Opini

Opini: Muhammadiyah dan Pendidikan

Dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah mendirikan lembaga pendidikan dalam berbagai jenjang di tanah air. 

Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/HO
Presiden RI Prabowo Subianto berpidato dalam pembukaan sidang Tanwir dan Resepsi Milad ke-112 Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Kupang, Rabu 4 Desember 2024. 

Oleh: Emanuel Kolfidus
Pegiat Literasi, tinggal di Kupang

POS-KUPANG.COM - Muhammadiyah menggelar Tanwir dan Milad ke-112 di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) 4-8 Desember 2024. Tanwir merupakan satu forum musyawarah, sedangkan milad adalah perayaan hari ulang tahun. 

Pilihan Muhammadiyah pusat untuk menggelar acara besar nasional di NTT, patut diapresiasi karena tentu saja memberi dampak positif berupa ekonomi, pariwisata, sosial, kebudayaan maupun hubungan antar agama. 

Lagipula Nusa Tenggara Timur  dikenal sebagai Nusa Terindah Toleransi. 

Bahkan logo Tanwir dan Milad ke-112 mengambil bentuk alat musik Sasando ingin memberi pesan bagaimana Muhammadiyah ingin membangun harmoni (seperti musik Sasando) dalam satu kehiduan bersama secara plural sebagaimana tema kegiatan : Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua. 

Baca juga: Opini: Tanwir Muhammadiyah, Menyemai Inspirasi Memakmurkan Bangsa

Semua orang tahu dan mengikuti kiprah Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi keagmaan Islam terbesar di Indonesia, selain NU, dan tokoh-tokohnya memberi sumbangan penting bagi bangsa Indonesia. 

Peran Muhammadiyah secara tradisionalnya terjadi dalam bidang keagamaan (Islam), tetapi penting kita melihat peran lain dalam bidang kesehatan dan pendidikan.

Dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah mendirikan lembaga pendidikan dalam berbagai jenjang di tanah air. 

Penelusuran memberi informasi penting bahwa Muhammadiyah mulai bergiat dalam bidang pendidikan ketika KH Ahmad Dahlan, tokoh pendiri Muhammadiyah ini mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah (MIDI) pada 1 Desember 1911, atau 113 tahun lalu, jauh sebelum Indonesia merdeka. 

Beliau memang dikenal sebagai tokoh yang melakukan modernisasi pendidikan di Indonesia, tokoh peletak dasar pendidikan modern di Indonesia. 

Dalam perkembangannya, lembaga pendidikan Muhammadiyah meliputi tingkatan Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Masdrasah Tsanawiyah (MTS), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah (MA), Pondok Pesantren dan Perguruan Tinggi. 

Saat ini di Nusa Tenggara Timur, Muhammadiyah sudah memiliki dua universitas, yakni Universitas Muhammadiyah Kupang dan Universitas Muhammadiyah Maumere.

Pilihan Muhammadiyah dan juga lembaga keagamaan lain untuk membangun pendidikan jauh sebelum merdeka tentu relevan dengan keyakinan bahwa hanya bangsa yang berpendidikanlah yang akan memiliki kemerdekaan. 

Bahwa suatu penjajahan, selain dilawan dengan perang fisik bersenjata, tetapi harus dilawan pula dengan pembentukan kualitas Sumber Daya Manusia anak bangsa melalui pendidikan. 

Hal ini terpampang jelas dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia yang umumnya dipelopori oleh pemuda-pemuda terdidik. Di tahun 1911-
an, pendidikan umumnya dilakukan oleh Pemerintahan Kolonial Belanda, yang bersifat eksklusif untuk orang-orang kalangan Eropa dan kaum priyayi pribumi dan Tionghoa. 

Kita kenal sekolah MULO (Meer Uitgrebreid Lager Onderwijs) dan HBS (Hogere Buger School). 

Sama halnya dengan NU yang setelah berdiri tahun 1926, mulai mendirikan madrasah-madrasah dan pesantren, termasuk didirikannya wadah khusus yang menangani pendidikan yakni Hoof Bestur Nahdlatul Oelama (HBNO) tahun 1929 dan Lembaga Pendidikan Maarif NU (LPNU) tahun 1959.

Masyarakat NTT juga tentu mengikuti bagaimana peran Agama Katolik dan Protestan yang membangun pendidikan anak bangsa melalui Misi dan Zending. 

Hal ini menunjukkan agama-agama di Indonesia menjadikan pendidikan sebagai upaya utama dalam membangun kesejahteraan umat sebagai kontribusi atas usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. 

Tentu saja para tokoh Muhammadiyah menyadari bahwa suatu perubahaan dan transformasi hanyalah melalui dunia pendidikan dengan mengintegrasikan pendidikan agama dengan materi pendidikan sekuler sehingga mampu menghasilkan insan cerdas, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga berakhlak dan berkarakter.

Dengan sejarah panjangnya lebih dari satu abad, melalui keseriusan membangun pendidikan umat dan bangsa, tidak heran jika, dari rahim Muhammadiyah, lahir tokoh-tokoh bangsa sebagai kaum cendekiawan yang berperan dan berkontribusi bagi negara dan bangsa Indonesia. 

Misalnya, ketika penyusunan suatu kabinet pemerintahan, masyarakat akan selalu melihat pos Menteri Pendidikan dan yakin jika pos itu, umumnya akan diisi oleh kader-kader Muhammadiyah. 

Terbukti Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah sekarang, Bapak Abdul Muti adalah Sekjend PP Muhammadiyah. 

Aktivitas pendidikan oleh Lembaga Pendidikan Muhammadiyah sebagaimana dijelaskan beliau sebagai Sekjend PP Muhammadiyah, bahwa fungsi pendidikan dari Lembaga Pendidikan Muhammadiyah adalah menjadi pusat ilmu, teknologi dan kajian untuk membedah ilmu modern, maupun ilmu al-quran yang mampu berkontribusi nyata bagi masyarakat. 

Menjadi sebuah rasionalisasi bagaimana gerakan dakwah menyatu dengan gerakan pendidikan; bahwa ilmu pengetahun dan teknologi harus dibalut dengan keimanan dan ketaqwaan sebagai insan ciptaan Allah. 

Sebangun dengan prinsip ini, misalnya, dalam Gereja Katolik kita mengenal ajaran tentang kesatuan iman dan akal budi (Fides et Ratio) oleh Santo Yohanes Paulus II : iman dan akal budi ibarat dua sayap; sama-sama berasal dari Allah.

Kita patut berterima kasih kepada Muhammadiyah sebagai Lembaga Keagamaan yang telah memberikan sumbangan besar bagi perjalanan bangsa dan Negara Indonesia, melalui pendidikan. 

Bangsa Indonesia, akan segera memasuki masa Indoneia Emas Tahun 2045, saat dimana akan dirayakan satu abad kemerdekaan Indonesia. Indonesia Emas adalah saat dimana seluruh rakyat Indonesia sudah sejahtera, dan hal ini, hanya boleh dicapai melalui keseriusan membangun sumber daya manusia anak bangsa. 

Sekali lagi, peran Muhamadyah menjadi salah satu kunci. Kiranya di tangan Muhammadiyah dan dalam kolaborasi dengan para pihak lainnya dapat terbentuk sinergisitas upaya pencerdasan bangsa melalui pendidikan dan pengajaran. Selamat bermusyarah dan bersyukur atas ulang tahun ke-112. (*)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved