Opini
Opini: Pemimpin Seperti Apa?
Lihat saja masyarakat begitu semangat ketika mengikuti hal-hal yang dapat mendukung calon pemimpin yang mereka jagokan.
Oleh Wilibrodus
Biarawan Rogasionist
POS-KUPANG.COM- Masyarakat Indonesia baru saja menentukan nahkoda mereka. Kali ini mereka juga mempersiapakan diri untuk memilih pemimpin baru, baik itu provinsi maupun pemimpin kabupaten.
Dalam pesta demokarsi sebelumnya banyak masyarakat yang puas akan presiden dan wakil presiden terpilih, tetapi ada juga yang kecewa akan hasil yang diumumkan KPU sebab jagoan mereka tidak terpilih.
Dalam pemilihan kepala daerah kali ini, masyarkat pun harus berhati-hati sebab pilihan mereka menentukan kemajuan daerah mereka sendiri. Mereka harus siap dan berpartisipasi aktif dalam pentas pemilu kali ini.
Partisipasi masyarakat pun dibilang baik dalam menyambut pemilu dan terus memuncak seiring berjalannya waktu. Sikap antusias masyarakat itu terlihat jelas dalam setiap kesibukan harian mereka.
Lihat saja masyarakat begitu semangat ketika mengikuti hal-hal yang dapat mendukung calon pemimpin yang mereka jagokan.
Atau usaha dari tim sukses untuk menggolkan orang yang mereka dukung dengan memasang baliho dan stiker-stiker di pinggir jalan, di halte, di pintu rumah, di tiang listrik dan dimana saja semau mereka.
Gambarnya sangat jelas, indah dan lengkap dengan visi misi yang baik pula.
Tujuan dari semua ini tentunya untuk menarik hati masyarakat, sehingga dengan itu mereka akan terpilih menjadi pemimpin.
Tidak hanya datang dari masyarakat dan tim sukses, sikap aktif para politisi dalam menyukseskan pesta demokrasi mendatang juga sangat tinggi.
Ada begitu banyak orang yang rela dan ingin menjadi pemimpin dengan visi dan misi yang tentunya bisa memajukan bangsa kedepannya. Mereka berusaha sekuat tenaga supaya mereka dikenal oleh masyarakat.
Mereka menggunakan foto-foto yang ramah pada baliho supaya menarik hati rakyat. Semua ini sekali lagi dengan tujuan mencapai bonum commune, kesejahteraan umum.
Pemilu pada dasarnya adalah sebuah bentuk penghormatan terhadap demokrasi, karena dalam demokrasi semua orang bebas berekspresi.
Namun tak disangka dalam demokrasi ada banyak persoalan yang membuat semua orang ingin menggugat kembali makna dan praktik demokrasi di negara kita yang bilangnya negara demokratis.
Persoalan-persoalan itu seperti praktik politik uang, menyogok rakyat dengan janji pekerjaan yang bagus. Pemilu bahkan dijadikan panggung tempat kaum beruang bertarung merebut kekuasaan.
Pemilu yang sebelumnya dilihat sebagai arena demokratis, berubah menjadi arena pertarungan pengaruh dan modal.
Politik tidak lagi dilihat sebagai sarana untuk mencapai kesejahteraan umum, tetapi menjadi panggung tempat pertarungan investasi.
Pertarungan politik yang telah menjadi ruang pertarungan investasi ini ditentukan oleh kekuatan modal. Siapa yang beruang pasti menang dan yang tak bermodal tidak akan menang.
Ketika politik menjadi pertarungan investasi, cita-cita bonum commune perlahan luntur. Pertarungan kaum beruang menjadi tontonan yang lumrah bagi masyarakat kendatipun hal itu salah.
Kondisi seperti ini mengakibatkan pemilu menjadi tidak berkualitas dan munculnya sikap pengabaian terhadap demokrasi.
Otoritas modal yang terjadi tentunya akan menghilangkan hak rakyat untuk memilih, juga dapat mengakibatkan hal-hal seperti: partai dibajak oleh pemodal yang ingin berkuasa dengan kekuatan modal dan mampu membeli dulangan partai dengan kekuatan modal pula.
Para calon bukan lagi ‘orang baik’ yang mengedepankan kesejahteraan umum, tetapi pendatang baru yang punya modal, kendati tak pernah hadir dalam panggung politik dan tak pernah berpengalaman dalam ring demokrasi.
Dengan demikian, pemilu tidak lagi dilihat sebagai tempat untuk meningkatkan mutu demokrasi bangsa, tetapi dilihat sebagai ring untuk bertarung.
Seandainya praktik ini terus dilakukan apakah hal ini tidak merusak bangsa?
Dalam sila kedua Pancasila, kemanusiaan yang adil dan ‘beradab’, Masyarakat diajak untuk berlaku adil dan beradab.
Manusia yang beradab bukan hanya tidak membunuh orang lain tetapi mereka tidak menindas orang lain.
Pertarungan investasi dalam pemilu adalah suatu tindakan yang tentunya sangat merusak moral bangsa karena dengan bertindak demikian orang akan merasa diri kaya dan dengan kekayaan itu mereka seenaknya saja menindas orang lain dan bertindak semaunya tanpa mempertimbangkan tindakan itu bermoral atau tidak.
Dengan melihat peristiwa tersebut, bagaimana sikap kita sebagai warga negara?
Sikap kita yang pasti adalah memilih dengan benar para calon yang akan memimpin kita ke depan. Namun pemimpin seperti apa?
Pemimpin adalah mereka yang menuntun bangsa pada kesejahteraan dan memiliki wajah bercahaya yang memberikan hidup kepada setiap manusia.
Pemimpin yang baik adalah mereka yang menghasilkan hujan di musim kering. Bukan mereka yang memimpin dengan uang, dan mementingkan diri sendiri. Salam perubahan. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.