Opini
Opini: Potret Pendidikan di NTT, Ketimpangan Relevansi Kurikulum hingga Akses Terbatas
Terletak di ujung timur Nusantara, masyarakat NTT menghadapi beragam tantangan sosial dan ekonomi yang sangat kompleks.
Ketimpangan Akses Pendidikan yang Membatasi
Tak hanya kurikulum yang kurang kontekstual, masalah akses pendidikan juga menambah peliknya persoalan di NTT.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2023 menunjukkan bahwa angka buta aksara di provinsi ini mencapai 5,8, sebuah angka yang cukup mencolok dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Indonesia (BPS, 2023).
Masih banyak masyarakat di pedalaman NTT yang hanya bisa memandang pendidikan dari kejauhan, tanpa mampu menyentuhnya.
Di berbagai daerah terpencil di NTT, infrastruktur yang minim menjadi hambatan utama.
Dalam laporan UNICEF tahun 2024, digambarkan bahwa banyak sekolah di wilayah ini yang bahkan tidak memiliki fasilitas dasar seperti toilet, air bersih, atau ruang kelas yang layak.
Kondisi sekolah yang memprihatinkan ini hemat saya tentu berpengaruh pada semangat dan motivasi belajar siswa.
Dr. Rita Asih, peneliti dari Universitas Nusa Cendana, menyatakan bahwa keadaan fisik sekolah yang tidak memadai turut berkontribusi terhadap rendahnya partisipasi pendidikan di daerah-daerah tersebut (Asih, 2024).
Di sisi lain, pemerintah telah menginisiasi program-program bantuan pendidikan untuk mengatasi kesenjangan ini. Salah satu program tersebut adalah “Sekolah Gratis” yang diperkenalkan pada 2023.
Namun, di lapangan, implementasi program ini kerap dihadapkan pada masalah pungutan liar yang justru menghambat niat baik tersebut. Ini menjadi contoh nyata bahwa kebijakan yang bagus di atas kertas tak selalu berjalan mulus di tingkat implementasi.
Keterlibatan Komunitas sebagai Pilar Pendidikan
Pendidikan hemat saya sejatinya tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata; masyarakat juga memiliki peran yang tak kalah penting.
Di tengah segala keterbatasan, keterlibatan orang tua dan komunitas dapat menjadi faktor pendorong yang signifikan dalam keberhasilan pendidikan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang didukung oleh keterlibatan orang tua dan masyarakat cenderung memiliki hasil belajar yang lebih baik.
Dr. Andi Malik, psikolog pendidikan dari Universitas Hasanuddin, menyebutkan bahwa ketika orang tua ikut terlibat, anak merasa dihargai dan termotivasi untuk belajar lebih giat (Malik, 2023).
Opini: Prada Lucky dan Tentang Degenerasi Moral Kolektif |
![]() |
---|
Opini: Drama BBM Sabu Raijua, Antrean Panjang Solusi Pendek |
![]() |
---|
Opini: Kala Hoaks Menodai Taman Eden, Antara Bahasa dan Pikiran |
![]() |
---|
Opini: Korupsi K3, Nyawa Pekerja Jadi Taruhan |
![]() |
---|
Opini: FAFO Parenting, Apakah Anak Dibiarkan Merasakan Akibatnya Sendiri? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.