Renungan Harian Kristen

Renungan Harian Kristen Minggu 17 November 2024, "Menjaga Ketersediaan Pangan dari Tanah dan Laut"

Tanah memberi makan untuk sesama saudara, demikian tulisan Merry Kolimon tentang makna tanah bagi orang Timor.

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/HO
Pdt. Nope Hosiana Daik, M.Th 

 Mujizat ini, dapat dikatakan sebagai demonstrasi/tindakan perlawanan yang kreatif yang ditunjukkan oleh Yesus untuk memprotes monopoli sumber daya alam (tanah dan laut) oleh penguasa Romawi dan raja-raja wilayah (dinasti Herosian) pada saat itu.

Tanah Galilea yang subur dan iklim yang baik sehingga panen melimpah dan danau Galilea dengan ikan yang melimpah dikuasai oleh para penguasa. Ada  berbagai jenis  yang dibebankan kepada masyaraat miskin yang memberatkan jumlah pajak berkisar antara 30-70 perseb dari total penghasilan mereka[3]. Pajak kepada pemerintah pusat (Roma) dan pemerintah lokal (raja-raja wilayah).

Pajak untuk institusi keagamaan (untuk bait Allah dan perayaan hari keagamaan). Pekerjaan menagih pajak dilakukan oleh para pemungut cukai yang penuh dengan tindakan kecurangan.[4] Selain itu  ada praktek perbudakan[5] yang membuat kehidupan masyarakat pada saat itu sangat memprihatinkan.

Dengan mujizat itu Yesus ingin mengatakan bahwa banyak orang sebenarnya tidak harus menderita kelaparan atau berada dalam kondisi miskin jika tanah dan laut tidak  berada dalam pola/sistem kekuasaan politik dan ekonomi  yang tidak adil.

Yesus tidak saja menyerukan/menyatakan sikap perlawanan tetapi menghadirkan solusi. Solusi yang dihadirkan pada merupakan “akibat” adanya relasi yang baik antara Yesus dengan Allah yang sekaligus juga mendekatkan darat/tanah dan laut ke dalam hubungan itu.  Yesus mengambil lima roti dan dua ikan itu kemudian berdoa memohon campur tangan Allah. 

Yesus menunjukkan bahwa Allah berkenan atas semua usaha/perjuangan yang dilakukan untuk kepentingan orang banyak.

Allah yang bekuasa atas langit dan bumi  tidak menyukai sikap egois, mementingan diri (pelit/kikir) dan keserakahan. Allah ingin menghapus sikap kuatir/cemas yang berlebihan hanya karena berada dalam kondisi serba kekurangan.

Kekurangan tidak boleh menjadi alasan untuk memberi pertolongan kepada orang lain yang membutuhkan. Allah sanggup menggantikan apapun yang sudah diberikan kepada mereka yang sangat membutuhkan (bdk.kisah Allah meminta janda di Sarfat dengan minimnya bahan makanan untuk  menjamu Elia).

Yesus berjuang bersama masyarakat untuk melawan melawan ketidakadilan. Dengan cara mengubah cara berpikir mereka dengan menghadirkan mujizat-mujizat.  Masyarakat harus dituntun ke dalam kedasaran bahwa darat/tanah dan laut yang disediakan Allah untuk kebutuhan setiap orang.

Tanah dan laut adalah pemberian Tuhan untuk melayani kebutuhan semua orang dan bukan untuk menjawab keserakahan segelintir orang saja. Karena itu Yesus menyerukan, “Berilah mereka makan dari tanah  (roti) dan laut (ikan). Orang miskin dan kaum rentan mendapatkan perhatian karena mereka telah kehilangan hak untuk mendapatkan makanan, minuman atau penghidupan yang layak dari alam semesta. 

Beberapa bentuk perampasan “piring nasi sesama” dan laut  pada masa kini

Tanah dengan segala makna bagaimanapun adalah suci. Tanah memiliki kesucian pada dirinya karena dari tanah memberi hidup bagi manusia, sehingga yang dihasilkan dari adalah suci, demikianpandangan masyarakarat tradisional Atoni Meto tentang tanah dan hasil-hasilnya yang dituliskan oleh Karen Campbell-Nelson. Tanah Timor, tanah suci, meskipun gersang, berbatu-batu sehingga mereka harus berkeringat dan mengeluarkan tenaga untuk mendapatkan makanan Meskipun data gizi buruk, stanting terbesar, tingkat kematian bayi tinggi tetapi bagi orang Atoni Meto “tanah timor lebe bae”.

Pandangan seperti ini juga sebenarnya hidup di tengah-tengah masyarakat tradisional lainnya. Tanah dan laut bagi masyarakat tradisional tidak sekedar saja menjadi place (tempat) tinggal tetapi juga space (ruang) bagi manusia mempraktekkan segala suatu terkait keberadaannya (ruang aktualisasi diri). 

Mircea Eliade, seorang fenomelog agama menyebut bahwa dunia adalah space dimana ada yang disebut Exit mundi (area yang menyeramkan tetapi menghibur). Dunia (darat dan laut)  adalah space bagi manusia untuk punya ruang sakral/suci (leu/reu)[7] dan waktu sakral/suci. Contoh ada upacara selamat di darat/kebun) untuk hasil panen pada bulan-bulan tertentu atau upacara melarung sesuatu di laut oleh masyarakat pesisir untuk tolak bala atau atas hasil melaut yang melimpah. 

Sayangnya, menurut  Merry Kolimon  khususnya masyarakat petani di Timor Barat (Atoni Meto),  bahwa mereka mengalami “peminggiran” dari tanah mereka karena pengaruh kapitalisme modern yang ditopang oleh sikap individualistik, materialistik dan sikap sekularistik.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved