Renungan Harian Kristen

Renungan Harian Kristen Minggu 17 November 2024, "Menjaga Ketersediaan Pangan dari Tanah dan Laut"

Tanah memberi makan untuk sesama saudara, demikian tulisan Merry Kolimon tentang makna tanah bagi orang Timor.

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/HO
Pdt. Nope Hosiana Daik, M.Th 

Sikap mementingkan diri sendiri/kelompok merupakan kenyataan dari penggunaan kuasa atas alam semsta secara keliru  yang kita hadapi dalam era modern. Tanah dan laut juga dikuasai oleh pemilik modal sehingga banyak orang lebih menjadi tenaga kerja upahan. Ini adalah bentuk lain  “perampasan piring nasi sesama”.

Tindakan perampasan piring nasi terjadi disekeliling kita. Akan tetapi kita  lebih banyak memilih diam/bungkam karena takut, malu atau karena tidak memilih pengetahuan untuk berjuang. 

Tanah juga dijadikan alat politik (untuk meraih kekuasaan). Beberapa waktu lalu, waktu saya berada di satu kampung, adabeberapa keluarga bercerita bahwa mereka pernah didatangi oleh seorang calon dewan dan mengamcam mereka untuk merubuhkan rumah mereka jika tidak memilihnya.

Alasannya tanah yang mereka tempat itu merupakan hibh dari leluhur dari yang calon dewan tersebut.  Mereka sudah meninggal, tetapi kemudian ada “gugatan” atas tanah demi kepentingan kekuasaan.

Laut dikuasai hanya oleh mereka yang punya modal. Di beberapa daerag pesisir di Rote, Pesisr pantai menjadi tempat penambangan pasir liar oleh mereka yang memiliki modal.

Salah satu akibatnya adalah masyarakat pesisir tidak bisa dengan leluasa makan meting[8] seperti dahulu kala. Kantong-kantong kemiskinan perlahan mulai terbentuk di daerah pesisisr. Padahal pantai/pesisir dengan semua suber dayanya termasuk ZEE yang berada dibawah pengawasan negara/pemerintah untuk hajat hidup orang banyak dengan memperhatikan keselamatan alam. 

Leonardo Boff, menggambarkan seperti ini dengan mengatakan bahwa: jelas ketertindasan kaum miskin dan kerusakan alam adalah akibat dari hegemoni antroposentris-teknokratis kapital yang menguasai sumber daya alam lokal.

Sebagai gereja kita perlu berada dalam satu barisan perjuangan untuk pembebasan alam  (tanah dan laut) serta orang miskin dari berbagai bentuk penindasan sebagai praktek iman Kristen (orthopraxis). Penderitaan orang miskin di pedalaman dan dipesisir akibat sikap serakah segelintir orang tidak sekedar menjadi bahan cerita di saat kita duduk menikmati kopi sore di rumah kita tanpa tindak lanjut apa-apa.

Penutup

Monopoli/hegemoni terhadap tanah/darat dan laut yang dipraktekkan selama ini harus disadari sebagai bentuk perampasan  atas hak milik orang lain dan penyangkalan terhadap makna kuasa untuk memelihara alam semesta sebagaimana diamanatkn Tuhan.

Tanah/darat dan laut mesti diberikan kesempatan untuk menyediakan kebutuhan setiap orang, terutama yang miskin dan rentan. 

Kita perlu belajar dari Yesus. Menimba pesan-pesan ekologis dari peristiwa Yesus memberi makan lima ribu orang dari bahan-bahan makanan yang di dapatkan dari darat/tanah dan laut sebagai perwujudan dari kuasa (kabash) mengelola alam semesta. Inilah pertobatan ekologis.

Kita mesti memastikan bahwa setiap orang tetap bisa makan dan minum dan hidup dengan layak karena kita melepaskan sikap tamak/serakah. Amin. (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved