Berita NTT
PLTS Wini, Penyangga Nasib Generasi Bangsa di Perbatasan RI-RDTL
Kehidupan yang sangat sederhana mendorong Gracya selalu tekun belajar agar tidak mengecewakan kedua orang tuanya. Gracya berdomisili di RT 003, RW 001
Penulis: Dionisius Rebon | Editor: Oby Lewanmeru
Karena termotivasi dari kondisi kehidupan yang sulit, Gracya mengaku menghabiskan waktu 2 sampai 3 jam belajar pada malam hari di rumah.
Hal ini berdampak pada prestasi yang diraih di sekolah. Sejak kelas 1 SMP, ia selalu meraih juara di kelas.
Bercita-cita Jadi Guru dan Kondisi Ekonomi yang Sulit
Gracya bercita-cita menjadi seorang guru. Gadis cilik ini termotivasi dari peran guru secara khusus guru di wilayah perbatasan yang rela mendedikasikan waktu dan tenaga di wilayah pelosok untuk mencerdaskan generasi muda.
Menurutnya, keterbatasan fasilitas pendidikan di perbatasan, tidak menjadi penghambat bagi para guru untuk mendedikasikan diri bagi generasi di perbatasan. Nasib generasi muda di perbatasan RI-RDTL, tidak terlepas dari peran penting seorang guru.
Meskipun berasal kondisi keluarga yang terbilang cukup sulit, Gracya enggan menganggap hal ini sebagai hambatan. Gracya ingin mendedikasikan dirinya untuk mendidik generasi bangsa di perbatasan kelak.
Demi mewujudkan mimpi ini, Gracya selalu mengunjungi perpustakaan sekolah demi menambah wawasan dan pengetahuan. Pihak sekolah juga menyediakan perpustakaan kecil untuk menunjang minat anak-anak.
Seorang Guru, kata Gracya, memiliki peranan sangat penting bagi nasib generasi. Kecerdasan anak-anak bangsa ditunjang oleh peran seorang guru.
Tidak jarang, guru-guru di perbatasan RI-RDTL rela berdomisili jauh dari keluarga mereka demi tugas dan pengabdian. Semangat dan pengabdian para guru ini merupakan inspirasi bagi Gracya bercita-cita menjadi seorang guru.
Hermigildus Naikteas (ayah dari Gracya Zhalvarizha Naikteas) berprofesi sebagai seorang petani. Pria paruh baya ini selalu sibuk bekerja di kebun pada penghujung musim kemarau (untuk persiapan lahan) dan sepanjang musim kemarau.
Pada awal musim kemarau sampai pertengahan musim kemarau, Hermigildus bekerja serabutan. Hal ini dilakukan demi memastikan "tungku api" di dapur tetap menyala.
Ia mengapresiasi buah hati pertamanya yang selalu meraih prestasi di akhir semester. Semangat meraih prestasi ini telah ditanamkan sejak dini. Prestasi ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi keluarga mereka.
Menurutnya, sebelum jaringan elektrifikasi yang bersumber dari PLTU Kupang, mereka bergantung pada penerangan dari PLTS Wini.
Pada saat itu, PLTS Wini melayani nyaris semua kepala keluarga di Desa Wini, sekolah dan di kantor-kantor pemerintahan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.