Jelang Pelantikan Presiden dan Wapres

Prabowo Soroti Sopan Santun Kritik Pemimpin: Moral Demokrasi Kita Makin Merosot

Prabowo Subianto melontarkan pernyataan bernada gelisah melihat fakta politk di Tanah Air. Bahwa sopan santun dalam berdemokrasi kini makin merosot.

Editor: Frans Krowin
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
MAKIN MEROSOT – Presiden Terpilih Prabowo Subianto membeberkan fakta tentang budaya sopan santun yang makin merosot ketika melontarkan kritikan kepada pemimpin. Padahal sopan santun merupakan budaya demokrasi Indonesia. 

POS-KUPANG.COM – Prabowo Subianto melontarkan pernyataan bernada gelisah melihat fakta politk di Tanah Air. Bahwa sopan santun dalam berdemokrasi kini makin merosot. Aneka kritikan lebih pada menjelek-jelekan, mencaci maki, persis budaya yang ada di barat.

Presiden Terpilih Prabowo Subianto mengungkapkan kegelisahannya tersebut dalam acara di forum legislator Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Jakarta, baru-baru ini.

Atas pernyataan Prabowo Subianto itu, Aktivis dan Pengamat Politik Sabang Merauke Circle (SMC) Syahganda Nainggolan angkat bicara, Ia meminta Prabowo Subianto untuk memperjelas siapa oknum sebagaimana yang dimaksudkannya.

"Tolong dijelaskan dulu sehingga menjadi jelas apakah Prabowo Subianto benar-benar ingin memberangus tukang caci maki atau sebaliknya malah membungkam demokrasi ke depan," kata Syahganda.

Pada acara forum legislator Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), di Jakarta itu, Prabowo mengatakan, bahwa kritik dengan cara mencacimaki pemimpin merupakan budaya asing. 

Pasalnya, Indonesia sendiri mempunyai cara sopan santun dalam melakukan kritik. Artinya, kritik boleh, tapi cara menyampaikannya harus dalam balutan budaya Indonesia, yakni budaya sopan santun.

Menurut Syahganda Nainggolan, budaya demokrasi di Indonesia memang pernah ada dan berkembang dalam situasi kepemimpinan nasional yang penuh idealisme.

Namun, Syahganda mengatakan, bahwa belakangan ini Indonesia memang dipimpin oleh pemimpin yang korup dan pemimpin yang haus akan kekuasaan.

Dalam situasi seperti itu maka kaum oposisi yang tumbuh selama ini, khususnya era Jokowi, melakukan gerakan militan dan radikal untuk mengimbangi kejahatan negara tersebut. 

"Jika Prabowo ingin menghilangkan kaum oposisi seperti itu, maka Prabowo nantinya akan terjebak dengan budaya otoritarianisme yang muncul di era Sukarno, Suharto dan Jokowi. Untuk menghindari itu, Prabowo harus segera menunjuk hidung siapa kelompok tersebut," kata dia.

Selanjutnya Syahganda, yang merupakan pendiri kelompok oposisi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) juga mengapresiasi Susilo Bambang Yudhoyono yang mengingatkan Prabowo, beberapa hari lalu, agar tetap terbuka pada kritik dari masyarakat.

Sebab, dengan berkembangnya oposisi, fungsi kontrol sosial yang hilang akan diisi oleh kalangan civil society.

Sebelumnya, Prabowo Subianto mengungkap ada segelintir orang yang punya kebiasaan mencaci maki dan suka mencari masalah. 

Menurutnya, mereka adalah orang yang sudah ditutup hati dan matanya.

Baca juga: Gibran Bocorkan Fakta Terbaru: Presiden Terpilih Hampir Rampungkan Nama-Nama Menteri

Baca juga: Prabowo Bangga Lihat Menteri Profesional: Akan Saya Gandeng untuk Indonesia Raya

Hal itu disampaikan Prabowo saat menghadiri Rapat Koordinasi Nasional Legislatif PKB di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis 10 Oktober 2024.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved