjung oleh adanya 6 pasangan calon ( paslon). 

Tetapi apakah itu benar demikian? Aura kini yang menjadikan Lembata satu-satunya  dari  37 provinsi, 415 kabupaten, dan 93 kota di seluruh Indonesia yang punya paslon hingga 6. 

Di daerah lain kalau memiliki 4 atau bahkan 5 sudah terasa aneh. Tetapi di Lembata bahkan memiliki 6 paslon dan hal itu jadi ‘kebanggaan’. 

Tidak kali ini saja. Pada pilkada 2011, ada bahkan 11 paslon di Lembata yang mau jadi calon bupati dan wakil bupati. 

Beruntung kemudian 4 paslon dibatalkan karena tidak memenuhi syarat. Yang ada 7 paslon yang kemudian dimenangkan pada putaran pertama oleh Herman Loli Wutun dan Viktus Murin tetapi pada putaran kedua, kemenangan diraih Eliaser Yentji Sunur dan Victor Mado Watun. 

Geliat yang sama terjadi di pilkada 2017. Kali ini ada 5 paslon yang  mengadu nasib. Sebuah perhelatan yang masih sangat besar untuk ukuran akal sehat. Tetapi bagi orang Lembata itu malah dianggap biasa. 

Karena itu pada pilkada 2024, jumlah itu dinaikkan lagi ke 6 paslon. Kalaupun ada kemungkinan bisa menambah, pasti akan dilakukan. ‘Lembata kok dilawan?’ 

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved