Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Sabtu 26 Oktober 2924, Tobat, Kesempatan untuk Hidup Lebih Baik Lagi
Pohon Ara yang tidak berbuah selama tiga tahun itu masih mendapat kesempatan setahun lagi.
Oleh: Pastor John Lewar SVD
POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Sabtu 26 Oktober 2924, Tobat, Kesempatan untuk Hidup Lebih Baik Lagi
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz STM Nenuk Atambua Timor
Hari Biasa Pekan XXIX
Bacaan: Efesus 4:7-16; Mazmur 122:1-2.3-4a.4b-5
Injil: Lukas 13:1-9
Meditatio:
“Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya” (Luk 13:8). Ada seorang yang hidupnya pernah tidak baik, ugal-ugalan, dan suka mabuk. Orangtuanya sudah mengingatkan berkali-kali. Tetapi tidak digubris.
Suatu kali dia mengalami kecelakaan yang hebat. Dia dirawat di rumah sakit berbulan-bulan. Selama dirawat, dia sering dikunjungi seorang pastor yang bertugas pastoral care di rumah sakit itu. Sang pastor menyapa dengan penuh kasih, menyemangati dan mendoakannya setiap hari. Lama kelamaan orang itu tersentuh dengan pastor itu. Hatinya
terbuka. Dia berjanji akan hidup lebih baik setelah dia sembuh. Dia tidak akan mengulangi kebiasaannya yang lama. Dia akan menggunakan kesempatan yang ada untuk berbuat baik.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 21 Oktober 2024, Damai Sejati Hanya Ada di dalam Yesus
Bacaan Injil ini hari ini mengisahkan bagaimana orang diajak untuk bertobat dan diberi kesempatan untuk hidup lebih baik lagi. Hal ini ditegaskan Tuhan Yesus dengan perumpamaan pohon Ara yang tidak berbuah. Santo Lukas mewartakan bahwa seruan bertobat bernada keras dengan perumpamaan yang menjelaskan bagaimana kerahiman Tuhan bisa menjadi kenyataan. Pohon Ara yang tidak berbuah selama tiga tahun itu masih mendapat kesempatan setahun lagi. Harapannya, tahun depan akan menjadi pohon yang baik dan bisa berbuah.
Perumpamaan tersebut juga memperlihatkan betapa besarnya peran pengurus kebun. Ia memintakan kelonggaran. Ia juga bersedia mengusahakan agar pohon Ara yang mandul itu bisa menjadi baik. Dia menggemburkan tanah sekeliling dan memberi pupuk. Hati sang empunya kebun melunak melihat kecintaan pemelihara kebun terhadap
pohon yang naas itu.
Pengurus kebun itu bukan administrator yang bekerja atas dasar kalkulasi untung rugi melulu. Tetapi pengurus kebun
itu adalah orang yang mencari mereka yang sulit, yang sudah tanpa harapan lagi. Pengurus kebun itu adalah orang yang masih berani mendekati mereka yang menjengkelkan Tuhan sendiri.
Tuhan Yesus menekankan pentingnya bertobat. Sebab, Ia yakin, bahwa setiap orang, tanpa kecuali, berdosa. Sehingga, setiap orang, tanpa kecuali, harus terus-menerus bertobat sebelum mati. Kematian bisa menimpa siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Pertobatan yang Yesus serukan kepada orang-orang Yahudi pada waktu itu adalah menerima Yesus dan percaya kepada-Nya dan justru inilah yang tidak dilakukan oleh orang-orang Yahudi waktu itu.
Namun, karena Allah itu kasih (1Yoh 4:8.16b) dan kasih itu sabar (1Kor 13:4), maka orang-orang Yahudi masih diberi kesempatan untuk bertumbuh dan menghasilkan buah pertobatan, lewat perumpamaan pohon ara (ay. 6-9).
Lantas bagaimana relevansinya bagi kita yang sudah menerima Yesus dan percaya kepada-Nya? Kita pun adalah orang-orang berdosa yang juga perlu bertobat. Bertobat juga berarti mau menerima Yesus serta percaya kepada-Nya sepenuhnya dan seutuhnya dalam seluruh hidup kita. Kita mau hidup tetap di dalam Dia. Kita mau berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia (Kol 2:6-7). Oleh karena itu, jika kita bertobat dalam semangat ini, maka kita boleh berharap bahwa hidup kita akan berbuah; buah dari bertobat adalah beroleh keselamatan.
Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bagaimana semangat pertobatan menemukan sumbernya. Pertobatan dan penebusan dosa setiap hari menemukan sumber dan makanannya di dalam Ekaristi, karena di dalamnya kurban Kristus yang mendamaikan kita dengan Allah dihadirkan. Oleh Ekaristi dikenyangkanlah dan dikuatkanlah orang yang
hidup dari kehidupan Kristus. Ialah “nurbisa, yang olehnya kita dibebaskan dari kesalahan sehari-hari dan dilindungi dari dosa berat” Konsili Trente: DS 1638) [Katekismus Gereja Katolik, No. 1436).

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.