Opini

Opini: Menjadi Murid yang Memberdayakan Dalam Kasih dan Peduli Masalah Stunting  

Teks Matius 18:15-20 sering dibahas dalam konteks menjaga keutuhan komunitas dan menekankan proses pemulihan relasi yang didasari pada kasih. 

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Mesakh A.P.Dethan 

3. Pendekatan gereja - Jika kedua langkah sebelumnya tidak  berhasil, maka masalah itu dibawa ke gereja untuk keputusan terakhir. Artinya masalah seseorang dibuka untuk dibicarakan secara bersama dalam gereja, adalah langkah terakhir. 

Perlu dicatat bahwa masalahnya dibuka untuk umum dalam gereja, juga bukan dalam rangka menghukum dan mempermalukan tetapi masih dalam bingkai kasih untuk pemulihan relasi dengan saudara kita yang bermasalah itu.  

Menurut Donald H. Hagner (Hagner 1995) dalam bukunya  Matthew 14-28 (Dallas: Word Books, 1995, halaman 531-534), Hagner menjelaskan bahwa perikop ini menjadi acuan penting tentang disiplin gereja dan bagaimana menjaga relasi yang sehat. 

Hagner menekankan bahwa proses ini bersifat restoratif dan bukan menghukum, dengan tujuan akhir untuk mendamaikan yang bersalah dengan jemaat.

Selain itu, ayat 18-20 menekankan kehadiran Tuhan dalam jemaat nyata ketika jemaat yang  berkumpul dalam dan atas namaNya. Ini menegaskan 
bahwa penyelesaian masalah di dalam gereja juga dilakukan dalam kuasa dan hikmat Tuhan. 

Artinya dalam penyelesaikan masalah kita mengandalkan hitmat Tuhan, kita mengandalkan kuasa dan kekuatan Roh Kudus, bukan mengandalkan kepada hikmat manusia dan kepintaran manusia semata.

Sementara itu dalam Matius 28:15-20  dimulai dengan pernyataan bahwa para tentara yang menjaga makam Yesus disuap untuk menyebarkan kebohongan tentang tubuh Yesus yang dicuri (ayat 15). 

Ini mengingatkan kita bahwa dalam menjalankan kebenaran, seringkali kita berhadapan dengan tantangan dan kebohongan dunia. Namun, perintah Yesus di ayat 19 untuk "menjadikan semua bangsa murid" melampaui segala kebohongan duniawi.

Yesus memberikan tiga perintah utama dalam teks ini:

Pergi: Tindakan aktif untuk membawa pesan Injil kepada setiap orang.

Menjadikan murid: Bukan sekadar memberitakan, tetapi mengajar orang-orang untuk hidup sebagai pengikut Kristus.

Membaptis dan mengajar: Ini adalah proses yang menyeluruh, bukan hanya perubahan sesaat tetapi transformasi hidup melalui iman.

Yesus juga berjanji untuk selalu menyertai murid-murid-Nya sampai akhir zaman (ayat 20), sebuah janji penghiburan bahwa kita tidak sendirian dalam melaksanakan Amanat Agung ini.

Beberapa ahli  tafsir seperti William Hendriksen dan Craig Keener menekankan bahwa Amanat Agung bukan hanya perintah untuk sekadar mengajarkan doktrin, melainkan juga membangun komunitas yang hidup dalam terang pengajaran Kristus. 

Ini adalah panggilan untuk memuridkan, yang melibatkan pembinaan spiritual, etika, dan sosial. 

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved