Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Rabu 9 Oktober 2024, Tuhan, Ajarlah Kami Berdoa
Allah yang jauh menjadi Allah yang dekat, bahkan yang bisa kita sapa sebagai “Bapa”. Bapa atau “Abba”
Oleh: Pastor John Lewar SVD
POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Rabu 9 Oktober 2024, Tuhan, Ajarlah Kami Berdoa
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz STM Nenuk Atambua Timor.
Dionisius, Yohanes Leonardus
Lectio: Galatia 2:1-2.7-14; Mazmur 117:1.2
Injil: Lukas 11:1-4
Missio:
Tuhan, ajarlah kami berdoa…” (Luk 11:1). Itulah permintaan para murid hari inikepada Yesus. Yesus selanjutnya memberikan sebuah doa yang kita kenal sebagai doa “Bapa Kami” yang merupakan doa yang paling terkenal dalam
sejarah agama Kristiani.
Permintaan para murid mendorong kita untuk melihat kembali hidup doa kita. Ada saat kita berhenti berdoa karena terpuruk dalam kehidupan, karena merasa sulit untuk merangkai kata, karena merasa kecewa akibat doa-doa yang tidak dikabulkan, atau mungkin sebaliknya, karena apa yang kita inginkan semuanya sudah tercapai. Saat-saat semacam itu seharusnya justru membuat dengan rendah hati memohon kepada-Nya, “Tuhan, ajarlah
kami berdoa.”
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 7 Oktober 2024, Kisah Kasih dari Samaria
Adapun Doa Bapa Kami berisi beberapa hal penting.
Pertama, Persahabatan. Doa Bapa Kami dimulai dengan dua kata “Bapa Kami. Yesus membawa kita ke dalam hubungan yang bersahabat. Allah yang jauh menjadi Allah yang dekat, bahkan yang bisa kita sapa sebagai “Bapa”. Bapa atau “Abba” (lih. Mk 14:36, Rom 8:15; Gal 4:6) dalam bahasa Aramik adalah panggilan erat seorang anak kepada ayahnya.
Oleh kasihNya kepada kita, Yesus mengizinkan kita memanggil Allah sebagai Bapa kita, karena Yesus mengangkat kita menjadi saudara-saudari angkatNya. Ya, setiap kita mengucapkan kata “Bapa”, selayaknya kita mengingat bahwa kita ini telah diangkat oleh Allah Bapa menjadi anak-anakNya.
Perkataan “Bapa kami” di sini juga mengingatkan kita tentang pentingnya dimensi “kami”, yakni persahabatan dengan sesama umat beriman. Alangkah baiknya, jika dalam mengucapkan doa ini kita membayangkan bahwa kita berada di antara para rasul pada saat pertama kali Yesus mengajarkan doa ini kepada mereka.
Bayangkan bahwa kita memandang Yesus yang mengajar kita untuk memanggil Allah sebagai Bapa kami, karena Yesus tidak hanya mengangkat “saya saja” menjadi saudara angkatNya, tetapi juga orang-orang lain yang dipilihNya, yaitu anggota-anggota Gereja universal, imam juga awam. Oleh karena itu, Doa Bapa Kami ini merupakan doa Gereja, doa yang ditujukan kepada Allah Bapa yang mengangkat kita semua menjadi anak-anak-Nya.
Kedua, Pujian. Ada bagian doa yang menonjol yakni pujian kepada Allah: “dimuliakanlah namaMu – datanglah kerajaanMu – jadilah kehendakMu”. Ini merupakan kerinduan sekaligus puja puji kita kepadaNya agar semakin banyak
orang dapat mengenal Allah yang mulia dan kudus.
Ketiga, Permohonan. Doa Bapa Kami adalah doa yang penuh harapan. Ada beberapa harapan yang bercorak permohonan pokok: “Berilah kami rejeki, janganlah masukkan kami dalam percobaan – bebaskanlah kami dari yang
jahat.” Hal ini mengajak kita untuk berani berseru kepada Tuhan. Inilah sebuah seruan keberanian iman yang dimiliki oleh anak-anak Allah. Kita meminta dan kita tahu bahwa kita akan menerimanya. Ayah mana, “yang akan memberi
anaknya batu, jika anaknya minta roti?” (Bdk.Mat 7:9). Ini adalah juga sebuah harapan bahwa Allah selalu menjadi “Immanuel”: menyertai kita di tengah ruwet renteng pergulat-geliatan dunia ini, di tengah „pencobaan jasmani dan rohani.‟
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.