Opini

Opini: Gunung Lewotobi Laki-Laki dan Gunung Lewotobi Perempuan

Gunung Lewotobi Laki-Laki dan Gunung Lewotobi Perempuan menggambarkan dualitas, yaitu keseimbangan antara dua kekuatan.

Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/ ARNOLD WELIANTO
Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, pada Sabtu 6 Januari 2024. 

Dalam konteks masyarakat Larantuka, tidak ada peran yang lebih dominan atau lebih rendah antara laki-laki dan perempuan, dan kedua peran tersebut justru saling memperkuat untuk menciptakan keseimbangan. 

Hal ini, pada gilirannya, memberi pelajaran tentang bagaimana manusia dapat berinteraksi dengan alam dan sesama dalam harmoni, dengan memahami bahwa setiap elemen dalam kehidupan ini memiliki tempat dan fungsi yang penting.

Simbol Peran Gender dan Kerja sama

Penamaan Gunung Lewotobi Laki-Laki dan Gunung Lewotobi Perempuan lebih dari sekadar penggambaran fisik dua puncak yang menjulang di Pulau Flores. 

Ia merupakan representasi simbolis yang mencerminkan pandangan masyarakat Larantuka terhadap peran gender, serta pentingnya keselarasan dan kerjasama antara laki-laki dan perempuan dalam membangun kehidupan yang penuh kedamaian dan keseimbangan. 

Dalam masyarakat Larantuka, kedua gunung ini tidak hanya dilihat sebagai entitas alam, tetapi juga sebagai lambang dari dua kekuatan yang saling melengkapi, yaitu kekuatan maskulin dan feminin.

Lewotobi Laki-Laki, yang lebih tegak dan kokoh, diidentifikasi dengan peran laki-laki sebagai pelindung, pencari nafkah, dan penanggung jawab dalam keluarga dan masyarakat.

Sementara itu, Lewotobi Perempuan, meskipun lebih lembut, melambangkan peran perempuan sebagai penjaga kehidupan, yang penuh kasih sayang dan merawat generasi mendatang. 

Kedua gunung ini, meskipun memiliki karakteristik yang berbeda, tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keduanya saling bergantung untuk menciptakan keseimbangan, baik dalam kehidupan sosial maupun spiritual.

Filosofi ini mengajarkan bahwa keberhasilan dan keharmonisan hidup bergantung pada kerja sama yang seimbang antara kedua gender. Masyarakat Larantuka meyakini bahwa laki- laki dan perempuan memiliki peran yang setara dalam menjaga keseimbangan kehidupan, meskipun peran tersebut memiliki sifat yang berbeda. 

Dalam kehidupan sehari-hari, laki-laki dan perempuan bekerja bersama, saling mendukung dalam tugas-tugas yang berbeda, tetapi saling melengkapi. 

Seperti halnya Gunung Lewotobi Laki-Laki dan Gunung Lewotobi Perempuan, yang berdiri berdampingan dalam harmoni, demikian pula hubungan antara laki-laki dan perempuan yang saling membutuhkan untuk mencapai kehidupan yang harmonis dan sejahtera.

Penamaan gunung ini juga berfungsi sebagai pengingat pentingnya menghormati peran masing-masing gender dalam tatanan sosial dan budaya.

Ia tidak hanya berbicara tentang pembagian tugas atau tanggung jawab, tetapi juga mengajarkan tentang penghargaan terhadap kontribusi setiap individu dalam membangun masyarakat yang seimbang. 

Dengan menghargai dan menjaga keseimbangan antara laki-laki dan perempuan, masyarakat Larantuka percaya bahwa mereka dapat menciptakan kehidupan yang lebih harmonis, penuh kedamaian, dan keberkahan.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved