Cerpen

Cerpen: Di Ujung Rasa Cukup

Orang-orang seolah telah berlalu bersama waktu, menyisakan hanya ingatan tentang mereka yang dulu berjasa besar dalam hidupku.

Editor: Dion DB Putra
@Pulang
Ilustrasi 

Namun seiring waktu, saat aku mulai meraih kesuksesan di kota, aku perlahan menjauh. Aku sibuk dengan pekerjaanku di perusahaan besar, dengan segala kesibukan kota yang tak ada habisnya. 

Dan sekarang, aku kembali. Tapi bukan karena rindu, melainkan karena ada sesuatu yang tak bisa kuabaikan lagi.

“Kapan kamu terakhir pulang ke sini?”tanya Tante Maria sembari menyuguhkan teh hangat. Wajahnya menatapku penuh harap.

Aku menggaruk tengkuk, sedikit canggung. “Rasanya sudah bertahun-tahun, Tante.” 

Tante Maria tersenyum kecil, tapi senyumnya menyimpan banyak makna. “Ah, tak apa. Yang penting sekarang kamu sudah pulang.”

Aku tahu, di balik kata-katanya yang halus itu, tersirat kesedihan yang mendalam. Aku tahu aku telah lama mengabaikan mereka orang-orang yang pernah berjuang keras demi aku.

Bahkan, ketika aku meraih beasiswa dan pergi kuliah di Jawa, mereka yang mengurus semuanya, dari tiket hingga biaya sehari-hari. 

Setelah lulus, aku bekerja dan memulai hidupku sendiri di Jakarta, meninggalkan desa dan keluarga yang dulu sangat berarti.

Sambil menyeruput teh hangat, pikiranku melayang ke belakang, mengingat percakapan yang pernah terjadi bertahun-tahun lalu.

“Kamu harus jadi orang besar, Nak,” kata Om Beni waktu itu. Aku masih ingat sorot matanya yang penuh keyakinan. 

“Tante dan Om akan melakukan segala cara agar kamu bisa mendapatkan pendidikan yang terbaik.” Kamu harus lebih baik dari kami.”

Dan benar saja, mereka memenuhi janji itu. Dari mulai meminjam uang ke sana kemari untuk biaya sekolah hingga menjual ternak untuk mengirimku ke universitas. Semua demi masa depanku.

Aku ingat pernah berjanji pada diri sendiri untuk membalas kebaikan mereka suatu hari nanti.

Tapi hari-hari berlalu dengan cepat. Kesuksesan membutakan. Setiap kali mengirimkan uang, aku selalu merasa itu cukup sebagai bentuk balas budi. 

Aku lupa bahwa lebih dari materi, mereka juga butuh kehadiran, perhatian, dan rasa terima kasihku yang sesungguhnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved