Opini

Opini: Festival dan Ekonomi yang Membebaskan

Di tengah gempuran ekonomi pasar bebas, Gereja Keuskupan Ruteng menghadirkan wajah ekonomi yang membebaskan. 

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
RD. Milin Kowa 

Ketiga festival yang digagas dan dijalankan Gereja Keuskupan Ruteng adalah suatu bentuk antitesis terhadap gempuran ekonomi pasar bebas. 

Jika dalam pasar bebas masyarakat akar rumput sulit mendapatkan tempat dan diabaikan, maka dalam kegiatan festival masyarakat akar rumput diberi ruang dan kesempatan untuk mengekspresikan sekaligus mempromosikan produk lokalnya. Gerakan itu diwujudkan melalui UMKM. 

Tentu gebrakan ini mempunyai tujuan yakni menghidupi ekonomi umat. UMKM itu sendiri merupakan sistem ekonomi yang berasaskan nilai-nilai luhur Pancasila yakni ekonomi kerakyatan. 

Ekonomi kerakyatan bukan sekedar ekonomi pro rakyat, melainkan juga berfungsi sebagai gebrakan atau gerakan politik yang bertujuan untuk memerdekakan kelompok masyarakat yang terpinggirkan dalam sistem ekonomi neoliberal. 

Di dalam ekonomi kerakyatan, masyarakat sungguh berdiri sebagai subjek dari pembangunan. Karena itu, partisipasi masyarakat sungguh diperhatikan dan menjadi kekuatan utama. 

Festival telah menampakkan wajah partisipatif masyarakat ini. Hal ini ditunjukkan dengan keterlibatan UMKM dalam ketiga kegiatan festival yang diadakan Gereja Keuskupan Ruteng. 
 
Keterlibatan Gereja Keuskupan Ruteng dalam menghidupi ekonomi umat adalah bagian dari karya profetis sekaligus perwujudan iman. 

Iman itu sebenarnya tidak dirayakan secara pribadi, melainkan mesti berdimensi politis. Dimensi politis dari iman adalah menghidupi setiap Sabda Bahagia Yesus dalam aksi nyata yang berdaya transformatif. 

Ketiga festival yang berlangsung di Gereja Keuskupan Ruteng adalah bukti dari Gereja yang terlibat. 

Keterlibatan ini menunjukkan bahwa Gereja tidak hanya berkhotbah dan merayakan iman di atas altar, tapi lebih dari itu merayakannya pada situsi konkret kehidupan umat di pasar. 

Festival dan ekonomi kerakyatan adalah wujud dari perayaan iman itu. Keduanya telah menjadi sebuah model pewartaan kontekstual bagi gereja sebab di dalamnya Gereja menghidupi iman dan karya profetisnya melalui pewartaan dan kesaksian tentang ekonomi umat. 

Ekonomi yang Membebaskan

Di dalam festival, Gereja telah menempatkan masyarakat sebagai subjek dari pasar dan juga pembangunan. Hal ini ditunjukkan melalui partisipasi umat melalui ruang yang telah diberikan. 

Partisipasi ini juga tidak terlepas dari dukungan pemerintah dalam kerja samanya dengan Gereja. 

Dengan itu, Gereja dan pemerintah tetap mesti berjalan bersama untuk mendukung partisipasi dan eksistensi umat sebagai subjek. 

Karena itu, Gereja di satu sisi sebagai pelaksana juga mesti bekerja sama dengan pemerintah dan berbagai elemen lainnya. 

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved