Opini

Opini: Pemimpin Seperti Apa?

Lihat saja masyarakat begitu semangat ketika mengikuti hal-hal yang dapat mendukung calon pemimpin yang mereka jagokan. 

Editor: Dion DB Putra
POS KUPANG/HO
Ilustrasi 

Pemilu yang sebelumnya dilihat sebagai arena demokratis, berubah menjadi arena pertarungan pengaruh dan modal. 

Politik tidak lagi dilihat sebagai sarana untuk mencapai kesejahteraan umum, tetapi menjadi panggung tempat pertarungan investasi. 

Pertarungan politik yang telah menjadi ruang pertarungan investasi ini ditentukan oleh kekuatan modal. Siapa yang beruang pasti menang dan yang tak bermodal tidak akan menang.

Ketika politik menjadi pertarungan investasi, cita-cita bonum commune perlahan luntur. Pertarungan kaum beruang menjadi tontonan yang lumrah bagi masyarakat kendatipun hal itu salah. 

Kondisi seperti ini mengakibatkan pemilu menjadi tidak berkualitas  dan munculnya sikap pengabaian terhadap demokrasi. 

Otoritas modal yang terjadi tentunya akan menghilangkan hak rakyat untuk memilih, juga dapat mengakibatkan hal-hal seperti: partai dibajak oleh pemodal yang ingin berkuasa dengan kekuatan modal dan mampu membeli dulangan partai dengan kekuatan modal pula.

Para calon bukan lagi ‘orang baik’ yang mengedepankan kesejahteraan umum, tetapi pendatang baru yang punya modal, kendati tak pernah hadir dalam panggung politik dan tak pernah berpengalaman dalam ring demokrasi.

Dengan demikian, pemilu tidak lagi dilihat sebagai tempat untuk meningkatkan mutu demokrasi bangsa, tetapi dilihat sebagai ring untuk bertarung. 

Seandainya praktik ini terus dilakukan apakah hal ini tidak merusak bangsa? 

Dalam sila kedua Pancasila, kemanusiaan yang adil dan ‘beradab’, Masyarakat diajak untuk berlaku adil dan beradab. 

Manusia yang beradab bukan hanya tidak membunuh orang lain tetapi mereka tidak menindas orang lain. 

Pertarungan investasi dalam pemilu adalah suatu tindakan yang tentunya sangat merusak moral bangsa karena dengan bertindak demikian orang akan merasa diri kaya dan dengan kekayaan itu mereka seenaknya saja menindas orang lain dan bertindak semaunya tanpa mempertimbangkan tindakan itu bermoral atau tidak. 

Dengan melihat peristiwa tersebut, bagaimana sikap kita sebagai warga negara? 

Sikap kita yang pasti adalah memilih dengan benar para calon yang akan memimpin kita ke depan. Namun pemimpin seperti apa? 

Pemimpin adalah mereka yang menuntun bangsa pada kesejahteraan dan memiliki wajah bercahaya yang memberikan hidup kepada setiap manusia. 

Pemimpin yang baik adalah mereka yang menghasilkan hujan di musim kering. Bukan mereka yang memimpin dengan uang, dan mementingkan diri sendiri. Salam perubahan. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved